Aku hampir saja memekik terkejut saat tiba-tiba Abimanyu mengetuk pintu apartemen pagi hari buta. Dia menyuruhku membawa beberapa pakaian dan mengajak aku dan Ica untuk masuk ke dalam mobilnya. Ketika aku bertanya akan kemana, dia hanya menjawab mencari solusi. Karena masih begitu pagi, Ica tidak mau aku bangunkan, dan dia memilih untuk tidur di jok belakang. Aku sendiri hanya bisa diam karena tidak ingin mengganggu konsentrasinya dalam menyetir. Dia membawa mobil keluar dari Yogya, entah ke arah Solo atau malah lebih jauh lagi Surabaya. Aku bisa mengetahui karena sejak tadi juga mata tidak bisa terpejam.
Saat suara ponselnya berdering dia kembali mengabaikannya, bahkan sejak tadi mulai berangkat dari apartemen. " Mas, kenapa diabaikan? Siapa tahu telepon penting dari kantor atau..." Tapi Abimanyu hanya menggelengkan kepala. "Bukan apa-apa. Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk Bunda." Mataku membelalak mendengar ucapan Abimanyu. Tak biasanya dia mengatakan hal itu, setahuku dia selalu menjaga perasaan Bu Ani.
"Jangan gitu Mas, nanti kalau ada apa-apa sama Bu Ani?" Aku masih mencoba untuk melunakkan hati Abimanyu, meskipun dia memang melakukan ini untukku, tapi aku tidak mau merusak hubungan antara anak dan ibu. Tapi Abimanyu malah menoleh ke arahku dan menggelengkan kepala. "Aku itu udah gede, Ndis. Udah dewasa, berhak untuk memilih jalan hidupku. Jadi tenang, aku bisa menjaga perasaan semuanya."
******
"Jadi ini rumah Mas?" Abimanyu membawaku ke daerah ini. Aku tidak tahu namanya, yang pasti saat mobil terparkir di depan rumah bergaya industrial, aku sudah sangat jatuh cinta. Konsep industrial itu memang rumah impianku. Abimanyu menganggukkan kepala saat membawa kami ke dalam rumah. Ica bahkan sudah berlarian saat turun dari mobil.
"Rumah yang sebenarnya buat investasi, tapi mau aku gunakan buat hidup saja sama kamu." Ucapannya sekali lagi makin membuatku bingung. Selama perjalanan tadi dia juga membahas ini itu, yang berhubungan dengan rumah tangga, tepatnya hidup bersamaku dan Ica. Apa dia memang sudah mantap dengan ini semua? Sedangkan aku saja...
Saat aku baru saja mendudukkan tubuhku di sofa warna abu-abu di ruang tamu, telepon Abimanyu berdering. Dia menerimanya di depanku persis.
"Iya, Bun. Ehm Abi ada tugas ke luar kota. Mendadak nggak bisa di cancel. Bunda sama Sinta aja dulu survey gedung pernikahannya." Abimanyu mengatakan itu semua dengan menatapku. Aku sendiri jadi merasa tidak enak.
"Lusa baru pulang, udah ya Bun. Assalamualaikum." Abimanyu memutus panggilan itu begitu saja. Lalu melangkah ke arahku dan duduk di sebelahku.
"Mas, sebenarnya kita di sini mau ngapain?" Akhirnya aku menanyakan hal itu karena tidak tahu untuk apa Abi membawa kami ke sini. Kalau menginap aku tentu saja tidak mau, bagaimanapun urusan kami masih begitu rumit dan aku tidak mau dijadikan kambing hitam oleh keluarga Abimanyu.
"Kamu nggak suka kita lepas dari semua pengaruh ibu? Selama ini aku diam Ndis, selama ini aku menurut sama ibu bukan karena aku anak yang takut. Tapi itu caraku untuk melindungi kamu. Kalau sejak awal aku menentang kemauan Ibu, kamu pasti yang akan diserang. Aku nggak mau itu."
Jantungku berdegup kencang mendengar ucapan Abimanyu. Jadi dia memang sudah tahu kalau ibunya itu memang tidak suka denganku dan bersandiwara? Seperti yang dikatakan Ari tempo hari."Aku hanya mencari waktu yang tepat untuk lepas dari ini semua. Dan sekaranglah saatnya."
Abimanyu kini menatapku dan meminta pendapatku. Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi. Apakah aku harus memastikan perkataan Ari?"Kenapa diam? Kamu nggak suka?"
Abimanyu sekali lagi bersuara saat menunggu aku tidak mengucapkan apapun. Kugelengkan kepala dan kini menghela nafas."Mas, jangan bawa aku ke situasi yang lebih rumit. Kalau ini yang dinamakan solusi, hanya akan menyakiti semuanya. Mas harusnya ngomong sama Ibu kalau tidak ingin menikah sama Sinta.Kalau begini terus persiapan yang sudah 80 persen gimana?"
Abimanyu hanya diam saja dan malah mengutak atik ponselnya, tapi kemudian dia memberikan ponselnya kepadaku. Di situ tertera pesan dari Sinta dan juga Ari, mataku membelalak membaca pesan yang tertulis.
"Maksudnya?"
Abimanyu menganggukkan kepala saat aku mendongak untuk menatapnya.
"Aku, Sinta dan Ari sudah merencanakan ini semua. Tentang Ibu, dan mamanya Sinta, itu masalah belakangan. Yang penting besok itu pernikahan yang seharusnya untukku dan Sinta, diubah menjadi Ari dan Sinta. Aku salut sama Ari..." Abimanyu tersenyum dan mengusap kepalaku " Dia sangat cinta sama Sinta, sehingga nekat mengusulkan ide ini. Toh aku malah tertolong dengan semuanya."
Aku tidak menyangka mereka akan bersandiwara seperti ini Abimanyu menjentik keningku "Kalau Ibu bisa bersandiwara, kita pun bisa kan? Tapi sekarang intinya bukan itu,..." Abimanyu tiba-tiba bersimpuh di depanku membuatku bingung. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ada kotak dari kaca yang di dalamnya ada...
"Gendhis, will you marry me? Maukah hidup menua sama aku?"
Tangisku seketika pecah...jadi dia membawaku ke sini untuk melamar?
bersambung
Jangan komen terlalu lama up ya? Atau udah lupa ceritanya karena terlalu lama upnya. Kan udah dijelasin author ada kesibukan di dunia nyata... menulis itu juga bukan seperti membuat mie instan langsung jadi..butuh ide juga kali. Jadi nikmatilah yang ada, kalau mau cepet-cepet ya besok aja beli novelnya kalau udah dicetak hohoho... oke oke..
KAMU SEDANG MEMBACA
Repihan Hati
RomanceGendis Rahayu Putri terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika menemukan suaminya sudah menikah siri dengan sahabatnya sendiri. Dia memutuskan untuk berpisah dan berusaha menjadi single mom untuk buah hatinya yang baru saja berumur 5 tahun. Dal...