Bab 25 Berhasil?

12.6K 2K 86
                                    


Aku benar-benar tidak menyangka dengan kenekatan Abimanyu dan Ari. Mereka sudah membuat rencana sedemikian rupa, untuk hari H yang harusnya menjadi pernikahan Abimanyu dan Sinta. Hanya saja meski Abimanyu sudah meyakinkan aku untuk tenang, instingku mengatakan ada sesuatu yang janggal. Entah apa itu, tapi semoga memang benar adanya, apa yang direncanakan akan benar-benar berhasil. Meskipun aku takut dengan efek di kemudian hari. Jika berhasil aku pasti masih akan menghadapi kemurkaan Bu Ani, yang sudah menipunya. Hidup ini memang sebuah pilihan memang, ketika kita memutuskan untuk tetap maju mempertahankan apa yang kita inginkan, disitu juga kita akan mendapatkan konsekuensinya.

Dan di sinilah aku sekarang berada, di dalam mobil sedan yang sejak tadi sudah menjemputku. Rencananya, aku akan diantarkan ke tempat akad Abimanyu dan Sinta. Di sana nanti aku dan Sinta akan bertukar tempat. Karena tanpa sepengetahuanku, ternyata juga Abimanyu mengatakan kalau Ari yang disangka Bu Ani adalah kekasihku, ingin menikah bersama dengannya. Mungkin, Bu Ani berpikir itu bagus karena aku tidak akan lagi mengganggu pernikahan Abimanyu dan Sinta, dan setuju dengan usul Abimanyu. Kami akan menikah bersama. Jantungku sudah berdegup kencang saat ini, membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.

"Bunda... Ica mau maem es krim ya?"

Lamunanku disadarkan oleh Ica yang duduk tenang di sampingku. Dia sudah tampil cantik dengan gaun pesta warna merah muda yang aku buatkan untuknya. Dia tidak banyak bertanya saat aku mendandaninya dan melihatku juga sudah berdandan cantik, meski hanya mengenakan kebaya sederhana saja. Yang penting nanti di sana dia menemukan es krim, itu sudah membuatnya tenang.

"Iya. Tapi janji sama Bunda, nggak boleh makan lebih dari dua cup?"

Aku menunjukkan kelingkingku yang langsung disambut oleh Ica. Dia memamerkan senyum manisnya.
"Iya janji Bunda."

Ah Ica ku yang sangat manis. Maafkan Bundamu ini ya, nak belum bisa memberikan kebahagiaan.

Pemikiran itu membuatku ingin menangis, tapi ponselku tiba-tiba berdering. Saat melihat siapa yang meneleponku, aku tersenyum.

"Assalamualaikum, Mas."

Aku menjawab panggilannya. Abimanyu sejak semalam memang terus menghubungiku dan meyakinkanku bahwa rencana ini akan berhasil.

"Waalaikumsalam, Dek udah jalan mobilnya?"

Aku refleks menganggukkan kepala dan melihat ke kaca mobil. Baru saja mobil yang dikendarai oleh Pak Seto, salah satu sahabat Abimanyu yang memang membantu kami dalam rencana ini melewati jalur ringroad Utara. Kami akan menuju gedung yang akan digunakan untuk akad dan resepsi nantinya.

"Udah Mas. Mungkin 10 menit lagi sampai."

"Alhamdulilah. Bismilah ya, Dek. Ini aku juga baru menuju gedung. Tadi tuh Mama ribut suruh aku berangkat bareng sama Sinta. Suruh jemput Sinta. Padahal harusnya Sinta udah sama Ari. Jadi kami ubah rencana, nanti kamu ketemu sama Ari di pintu samping ya? Aku menunggu kamu."

Aku terkejut dengan penjelasan Abimanyu. Padahal, seharusnya Ari dan Sinta datang ke gedung bersama sehingga nanti bisa ditukar dengan aku yang baru datang. Kalau begini, pasti nanti akan susah.

"Tapi nggak apa- apa kan Mas?"
Perasaanku mulai tidak enak.

"Tenang sayang. Sebentar lagi kita pasti udah halal. Makasih ya, udah mau menerima pinangan ku. Aku tahu, ini berat buat kamu. Aku tahu, seharusnya tidak membawa kamu dalam situasi yang rumit ini, Ndis. Kamu baru saja menelan pil pahit dari pernikahanmu sama Hendra dan sekarang kita menghadapi ini. Makasih, sayang."

Tetes air mata akhirnya membasahi wajahku. Meski sudah aku tahan. Akhirnya aku memalingkan wajah ke arah kaca mobil, takut Ica bisa melihatku. Kuusap perlahan pipiku yang basah.

"Mas, aku yang makasih. Kamu mau menerima aku dan Ica."

Ada jeda sedikit lebih lama di ujung sana. Tepat saat mobil akhirnya sampai di pintu samping gedung. Aku sudah melihat Ari, yang pagi ini mengenakan setelan jas warna putih berdiri di depan mobilnya. Dia tampak lega saat melihat mobil yang aku kendarai mendekatinya.

"Ndis....aku cinta ka.......braaaaaaaaaaaaaak."

Astagfirullah.

Suara itu begitu keras dan sambungan telepon tiba-tiba terputus. Ada apa dengan Abimanyu? Apa yang terjadi? Tapi kenapa tubuhku terasa nyeri semuanya?

Bersambung

Hayo siapa nih yang kecelakaan?
Baru bisa up malam begini itupun mencuri waktu saat sikecil udah bobok pulas. Berat banget skrg mau ketik satu part saja.

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang