Jimin Arka Samudera, putra tunggal seorang perwira polisi ini begitu menyukai satu hal luar biasa. Melihat matahari terbit dan terbenam dari tempat-tempat yang indah.Diatas luasnya lautan, diatas awan yang mengambang dan dari atas puncak dataran tertinggi. Diantara semuanya, yang terakhir adalah yang paling sering Jimin lakukan.
Membayangkan betapa bulu kuduknya selalu berdiri ketika mengibarkan sang merah putih dipuncak tertinggi seraya menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" selalu sukses membuatnya menitikan bulir bening dari manik kembarnya.
Tak seperti yang lain, Jimin bukanlah satu dari bagian kelompok yang dibentuk untuk pendakian. Jimin agaknya kurang suka jika harus direpotkan dengan anggota yang kadang terlambat atau kadang membuat masalah ketika pendakian.
Tidak, bukan Jimin tak mengenal istilah 'teamwork' atau solidaritas. Hanya saja, ia lebih suka mendaki dengan orang yang sudah ia percaya atau memilih bergabung dadakan saja dengan tim orang lain dalam pendakiannya.
Itu akan lebih ringan ketimbang harus mencari dan mengajak orang lain yang belum berpengalaman sama sekali perihal pendakian gunung.
Hoseok, hanya Hoseok lah yang ia percaya ketika akan melakukan sebuah pendakian. Cukup mengatur janji, sesuaikan jadwal, dan kita akan menemukan rombongan lain ketika mendaki. Itulah pemikiran yang selalu mereka tanamkan ketika akan mulai melangkah kembali menembus awan.
Jimin dan Hoseok memegang kata 'Yakin' ketika mereka mulai menapak sedikit demi sedikit jalanan terjal dan licin menuju puncak. Percaya bahwa kelak, akan disinari hangatnya mentari pagi saat telapak memijak puncak tertinggi.
Entah karna ia yang seorang putra dari abdi negara atau memang bawaan kata hatinya saja yang membuatnya begitu memiliki jiwa nasionalis yang tinggi.
Sepertinya dua-duanya, karna nyatanya sang ayah pun tak pernah memaksa putra tunggalnya ini untuk mengikuti jejaknya dan menuntut apapun. Yah orang yang mengenal Jimin dengan baik pun pasti sangat tau jika Jimin orang yang benci diatur-atur.
Meski sang ayah adalah seorang perwira, ia cenderung membebaskan Jimin menjadi apa yang ia mau. Tidak mengekangnya. Namun tak apa, toh nyatanya kini Jimin tetap menjadi seorang yang penurut. Meskipun jiwanya bebas, Jimin tetap tau batasan dimana ia harus berhenti jika sudah terlewat batas.
Jimin sejak kecil adalah tipe orang yang bawel, cerewet, pokoknya banyak bicara. Bahkan yang dibicarakannya terkadang hanya hal tak penting seperti bunga tidurnya saat malam.
Dan yang menjadi korban mendengar celotehan Jimin itu adalah, Hoseok. Teman Jimin yang setia, yang lain selingkuh karna tak tahan dengan Jimin yang terlalu bawel bahkan untuk hal kecil pun Jimin rasa perlu dikomentari. Seperti bakso yang terlalu pedas contohnya, ceramahnya hingga satu jam bahkan esoknya masih saja berlanjut. Hoseok sangat kuat.
Sebab jiwa bebasnya lah tak ada yang berani hanya untuk sekedar mencari secuil masalah dengan Jimin. Padahal meski Jimin orang yang pendiam pun, sepertinya tak ada yang berani mengusik putra seorang perwira. Salah salah bisa di 'dor' atau jeruji besi.
Namun kadang sebab itulah Jimin tak memiliki banyak teman. Alasannya selalu, kalau tidak Jimin yang terlalu bawel pasti Jimin yang anak perwira. Tapi masa bodo lah, Jimin ada Hoseok yang setia kok, betul kan Hoseok?
Hal yang membuat Jimin cukup meskipun hanya punya Hoseok saja sebagai temannya adalah, Hoseok menerima kekurangan Jimin. Yah bawel tadi itu. Dan juga Hoseok selalu satu pemikiran satu tujuan dengan Jimin. Kalau kata anak jaman sekarang mereka itu sudah 'clop'. Ah dan satu lagi Hoseok tak pernah melihat Jimin dari strata sosialnya. Jadi yah biasa saja gitu loh.
Karnanya Jimin pergi kemana pun selalu bersama Hoseok. Kalau kata orang seperti kembar karna saking seringnya melakukan apapun berdua.
Nonton ke bioskop tak ada pacar berdua dengan Hoseok pun jadi. Tak perlu merepotkan status asal mereka menikmatinya meski hanya dengan sahabat, itu sudah cukup.
Salah satunya yang sering mereka lakukan berdua ya tentu saja mendaki. Berkeliling nusantara dan menjajal kemampuan diri dengan menjejak ke dataran-dataran tinggi yang mereka pijak. Sebuah kebanggaan sekali bagi mereka jika berhasil menaklukkan puncaknya.
Namun sayang Jimin kurang menyukai jika harus mengajak orang lain sebagai rombongan. Terkadang terlalu banyak mengeluh, terlalu sombong, terlalu menyepelekan. Jimin tidak suka.
Jimin dan segala 'lebih-lebihnya'.
-ggukminnest-
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Semeru [Kookmin]
PertualanganPuncak tertinggi di pulau jawa adalah saksi bisu bagaimana Jungkook akan mulai mengukir pada lembar indah dalam catatan hidupnya. "Aku berjanji, saat aku kembali menginjakkan kaki di Mahameru. Aku datang bersama calon teman abadiku." -Jungkook Arga...