Clarissa pun pergi mencoba motornya ke jalan raya dekat rumahnya, sembari membeli beberapa jajanan juga. Ia berhenti di depan sebuah gerobak cakue, dan membelinya.
"Mang, cakue-nya 10.000 ya!" Ucap Clarissa kepada sang pejual.
"Siap neng!" Jawab pedagang itu.
Mata Clarissa berkeliling, memperhatikan sekitar untuk mencari jajanan apa lagi yang ingin ia beli. Namun, tiba-tiba ia melihat seorang pemuda berwajah tampan, menggunakan jaket hitam bertuliskan Daksa dan dilengkapi logo serigala putih.
Clarissa terus memperhatikan salah satu anggota Daksa tersebut dengan tatapan bingung, sampai orang itu pergi dari tempat itu.
"Neng, ini cakue-nya" ucap sang penjual sembari memberikan sebuah kantong keresek hitam yang berisi cakue tersebut.
"Oh iya mang. Makasih ya mang!" Clarissa mengambil keresek itu dan menyodorkan selembar uang berwarna hijau. "Sisanya buat mang-nya aja." Ucap Clarissa sembari tersenyum ramah.
"Aduh neng makasih ya! Udah cantik, keren, baik lagi." Puji sang penjual kepada Clarissa.
"Ooh tentu saja." Clarissa terkekeh.
"Ada-ada aja si neng."
"Yaudah saya pergi dulu ya mang."
"Iya neng."
Clarissa pun pergi meninggalkan tempat itu, dan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Clarissa langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan dirinya.
Clarissa keluar dari kamar mandinya dengan menggunakan handuk saja, karena ia lupa membawa baju ganti. Ia berjalan ke arah lemarinya, dan membukanya. Clarissa memandangi semua baju-bajunya yang menggantung di dalam lemari tersebut.
"Ini baju kenapa harus rok semua sih njir? Gue kan gak biasa pake rok. Mana pendek-pendek bet, kayak kurang bahan. Padahal gue tau harganya selangit. Mending gue beliin cakue tuh duit, bisa sama gerobak-gerobaknya mungkin." Sebal Clarissa ketika melihat semua pakaian yang ada di lemarinya itu.
"Untung aja masih ada celana satu atau dua. Kalo enggak, mungkin gue gak bakal pake baju." Ucap Clarissa sembari membawa sebuah celana berwarna abu-abu, dan kaos berwarna putih. Clarissa pun pergi ke kamar mandinya lagi, untuk memakai baju yang telah ia pilih tadi.
Setelah selesai memakai baju, Clarissa keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang sangat nyaman itu. Clarissa mengambil handphonenya yang berada di sampingnya, dan langsung mengecek-ngecek apa saja yang ada di dalamnya. Pertama-tama ia mengecek aplikasi WhatsApp, dan di sana terlihat aman-aman saja, tidak ada yang aneh. Kemudian ia membuka galerinya. Clarissa membulatkan matanya, ketika melihat galerinya yang dipenuhi oleh foto-foto Regan.
"Njir segitu suka-nya? Meskipun gue akui gitu kalo si jambret itu emang cakep, cuma kelakuan aja kek setan. Tapi gak usah segininya juga kali, Cla. Pekerja keras banget lo, dih." Tangan Clarissa pun bergerak untuk menghapus semua foto-foto Regan. Ia sangat kesal karena tangannya sangat pegal ketika mengahpus foto-foto Regan yang jumlahnya mencapai 6000 foto.
Setelah selesai menghapus semua foto-foto Regan, Clarissa pun beranjak dari tempat tidurnya. Ia akan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Setelah mengambil minum, ia tidak langsung pergi ke kamarnya lagi, ia menghampiri orang tuanya yang sedang sibuk menonton tv berduaan.
"Ekhem, nonton kok gak ngajak-ngajak" ucap Clarissa sambil berjalan dan duduk di tengah-tengah, di antara Irawan dan Sarah.
"Iih kok seenaknya duduk di tengah?" Kesal Irawan.
"Biarin dong. Lagian gak baik tau berduaan kayak gitu, nanti orang ketiganya setan."
"Ya, itu kamu." Ucap Sarah sambil terkekeh. Sungguh momen yang langka sekali. Karena Clarissa tidak pernah ikut serta dalam hal-hal seperti ini. Ia selalu lebih memilih berdiam diri di kamarnya, daripada berbincang-bincang seperti ini.
"Mama gak liat, anak mama secantik dan seimut ini? Masa dibilang setan sih." Clarissa mengerucutkan bibirnya. Bisa-bisanya dirinya disebut setan oleh mamanya.
"Iya deh, kamu cantik, banget malah." Ucap Sarah sambil mengelus-elus rambut Clarissa dengan lembut.
"Gimana tadi sekolahnya?" Tanya Irawan.
"Gak ada seru-serunya. Nih ya pa, di sekolah itu ada 5 orang, cowok. Kelakuannya nyebelin bet. Tiap ketemu ngajak ribut mulu. Untung mulut aku udah siap sedia buat ngelawan. Kalo enggak, bisa depresot diri ini. Mau nanya kelas di mana aja, perlu debat dulu. Udah gitu debatnya gak selesai 7 Rabu. Pengen aku bacok, tapi takut dipenjara. Jadi, hanya bisa bersabar dan bersabar." Ucap Clarissa panjang lebar dan langsung di susuli dengan gelak tawa kedua orang tuanya. "Iih kok malah ketawa sih? Ini tuh cerita nyebelin tau." Kesal Clarissa.
"Kamu kok lucu banget sih?" Gemas Irawan kepada anak perempuannya itu.
"Bukan cuma lucu pa. Aku itu cantik, imut, lucu, baik hati, dan tidak sombong." Balas Clarissa dengan bangganya.
"Setelah kepalanya kebentur, sekarang tingkat kepercayaan diri kamu semakin meningkat ya, Cla." Ucap Sarah sambil terkekeh.
"Harus dong. Ngapain kita insecure, kalo masih bisa bersyukur?"
"Bener banget, papa setuju sama kamu." Irawan mnyetujui perkataan Clarissa.
"Yaudah ah, aku mau ke kamar dulu. Monggo dilanjut uwu-uwuannya, aku gak mau ganggu." Clarissa bangkit dari duduknya, lalu pergi menuju ke kamarnya.
"Sekarang Clarissa udah beda ya, pa. Dia jadi kelihatan ceria banget." Ucap Sarah kepada Irawan. Terpampang senyum di wajahnya. Ia sangat menyukai Clarissa yang sekarang.
"Iya, ma." Balas Irawan.
***
Kini Clarissa sudah berada di ruang makan bersama keluarganya. Ia juga sudah memakai seragam sekolahnya dengan rapi. Mulai hari ini, Clarissa akan berangkat sekolah menggunakan motornya. Ia tidak terbiasa untuk menggunakan mobil, kemana-mana.
"Semua keperluan sekolah kamu udah siap, kan?" Tanya Sarah sambil mengoleskan selai coklat ke roti yang akan di makan oleh Clarissa.
"Ya ampun, ma. Aku bukan anak SD lagi kali. Semuanya udah aku siapin di tas dengan lengkap, gak ada yang tertinggal, kecuali rasa rajin aku." Jawab Clarissa.
"Jangan gitu dong. Kamu harus jadi anak yang rajin, biar bisa menggapai semua cita-cita kamu." Ucap Irawan menasehati.
"Nunggu warisan ajalah, pa." Ucap Clarissa sambil mengambil roti yang diberikan oleh Sarah.
"Semakin hari, kelakuan kamu semakin menjadi-jadi." Irawan terkekeh.
"I don't care, i love it." Jawab Clarissa.
Irawan dan Sarah tersenyum bahagia, melihat Clarissa yang sedang memakan roti tersebut.
"Ma, pa aku berangkat dulu ya!" Ucap Clarissa sambil menyalimi tangan kedua orang tuanya.
"Yang rajin ya belajarnya!" Ujar Sarah.
"Gak janji, tapi aku usahakan. Jangan kangen ya! Kata Dilan, itu berat kalian gak akan kuat–" Clarissa tidak melanjutkan lagi ucapannya.
"Terus?" Tanya Irawan. Ia berharap bahwa Clarissa akan menjawab 'biar aku saja'.
"Sama, aku juga gak kuat. Makanya aku gak bakal kangen kalian." Clarissa terkekeh, dan melenggang pergi.
"Astagfirullah, untung sabar." Irawan mengelus-elus dadanya. Ternyata harapannya tidak sesuai dengan kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Clarissa
FantasiaIni akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembully oleh teman-temannya. Enggak pinter bikin deskripsi kayak gini:( Saya malas revisi ya gaess ya WA...