Partnya panjang, pelan² aja bacanya:)
Happy reading!
~~"Of course we can.."
Gracia menahan senyumnya, lalu ia kembali menabrakan dirinya pada Shani dan memeluknya. Tiba-tiba sebuah lampu sorot mengarah kepada mereka.
"SIAPA DISANA?! JANGAN BERGERAK!"
Shani menundukkan kepalanya menghindari cahaya yang mencoba mengarah pada wajahnya. Shani sedikit menekuk lututnya untuk menyamakan tingginya dengan Gracia. Shani memakaikan tudung hoodie Gracia dan menatap Gracia sembari tersenyum.
"Kita liat siapa yang larinya lebih cepet, asuhan Mafia atau Gangster?" ucap Shani menantang Gracia.
"Siapa takut!"
Shani sedikit melirik keberadaan polisi yang semakin mendekati mereka.
"Itungan ketiga.." ucap Shani yang langsung diangguki oleh Gracia.
1
2
Sebelum Shani mengucapkan hitungan ketiga, ia lebih dulu berlari meninggalkan Gracia. Gracia masih diam di tempatnya menatap tidak percaya pada Shani yang bisa-bisanya curang pada kondisi seperti ini.
Shani memutar badannya menghadap Gracia dan berlari mundur, ia mengejek Gracia yang masih diam di tempatnya. Gracia tidak terima dengan ejekan Shani, ia pun segera menyusul Shani. Shani sengaja sedikit memperlambat larinya agar Gracia bisa menyamainya.
Setelah Gracia berhasil menyusul Shani, ia menatap kesal pada Shani lalu menyikut perut Shani.
"Aw!" Shani meringis sembari menghentikan larinya.
"Rasain! Suruh siapa curang!" ucap Gracia menjulurkan lidahnya mengejek Shani, lalu melanjutkan larinya.
Tanpa Gracia ketahui, Shani berhenti bukan karna sikutan pada perutnya, namun karna denyutan hebat pada kakinya. Shani memeriksa kakinya dan ia baru mengingat bahwa ia memiliki luka di kakinya karna ulah Jinan.
"Aishh.. Kok sekarang baru kerasa!" ucap Shani masih meringis dengan luka di kakinya yang masih terbuka.
Shani mendengar banyak langkah kaki mendekat, namun kakinya benar-benar kesakitan sekarang. Tak lama dari itu, Gracia kembali dengan wajah khawatir.
"Sikutan aku keras banget ya? Maaf.." ucap Gracia panik sekaligus merasa bersalah.
"Dasar ga pernah belajar dari pengalaman" ucap Shani menjulurkan lidahnya dan berlari sembari menahan rasa sakit di kakinya.
Shani sengaja melakukan hal itu karna tidak mau membuat Gracia khawatir, dengan begitu Gracia berpikir Shani curang untuk kedua kalinya. Gracia mendengus kesal dan kembali berlari melewati Shani. Setelah Gracia sudah berlari cukup jauh, Shani kembali berhenti.
"BERHENTI ATAU KAMI TEMBAK!"
Shani mengangkat kedua tangannya, lalu memutar badannya. Sebelum Shani menundukkan kepalanya, ia sempat melihat hanya ada 3 polisi yang mengejarnya. Polisi tadi kembali menyimpan pistolnya saat melihat Shani sudah menyerah. Namun hal itu di manfaatkan Shani untuk kembali berlari meskipun dengan langkah yang terpincang-pincang. Polisi tadi kembali mengejar Shani, membuat Shani mendengus kesal. Shani semakin mempercepat larinya dan mengesampingkan rasa sakit di kakinya.
"PLEASE STOP NGEJAR GW, GW UDAH PUNYA PACAR!" ucap Shani berteriak frustasi.
Shani melihat pohon yang cukup besar, ia segera berlari menuju pohon tersebut. Karna kondisi yang gelap membuat polisi tadi sedikit kesulitan mencari keberadaan Shani. Sedangkan Shani sedang menetralkan detak jantungnya sembari bersandar pada pohon besar yang ia temukan. Sekarang Shani hanya bisa berharap polisi tadi tidak menemukan dirinya, karna sekarang Shani benar-benar sudah tidak mampu untuk berlari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]
Fanfic"Kenapa rasa sakit ini ga ada habisnya?" "As long as you're here, I'll enjoy this endless pain" [28 Feb 2021 - 08 Agust 2021]