Chapter 3

1K 151 15
                                    

Setelah Byul tidur, keadaan rumah menjadi sepi namun meninggalkan kekacauan di ruang keluarga lantai dua. Mainan berserakan di mana-mana. Setelah puas bermain dan membuat kekacauan di rumah pamannya Sanha, sepertinya Byul masih punya tenaga membuat rumah berantakan dengan mainannya yang ia bongkar dari kotak.

Sebenarnya, Jungkook juga ambil andil dalam hal membongkar mainan karena pria itu tadi bermain bersama Byul. Jinri... jangan tanya lagi bagaimana kesalnya melihat ruang keluarga di lantai dua penuh dengan mainan. Ia hanya meninggalkan Jungkook dan Byul untuk menyiapkan makan malam di lantai satu dan sekembalinya ke lantai atas, ia hanya dapat mengelus dada.

"Ah... lelah sekali." keluh Jungkook setelah membereskan mainan putrinya yang berserakan. Ia duduk di sebelah Jinri sambil meregangkan pinggangnya yang pegal. "Kita sebaiknya mengurangi membeli mainan untuk Byul."

Jinri hanya dapat tertawa dalam hati. Bukan sekali Jungkook mengatakan mereka harus mengurangi membeli mainan untuk Byul tetapi setiap pria itu membersihkan mainan putrinya. Padahal pelaku utama kenapa mainan Byul menjadi sangat banyak adalah Jungkook.

"Itu juga yang kau katakan minggu lalu namun minggu ini kau memesan dua boneka Barbie edisi terbaru untuk Byul." serang Jinri tepat sasaran. "Setiap kau pergi keluar kota atau keluar negeri kau selalu membeli mainan untuknya. Hasilnya adalah tumpukan kotak penuh mainan itu."

Belum puas menyerang dengan kata-kata, Jinri menunjuk kotak-kotak besar di sudut ruangan yang berisi boneka dan mainan Byul. Rencananya mainan-mainan itu akan dipindahkan ke lantai tiga yang akan dijadikan ruang bermain Byul dan juga perpustakaan kecil.

Dan... lagi-lagi itu hanya rencana. Buktinya sampai sekarang rumah mereka masih dipenuhi kotak kardus barang-barang mereka yang belum disusun. Jungkook maupun Jinri masih belum punya waktu untuk menyusun barang-barang mereka dan menata rumah baru mereka walaupun sudah tinggal di rumah ini selama dua bulan.

Mendengar perkataan istrinya, Jungkook hanya dapat tersenyum menyadari kebiasaannya yang membeli mainan untuk Byul. Memang kebiasaannya itu termasuk pemborosan. Terkadang anaknya pun juga tidak tertarik dengan mainan yang ia beli. Hanya saja ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membeli mainan yang menurutnya bagus dan menarik.

"Iya... aku tahu aku salah." jawab Jungkook malas memperpanjang masalah. "Dua Barbie itu mainan terakhir untuk bulan ini."

Ya... untuk bulan ini. Entah bulan-bulan berikutnya. Jinri pada akhirnya mengangguk walaupun di dalam hati ragu akan perkataan suaminya. Ia malas memperpanjang masalah karena ada masalah yang lebih penting dari itu. Masalah mereka saat di cafe. Jungkook berjanji akan menceritakan padanya saat mereka pulang.

Jinri penasaran apa yang dibicarakan oleh siswi itu pada Jungkook. Ah... ia teringat lagi bagaimana siswi-siswi itu melihat suaminya, bahkan bocah-bocah itu tidak terpengaruh dengan lirikan tajamnya.

"Omong-omong, kapan kau akan menceritakan masalah di cafe tadi siang?" ingat Jinri.

"Ah... siswi itu meminta nomor ponselku dan ia mengira aku seorang trainee atau selebgram." beritahu Jungkook tanpa pikir panjang—tidak sadar suasana hati Jinri mulai berubah.

Benarkan pikir Jinri. Sangat mudah ditebak. "Lalu?"

"Kau yakin ingin mendengar lanjutannya? Kau akan marah jika mendengar apa yang dikatakan oleh Haksaeng itu." Jinri pasti marah, Jungkook yakin. Ia mengambil cangkir berisi teh milik Jinri lalu meminumnya. Ia harus membasahi tenggorokannya sebelum bercerita dan menikmati bagaimana ekspresi kesal istrinya.

"Ceritakan saja. Untuk apa aku marah pada omongan Haksaeng seperti mereka." bohong Jinri. Mendengar siswi itu meminta nomor ponsel Jungkook saja ia sudah kesal.

Married by Accident 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang