Scifer • Monokrom

62 3 0
                                    

Bedah Buku
"

Monokrom"
Karya Gilang_Gazi

• [ Kesan Pesan ] •
By: Gilang

Part 5
Jika versi sebelumnya cenderung singkat, maka saya mencoba lebih mengeksplorasi dunia Monokrom di versi revisi. Bagian ini sengaja difokuskan menjadi katalis menuju konflik yang lebih jauh. Terutama bagaimana kehidupan Ra yang monoton berubah drastis. Alurnya sengaja dibuat cepat dan sengit dengan banyak clue misteri yang bertebaran di tiap paragraf. Dan tak lupa debut si manusia burung yang terasa mengambang. Tapi yakinlah, masih lebih banyak hal yang membingungkan tentang identitasnya, semisal apakah dia beneran nyata atau tidak?

Part 6
Dengan sengaja mengangkat isu perisakan/perundungan, bagian ini ditulis untuk menguras emosi dan menumbuhkan simpati. Walau saya harus tega (dan senang) untuk menyiksa Ra secara fisik. Tidak hanya fokus pada adegan penyiksaan, saya mencoba untuk menghadirkan cara Ra dalam bernarasi se-kelam mungkin –untuk menunjukkan betapa putus asanya dia. Bersyukurlah, kalau kalian memang hidup tanpa punya masalah berarti.
Dan di bagian akhir, si manusia burung memulai awal kengeriannya.

Part 7
Setelah disiksa secara fisik,  kali ini gantian mental Ra yang kena siksa. Sejujurnya, bagian paling menyenangkan ketika menulis cerita ini adalah bagaimana saya bisa bebas menyiksa karakter utama. Seperti membuat dia putus asa, trauma dan takut. Tapi tentunya dengan cara yang bertanggung jawab.
Dan tak lupa, saya kembali berusaha membuat Ra lebih dekat kepada pembaca dengan menyampaikan cara pikir dan apa yang dia rasakan. Cara pikir yang mungkin cenderung negatif memandang masalah, tapi semoga pembaca bisa bijak menanggapinya.

Part 8
Perubahan tempo cerita yang mendadak pasti terasa memusingkan. Tapi menjadikan cerita terus dalam tempo tinggi pasti akan menjemukan. Jadilah bagian ini sebagai cool down sejenak sebelum badai besar datang –dengan berusaha tidak menghilangkan aura misterinya. Interaksi Ra dengan si konselor mungkin terasa canggung, tapi sejatinya saling melengkapi. Entah bagaimana relasi mereka kedepannya nanti.
Yang jelas, saya mencoba menyisipkan makna tentang hidup terkadang tak berjalan sesuai yang kita inginkan, namun selalu ada hal yang bisa kita syukuri.

• [ Review ] •

By: Ira

P

art 5
Udah bagus sebenarnya, cuma ada beberapa kata yang berulang di satu paragraf, padahal kata itu bisa diganti dengan kata lain yang serupa, monmaap kalo sok tau:) selebihnya, bagusss

Part 6
Ini udah perfect, ga tahu sebenarnya mau komen apa. Tapi ada satu hal, sebenarnya hal ini berbeda-beda bagi tiap orang, tapi bagi saya kata cewek dan cowok sedikit tidak cocok dengan style kepenulisan di sini. Sekali lagi, ini hanya pendapat dan selera pribadi. Ini saya sertakan karena bingung mau nulis apa:)))

Part 7
Bagus. Penggambaran suasananya cukup mantap. Endingnya juga menarik:)

Part 8
Sama seperti di chapter 6, ada beberapa kata yang menurut saya kurang pas. Tapi mungkin selera orang berbeda-beda ya...

By: Arba

Part 5
Kelam dan penuh misteri. Jujur saja sejak awal saya tidak dapat menolak rangkaian kata yang ditawarkan penulis, akibatnya saya pun ikut terjebak dalam pikiran Ra. Tanpa sadar terhanyut dalam kusutnya pikiran nan mengerikan dan bertanya apa yang terjadi dengan Ra?
Semua perlahan terjawab ketika tiba di chapter lima, saya dikejutkan dengan kehadiran manusia bertopeng burung. Alih-alih menjawabnya secara gamblang kemunculannya malah menciptakan ledakan misteri sekaligus melontarkan pertanyaan lainnya. Apakah itu nyata atau hanya khayalan Ra belaka? Ah, sejak awal cerita ini pun memang penuh misteri. Tidak ada pilihan lain memang selain menekan tombol lanjut.

Recensio BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang