"Jadi, kenapa lo bisa diusir dari rumah?" Vano memposisikan duduknya di sofa. Tepat di samping Kila yang sedang nonton tv. "Mau cerita ga?"
Kila terdiam sejenak. Ia juga tidak tahu harus mulai cerita dari mana. Tapi sepertinya Vano tahu permasalahannya. Kila ini anaknya pembangkang. Dia sayang pada orang tuanya, hanya saja sering melawan.
Tahu dari mana dia? Tentu saja karena dulu ketika masih pacaran, Kila sering menceritakan masalah keluarganya pada Vano.
Padahal bisa dibilang, orang tua Kila sangat baik pada gadis itu. Hanya suka berbeda pendapat. Dan Kila orangnya tidak mau kalah.
"Lo ngelawan bokap lagi?" tebak Vano.
Kila terdiam. Matanya fokus dengan iklan di TV.
Vano menghela nafas. "Gue bener kan? Yaiyalah, gaakan lo sampe diusir kalo ga ngelakuin kesalahan fatal,"
"Makanya lo kalo dibilangin tuh nurut. Jangan langsung ngelawan. Lo coba liat dari sudut pandang orang tua lo. Mereka ngelarang lo minum, ngerokok, itu buat kebaikan lo, Kil. Coba lo disisi mereka punya anak bader kaya lo. Gimana perasaan lo?" cecar Vano.
"Tapi gue kesel, Van," jawab Kila sambil meraih bantal kotak di sofa dan memeluknya. "Apa salahnya sih kalo gue nikmatin masa muda gue?"
"Nikmatin masa muda boleh, tapi jangan ngerusak masa depan," ujar Vano. "Yang lo lakuin itu bisa ngerusak masa depan lo, Kila. Wajar orang tua lo ngelarang. Mereka enggak mau anaknya rusak,"
"Lagian buat apa sih seneng-seneng di dunia? Dunia tuh cuma sementara, Kil. Lo seneng-seneng sekarang, di kemudian hari lo nyesel. Percaya sama gue,"
"Sekali-kali lo baca Al Qur'an, Surah Al Hadid ayat 20, Kehidupan dunia itu hanya kesenangan yang akan lenyap dan hilang serta menipu." kutip Vano.
"Dunia itu cuma mimpi, kehidupan yang sebenernya itu nanti, ketika lo mati. Dan lo bangun tau-tau udah di akhirat. Jadi apa gunanya lo bersenang-senang disini. Semua bakalan dipertanggung jawabin."
Kila menghela napas. "Lo bener. Gue gak pernah kepikiran soal itu. Tapi gue juga belum bisa jadi orang yang baik. Gue gatau gimana caranya,"
"Gue ajarin," jawab Vano membuat hati Kila mencelos. "Kita belajar sama-sama,"
Kila menatap Vano di sampingnya dengan kagum sambil berpangku tangan. "Van,"
"Apa?"
"Kenapa lo berani ceramahin gue, sedangkan lo sendiri juga masih.. yah, belum bener-bener baik banget lah."
"Maksud gue, lo masih suka tawuran, balapan, masih suka ngomong kasar. Masih sering maksiat lah, tapi kenapa lo ceramahin gue kaya tadi?"
Vano tertawa. "Gue ceramahin lo bukan karena gue merasa gue alim. Tapi karena udah kewajiban sesama manusia saling mengingatkan."
"Kalo nunggu semua manusia sempurna, terus siapa yang ceramah? Ustadz juga gaada yang sempurna Kil, semua manusia punya dosa masing-masing," lanjutnya.
"Biasain jangan liat siapa yang bicara, Kila. Tapi liat apa yang dia sampaikan."
Senyum Kila mengembang. Sungguh kagum ia dengan ciptaan Tuhan yang satu ini. "Mantep. Udah cocok banget deh, Van."
"Cocok apa? Jadi ustadz?"
"Bukan, jadi imam gue,"
"Astagfirullahaladzim."
"Aaaaaa Vanoo, ajak gue ke KUA sekarang pleaseeee~"
"Ogah!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VANOKILA: UNDER THE SAME ROOF
RomanceVano yang tak banyak bicara dan Kila yang barbar disatukan dalam satu atap. Mungkinkah sepasang mantan kekasih itu balikan pada akhirnya, atau malah semakin menjauh untuk selama lamanya?