Chapter 12

59 28 5
                                    

YANG MAU BACA AJA MONGGO.

TAPI INGAT JANGAN BACA DI CHAPTER INI SAJA. AKU SELALU UP DOUBLE CHAPTER.

YANG NIAT GUYS BACANYA. HANYA BACA DAN NGEVOTE APA SUSAHNYA SIH, KALAU DIBANDINGKAN SAMA YANG BIKIN CERITA INI MANA SUSAHNYA HAYOOOOO??

JADI JAUHKAN KEEGOISAN. 

HAPPY READING GUYS........



Haechan membaringkan badannya setelah ia menelan obat yang rasanya akan menemaninya hingga akhir hayatnya. Kepalanya masih terasa nyari, tapi Haechan berusaha untuk menahannya hingga obat itu bekerja.

Haechan melirik ke arah Ha Ra yang duduk di tepi tempat tidurnya. Hening tak ada topik pembicaraan dari perempuan itu dan itu membuat Haechan makin canggung.

"Kau bisa bercerita? Yah seperti mendongeng?"

"Haechan mau aku mendongeng?" Ha Ra menatap Haechan dengan sedikit terkejut.

Haechan terdiam. Ia sendiri pun merasa ilfil terhadap dirinya sendiri sehingga wajar Ha Ra terlihat terkejut seperti itu. Bahkan mungkin Ha Ra tertawa di dalam hati. Namun, entah mengapa Haechan ingin mendengar Ha Ra mendongeng atau bercerita, mungkin itu bisa membuat Haechan tidur lebih cepat?

"Kalau mau." Haechan mendongakkan kepalanya, menatap Ha Ra.

"Oke aku akan mendongeng. Untung adikku dulu selalu memintaku untuk mendongeng sebelum ia tidur. Tapi aku harus mendongeng apa yah?" Guman Ha Ra bingung.

Haechan tersenyum melihat Ha Ra kebingungan.

"Kalau bisa cerita dongengnya kau buat sendiri saja."

"Ehm......oke. Ini siap-siap mendengarkan yah. Maaf kalau jelek." Ha Ra meringis.

"Aku bukan guru maupun juri yang pintar menilai."

"Oke. Di sebuah pondok semua rakyatnya hidup dalam damai, tentram dan senyuman tak pernah lepas dari rakyat pondok itu. Pagi yang cerah mereka selalu bekerja dan tak jarang bergotong royong. Itu semua karena tiap malam mereka selalu dilingkupi dengan mimpi yang indah. Namun ada seorang penyihir yang jahat. Ia begitu iri dengan kebahagian rakyat itu...."

Haechan berusaha melawan rasa kantuknya itu dengan berkali-kali membuka kelopak matanya dengan kedua telunjuknya. Ia tak mau tertinggal cerita dari perempuan yang berhasil menjadi kebahagian bagi Haechan.

"......maka penyihir itu mengutuk pondok itu dengan mimpi buruk. Jadi tiap mereka tidur selalu ada jeritan ketakutan, suara tangisan yang hampir terdengar ditiap rumah karena mimpi itu. Suatu hari ada gadis dengan jubah emas memberitahukan pada rakyat kalau mereka harus menghadapi apa yang mereka takutkan. Sebab mimpi-mimpi buruk yang menyerang mereka adalah suatu bentuk dari ketakutan mereka......"

"Tunggu, tunggu kau bercerita mengambil kisah dariku?" Tanya Haechan menghentikan Ha Ra bercerita.

Ha Ra menoleh, menatap Haechan dan meringis.

"Lanjutkan!" Perintah Haechan. Lalu ia segera memarlingkan wajahnya dengan menatap jendela kamarnya untuk menyembunyikan senyuman lebarnya. Rasa senang membuncah di hatinya. Haechan sungguh tak menyangka kalau Ha Ra menjadikan inspirasi untuk membuat cerita.

"........semua rakyat pondok itu pun memberanikan diri untuk menghadapi apapun yang mereka takutkan, penyihir pun marah dan semakin marah. Namun penyihir jahat itu tak bisa lagi untuk mengutuk rakyat pondok itu dengan mimpi-mimpi buruk, karena semua rakyat itu sudah mampu menghadapi yang mereka takuti. Penyihir itu pun mati karena ia tak bisa membuat ketakutan dan kesedihan lagi. Rakyat pondok pun kembali hidup tentram, damai dan bahagia." Ha Ra tersenyum pada Haechan.

LEE HAECHAN  (If she turns your nightmare into a sweet dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang