04

30 8 0
                                    

Hujan mengguyur sore ini, Ray sedang mengendarai mobil BMW putihnya menuju cafe untuk menemui temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan mengguyur sore ini, Ray sedang mengendarai mobil BMW putihnya menuju cafe untuk menemui temannya. Didalam mobil yang sunyi tanpa suara, Ray hanya fokus berkendara dan sesekali melihat sekitar.

Seketika ia melihat sosok perempuan dengan proporsi badan yang kecil dan wajah imut yang sudah tidak asing lagi bagi Ray. Ray pun meminggirkan mobilnya dan parkir tepat didepan Cafe bernama Love Cross.

Terlihat senyum tipis dan singkat diwajah Ray ketika melihat sosok Jihan yang sedang ngomel-ngomel sambil mengehentakan kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat senyum tipis dan singkat diwajah Ray ketika melihat sosok Jihan yang sedang ngomel-ngomel sambil mengehentakan kakinya.

"Tiga"

namun kemudian Jihan mengehela napas dan menggosok-gosok lengannya. Tanpa berpikir panjang, Ray turun dari mobil dengan membawa payung.

Ray akhirnya berjalan menuju ke arah Jihan, dan saat ini ia sudah berada tepat dihadapan wanita itu. Jihan yang dari tadi sibuk dengan ponselnya sekarang sudah menyadari kehadiran Ray dihadapannya.

"Lu kok!?"

Ray hanya diam menatap Jihan dengan tatapan yang saat ini masih sulit diartikan.

"Lu ngapain disini?"

"Lu yang ngapain disini? Nutupin jalan tau ngga? Gua mau beli kopi."

Jihan hanya mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Ray.

"Apaan sih? Buta ya lu, noh liat jalan masih luas kyk gitu, mau masuk ya tinggal masuk."

"Lu kegedean, jadinya pintunya ngga keliatan." Jawab Ray sambil sambil berjalan membuka pintu cafe.

"Hah gue kegedean? SEENAKNYA BANGET SIH LU NGOMONG!!."

"Biarin, mending gua ngomong seenaknya kan, daripada gua diem ntar ada yang sok-sok mau baca tatapan muka gua lagi." Jawab Ray sinis sebelum memasuki pintu cafe.

"Wahh bener-bener yaa tuh orang, kebiasaan banget ngulang perkataan gue." Jihan hanya menatap Ray sinis dari luar cafe.

***

"Mba americano nya 1 ya."

"Oke mas."

"Mba boleh tanya ngga?"

"Iya mas ada apa?"

"Liat kan cewek yang didepan pintu itu." Ray menunjuk Jihan yang sedang berdiri didepan pintu melihat ponselnya.

"Ohh iya mas liat, kenapa ya?"

"Tadi dia kesini mesen apa?"

"Oohh, tadi mba nya itu lumayan lama disini mas, kayaknya sih mba nya itu juga emang suka ke cafe ini, biasa mesen tiramisu sama caramel latte, kayak tadi mesen tiramisu cake sampe 3x, caramel lattenya 4 gelas."

"Hah!? Sebanyak itu dimakan sendiri?"

"Ahahaha kayaknya sih iya mas, soalnya dari tadi juga duduknya sendiri."

"Yauda saya tambah pesen tiramisunya lagi ya satu." Entah angin dari mana yang membuat Ray sedikit peduli kepada Jihan. Dalam pikirannya ia mungkin hanya merasa kasihan dan penasaran dengan wanita yang sudah pernah menamparnya itu.

"Oke mas, ditunggu ya mas."

***

"Hah!? Sejam lagi baru nyampe?"

"..."

"Yauda gece, gue tungguin."

Jihan menutup telfonnya, dan baru menyadari Ray sudah ada disampingnya.

"Napa lo liat-liat?"

"Nih, makan sambil nungguin cowo lu." Kata Ray sambil menyerahkan tiramisu cake kepada Jihan.

Jihan justru bingung dan tidak berani menerima pemberian Ray. Dia menerka-nerka apa yang ada dipikiran laki-laki ini sampai berniat memberikan ia cake.

Napa nih cowo? Baru ngerasa bersalah? Ooohh mau minta maaf? Bagus lah nyadar, tapi nih cake aman kan? Jangan-jangan....

"Ambil gece, mau ngga? Suka tiramisu ngga?"

"Lu pasti mau min—" Ray mengambil tangan Jihan untuk menerima tiramisu cake pemberiannya.

"Gua dapet gratis dari mba nya, katanya gua ganteng, tapi gua ngga suka tiramisu, ambil kalo mau, kalo ngga mau buang."

Mendengar perkataan Ray, membuat Jihan merinding. Tingkat narsistik Ray sudah melebihi level maksimal.

"Najiss, picek kali mata mba nya."

"Matalu kali yang picek."

"Ihh kok lu sekarang jadi ngejawab mulu sih kalo gua ngomong, ngeselin tau ngga sih."

Tanpa menjawab Jihan, Ray berjalan menuju mobilnya. Ketika Ray hendak pergi Jihan baru mulai berpikir, apa mungkin ia harus menunggu kakaknya disini sejam kemudian? Sedangkan ada Ray yang sedang membawa mobil. Dan menurut Jihan Ray masih punya utang kesalahan karena sudah ngetain Jihan seenaknya.

Tanpa berpikir dahulu, Jihan meneriaki Ray yang hendak membuka pintu mobilnya.

"GUE BAKAL KASIH LU KESEMPATAN BUAT MINTA MAAF!!!" 

Hah ngomong apa sih gue? Bodoamat yang penting gue mau balik sekarang, dingin...

Ray menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jihan dengan tatapan bingung. Sedangkan Jihan hanya tersenyum datar.

"Siapa juga yang mau minta maaf sama lu?"

"Ha??? Lu—"

Tahan Jihan, tahann... Nanti lu ngga bisa balik ke rumah.

"Kalo menurut lu gua mau minta maaf, emang lu mau ngasih gua kesempatan apa?"

"Kalo lu kasih gua tumpangan, ntar gua maapin 30%, eh ngga 50% deh."

"Bilang aja kalo mau numpang, tanpa lu ngomong gitu juga, dari awal gua dah tau kalo tatapan lu itu, minta gua buat ngasih lu tumpangan."

"HAH!? wahhh bener-bener yaa lu suka banget ngulang kata-kata gua."

"Gece masuk."

Dengan senang hati Jihan berlari menuju mobil Ray tanpa peduli hujan. Menyadari Jihan berlari begitu saja Ray berlari menghampiri Jihan dengan payungnya.

"Galiat apa ujan?"

"Yaa liat lahh, gue kan punya mata."

"Jangan basah-basahan bodoh. Nanti kalo mobil gua basah gimana."

"Ihh lebay banget sih, gua guyur juga nih mobil lu pake air got."

***

...

Hening dan hanya terdengar suara hujan, begitulah kondisi mobil Ray saat ini.

"Sepi banget sih mobil lu."

"Kalo mau rame ke pasar."

"Depan belok kiri yaa."

Ray hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil kembali fokus menyetir.

Drrttt

Notifikasi dari ponsel Ray bergetar. Ray pun memeriksa pesan masuk.

Jake

dmn posisi?

Ntar gue kabarin lagi•

Love GazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang