#AB-16

340 55 10
                                    

"Teruslah bermimpi, lantaran setiap manusia boleh mendapatkan keberhasilan berbeda."

(Author ***** POV)

Situasi tak lagi sama seperti dulu, saat Yoongi dan Jungkook masih kecil dan mendapati kasih sayang sama rata. Orang tua adalah guru pertama anak-anaknya, tidak sedikit pun dari mereka memberikan rasa sakit berlebih. Hal itu bagi anak-anak yang cukup beruntung mendapatkan orang tua baik serta menerima keadaaan anak mereka.

Tidak salah memang jika setiap orang tua inginkan anaknya berjaya dalam status tinggi diantara para manusia. Status pejabat serta keinginan untuk kaya berlebih merupakan satu tujuan setiap orang di muka bumi. Yoongi pasti juga akan dituntut demikian jika dia punya kelemahan yang sama seperti adiknya. Bisa jadi dia paling lemah jika harus menggantikan posisi Jungkook sekarang ini. Lebih baik dia yang menjadi lemah dan bukan adiknya, dunia memang menuntut orang pintar dan hebat untuk hidup dalam kenyataan keras dan kejam.

Lalu....

Apakah dunia tidak menerima salah satu manusia atau beberapa dari mereka yang handal?

Yoongi masih memikirkan semua itu sampai matanya pedih akan angin malam ini. Bukan hanya itu saja, Yoongi sengaja makan di kedai kaki lima. Tempat dimana kedua orang tuanya tidak akan pernah mau untuk sekedar duduk sebentar disini.

Yoongi berani bertaruh kalau ibunya akan heboh serta ayahnya akan menuntut pemilik kedai agar bekerja lebih keras. Biasanya akan jadi lebih panjang kalau pria yang menjadi kepala rumah tangga dan dia hormati itu memberikan ocehan pengalaman panjangnya menjadi manusia paling kaya.

"Beruntung ya ada kedai disini. Aku senang sekali kita bisa makan bersama. Jarang bukan? Apalagi kau sangat sibuk dengan semua tugas sekolahmu..." Cemberut Yoongi tidak suka. Kalau dia bisa memilih dia ingin memindahkan para manusia menyebalkan di antariksa. Oke, kita biarkan saja sang Alpha untuk memimpikan semuanya di dalam imajinasi gambarannya.

"Maafkan aku, Hyung juga tahu bagaimana eomma dan appa ingin keberhasilanku. Sepertinya aku sangat merepotkan dirimu, apalagi aku tidak tahu kalau Hyung juga..." Jungkook menggantung kata-katanya dan melirik ke arah penampilan sang kakak yang sangat rapi dengan jas hitam dan juga pakaian resmi.

Yoongi mencoba mengulas sudut kurva bibirnya. Dia memainkan salah satu bungkus tisu di depannya yang jauh lebih menarik.

Acara pesta atau perjamuan makan malam mungkin? Jujur saja Jungkook jarang melakukan kegiatan itu. Terakhir saat ulang tahun sang ayah.

Ah, itu masa lalu. Jungkook dituntut pandai dan lulus dengan nilai baik jika dia mau dianggap anak lagi. Semua yang dia impikan tidak semudah memasang gelang kaki di pergelangan tangannya.

"Sangat lelah karena banyak mengurus aku yang manja ini. Maafkan aku Hyung, aku sangat takut dengan guru privat ku. Karena itulah aku minta bantuanmu, aku sungguh tidak tahan dengan keadaan ini hikss-" Jungkook cepat menahan tangisnya. Tidak ingin mengubah persepsinya juga tekadnya.

Yoongi tahu dan percaya kalau adiknya ada bakat, kedua orang tuanya saja yang lebay sampai menghempaskan putra keduanya dari langit sampai kedua sayapnya patah dan retak. Hingga tidak ada kata penopang bagi semua impiannya.

"Jangan mengira aku senang ikut acara mewah. Aku sama sekali tidak bisa menikmatinya, tidak ada kau dan itu sangat jahat bagiku. Aku bagaikan anak pungut hilang di jalan saja."

Celoteh lucu Yoongi membuat Jungkook sedikit tertawa. Suasana dingin dan sedih mencair perlahan, Yoongi memang andal kalau harus membuat perasaan beberapa orang tidak canggung. Kesadaran akan dia yang masih ketakutan dengan guru privatnya masih terbawa. Itulah kenapa tangan kanannya mengusap air matanya cepat saat tetesan di bawah kelopaknya mencoba untuk menyapanya.

Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang