𝑺𝒆𝒑𝒆𝒕𝒊𝒌 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝑲𝒂𝒎𝒊

13 1 0
                                    

Satrio,laki-laki yang baru-baru ini muncul di dalam mimpiku.Sungguh,aku tidak mengerti mengapa aku bisa memimpikannya.Seorang laki-laki yang pernah aku kenal sejak hampir empat tahun yang lalu,akibat temanku sendiri yang memperkenalkan dirinya kepadakau hanya lewat nama.

Lalu kemudian,aku mulai mengenalinya akibat sisi humoris dan anehnya pada empat tahun yang lalu.Sisi Satrio sebelum dia mengenal siapa sebenarnya aku.

Kalau aku boleh jujur,aku tidak mengerti  sebenarnya,apakah dia mengenalku atau tidak pada saat itu.Tetapi di dalam sebagian dari diriku mengatakan bahwa dia mengenaliku akibat temanku pada saat itu--tetapi dia hanya berpura-pura tidak mengenaliku akibat mungkin aku pada saat itu terlalu malu untuk memulai percakapan dengannya.

Aku mulai bertemu dengan Satrio lagi,di saat banyak sekali orang-orang yang membicarakannya.Aku awalnya tidak terlalu peduli dengan orang-orang yang mirip Satrio itu,tetapi entah kenapa semakin hari dia semakin di bicarakan dengan banyak orang.

Mulai dari si Satrio itu adalah laki-laki tertampan yang ada di angkatanku,atau mungkin dia adalah siswa basket yang banyak di dekati siswi-siswi sekolah.

Hingga pada akhirnya,aku bertanya kepada salah satu temanku waktu itu.Di mana aku bertanya bentuk wajah si Satrio itu,hingga mereka menunjukan wajah Satrio dengan cara menunjuknya.

Saat pertama kali aku melihatnya,bisa di bilang aku sedikit kaget.Mungkin karena wajah milik Satrio itu sangat familiar di mataku.Hingga aku ingat salah satu temanku yang memberikan kesan aneh saat terakhir kami bertemu.Ternyata itu dia,Satrio yang aneh dan yang sekarang berubah menjadi lebih cool dari sebelumnya.

Jujur saja aku kaget melihat reaksi banyak orang tentangnya,karena kebanyakan orang hanya melihat sisi barunya pada saat itu.Tetapi aku tidak menyalahkan mereka,karena si Satrio sendiri yang mau melakukan itu sekarang.

Lalu,aku sering melihatnya mulai pada saat itu .Tetapi aku hanya sekedar menyapa dengan teman-temannya yang kebetulan dekat denganku,dan selalu menyapaku ketika aku melewati kelasnya dan berpapasan tanpa sengaja dengan mereka.

Dan dia sering juga melihatku,hanya saja dia tidak pernah menyapaku.Aku tidak menyalahkannya,karena pada dasarnya aku juga diam dan agak sedikit mengacuhkannya saat kami bertemu.

Sebenarnya bukan mengacuhkan,mungkin lebih ke tidak ingin menyapa agar tidak terkena "masalah".

Hingga suatu hari,aku dapat informasi soal penggantian kelas tambahan.Di mana aku mendapatkan kelas tambahan nomor tiga,dan berada di posisi tujuh dari belakang urutan kelas ini.

Aku tidak berekspektasi apa-apa pada saat itu,tapi aku berharap agar bisa sebangku dengan murid perempuan.Mau siapapun itu aku terima,karena mungkin aku agak sedikit takut untuk duduk di samping laki-laki.

Hingga,aku melihat siapa teman sebangkuku sendiri.

Ya—bisa di bilang,teman sebangkuku adalah Satrio.Siswa yang sering aku hindari.

Aku sempat merutuki nasibku,tetapi aku berusaha untuk tidak berekspresi apa-apa—akibat aku tidak ingin hal ini sampai di telinga semua orang,walau itu tidak mungkin terjadi.

Baru saja aku duduk di situ,teman-teman si Satrio ini sudah mengetahui jika aku duduk di sebelah Satrio teman mereka.

Mereka sempat menggodaku sebentar,tetapi aku berusaha untuk tidak melakukan apapun.Mungkin karena aku sudah terlalu kesal dengan nasibku yang terlalu buruk ini.

Kalian tau bagaimana kelanjutan dari kisah ini,ya--bisa di bilang aku dan Satrio tidak berbicara sama sekali seperti anak-anak yang lain.

Interaksi kami hanya memberikan kertas absensi dengan cara melempar,dan selesai.Itu saja.

Lalu aku akan melocati kisahku ini,saat aku sampai kelasku.

Seluruh temanku benar-benar sangat heboh ketika aku datang ke dalam kelas.Ada yang menanyakan apakah yang di bicarakan teman si Satrio itu benar atau tidak? Ada juga yang memberitahukanku jika banyak yang sudah tau berita ini.

Aku tidak kaget akan apa yang akan di tanyakan dan pernyataan temanku.Jadi aku memilih menjawab seadanya dan kembali ke tempat dudukku.

Mungkin itu sepetik kisahku dengan Satrio.Kisah yang tidak memiliki kesan sama sekali,tetapi bisa di bilang itu adalah kenyataannya.

Kisahku dan Satrio belum selesai dan masih akan berlanjut.Entah kisah ini akan berakhir dengan Satrio dan aku akan menjadi teman dekat atau kami berada di satu sekolah lagi.Atau mungkin,kami akan seperti ini terus hingga waktu dan semesta yang memutuskan akhir cerita kami.

SatrioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang