Televisi di ruang tengah sedang menyajikan tayangan seorang putri kerajaan menari-nari dan bernyanyi di dalam kastil. Namun, dua orang yang sejak awal merengek ingin menonton film Barbie tersebut malah sudah medengkur tenang terbawa alam mimpi. Marsha tertidur di pelukan Lionel, begitu pula Keisha yang terlentang di pangkuan Adara.
Adara menolehkan kepala ke arah Lionel. Mereka berbagi pandang sejenak, lalu sama-sama meringis lucu.
"Capek banget mereka. Baru mulai film, udah bobo aja," ujar Adara berbisik sambil terkekeh.
Lionel menundukkan kepala sejenak supaya dapat mencium bau harum yang menguar dari rambut Marsha. "Habis main salon-salonan, makan banyak, eh langsung KO."
"Bawa ke kamar, yuk. Kasian, nanti pegel kalau tidurnya kayak gini."
"Oke." Lionel melirik rambut Marsha, kemudian juga rambut Keisha. "Kepangannya di lepas aja kali ya, Ra? Aku ngebayangin kalau nggak dilepas, takut mereka ngerasa ada yang ganjel di kepala."
"Oh iya, bener. Yah, sedih deh, aku harus ngelepas kepangan aku yang dapet juara ini," sahut Adara sembari memajukan bibirnya.
Lionel berdecak. Ia tahu Adara sedang menggodanya. Tadi pagi, setelah mengajak si kembar keramas dan mengeringkan rambut, Adara dan Lionel sepakat mengadakan lomba mengepang. Juara dinilai dari kerapian dan kecepatan. Lionel memang selesai lebih dulu, tapi hasilnya masih jauh di bawah karya Adara. Adara nyaris memproklamasikan ia dan Lionel sama-sama mendapat jaura supaya si kembar tidak ada yang kecewa. Di luar dugaan, Marsha berbesar hati memeluk Lionel, menepuk-nepuk punggungnya sambil berkata, "Enggak apa-apa, Abang. Jangan sedih, ya, kapan-kapan kita coba lagi."
"Sombong, sombong ... Huuu," seru Lionel yang sontak memancing tawa Adara.
"Kamu juga keren, kok. Calon-calon family man banget, nggak masalah main mainan cewek," puji Adara.
"Gitu, ya? Keren dong, aku? Kerenan mana sama Aldi?"
Adara memutar bola matanya. Sudah sebulan ini, semenjak mereka resmi menjalin kasih, Lionel semacam menggunakan Aldi sebagai rival. Nyaris semua yang Lionel lakukan lelaki itu ukur menggunakan skala Aldi-meter. Merupakan tindakan percuma dalam pandangan Adara, sebab di matanya kini, Aldi tidak apa-apanya dibanding Lionel.
"Kerenan kamu. Puas?"
Lionel tertawa senang. Akibatnya, Marsha sedikit melakukan pergerakan. Spontan, Lionel menepuk-nepuk pantat adiknya dengan perlahan, berharap dapat menciptakan irama yang mengantar Marsha kembali terlelap.
Segera setelah kepangan di rambut Marsha dan Keisha terlepas, Lionel dan Adara mengangkut si kembar ke kamarnya. Lionel lebih dulu membaringkan Marsha di kasur. Ketika Lionel menoleh ke sisi lain kamar tempat kasur Keisha berada, Lionel melihat Adara sedang membungkuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Keisha dengan usapan yang sangat lembut. Lalu, Adara meninggalkan kecupan ringan di kening Keisha yang sudah tidak tertutup poni.
Hati Lionel berdesir hebat. Terbayang Adara melakukan hal yang sama suatu saat di masa depan, kepada bocah kecil yang merupakan buah hati mereka, bukti dari cinta yang telah terikat oleh komitmen sehidup semati di hadapan Tuhan. Jika bayangan itu benar menjadi nyata, Lionel berjanji akan melindungi Adara dengan segenap raga dan jiwanya. Tidak seperti sekarang, saat dia tidak bisa menghukum orang yang telah melukai Adara.
"Yo?"
Panggilan Adara menyadarkan Lionel dari lamunannya. Tanpa membuang waktu, Lionel mengikuti kata hatinya untuk menyambar tangan Adara dan menariknya keluar kamar. Begitu mereka melewati pintu, Lionel merengkuh Adara erat-erat.
Adara mendelik, tapi sedetik kemudian ia membalas pelukan Lionel.
"Rara, maaf ..."
"Maaf kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mismatch So Perfect [COMPLETED]
Ficção AdolescenteAdara dan Lionel ibarat kutub utara dan selatan. Mereka begitu berbeda, selayaknya dua keping puzzle yang tidak akan pernah cocok menyatu. Seharusnya, Lionel tetap menjadi lelaki tampan dan populer dengan dunia tak terjamah oleh Adara. Semestinya, A...