S I X

208 47 9
                                    

Bahkan jika aku harus menunggu ribuan tahun,
Asal aku bisa melihatmu sehari, sebulan, bahkan setahun, itu bukan masalah


Derit pintu mengalihkan pandangannya dari setumpuk buku tebal dihadapannya. Jieun menatap heran kearah lelaki yang berjalan sempoyongan di ambang pintu. Gadis itu segera bangkit, memopoh sang lelaki yang hampir saja tersungkur ke lantai marmer perpustakaan.

Jieun merasakan panas menerpa bahunya. Ia lalu membawa tangannya untuk menyentuh kening Jungkook. Matanya melebar, mendapati bahwa sang lelaki tengah sakit sekarang.

Jieun mendudukkan Jungkook di kursi panjang sedangkan ia berlalu begitu saja dari hadapan lelaki itu membuat lelaki yang masih setengah sadar itu menatap kepergiannya dengan sendu.

Jieun kembali dengan sebotol air dan obat penurun demam di genggamannya. Ia berulang kali menepuk pipi Jungkook dengan lembut.

"Hei, bangun." Bisiknya lirih, matanya menjelajah takut ada seseorang yang melihatnya membawa sebotol air kedalam perpustakaan.

Jieun mengguncang bahu Jungkook sedikit keras, "Jungkook-ah, cepat bangun. Kau harus minum obat dulu." Lirih Jieun.

Perlahan Jungkook mengerjapkan matanya yang terasa berat, ia menatap wajah Jieun dengan senyum samar turut terpatri di wajah tampannya.

"Minum obat dulu." Jieun menyodorkan paracetamol pada lelaki itu.

Jungkook bergeming, ia hanya menatap sayu kearah Jieun, "Ayo minum dulu obatnya."

Mau tidak mau lelaki itu meraih paracetamol di tangan Jieun. Meminumnya dalam sekali tegukan. Setelahnya lelaki itu kembali menjatuhkan kepalanya, namun kini di paha Jieun bukan di meja lagi.

"Biarkan seperti ini, sebentar saja. Kepalaku sangat pening." Jieun hanya mengangguk. Ia mengusap surai hitam lebat milik Jungkook yang kini tengah terpejam menikmati sentuhannya.

Waktu berlalu begitu cepat, seorang penjaga perpustakaan bahkan sampai menghampiri mejanya. Ia tersentak kala penjaga itu menepuk bahunya. Ya Tuhan, bagaimana bisa ia turut tertidur disana? Matanya mengedar dan membulat seketika saat ia lihat jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Astaga. Dia tertinggal pelajaran.

"Sudah waktunya tutup." Sang penjaga kembali bersuara. Wanita tua itu menatap aneh kearahnya.

Jieun membungkuk kecil, "Maafkan saya. Teman saya sedang sakit, saya awalnya menjaganya namun justru turut tertidur disini."

Penjaga itu hanya mengangguk kecil, "Bereskan bukumu dan segeralah meninggalkan perpustakaan."

Jieun buru-buru membangunkan Jungkook yang masih terlelap di pahanya, "Hei, cepat bangun. Sudah waktunya pulang."

Jungkook mengerjapkan matanya, ia perlahan bangkit. Meski matanya nampak lelah khas orang sakit namun tubuhnya terasa lebih baik setelah tidur tadi.

"Thanks." Jungkook tersenyum lemah kearah Jieun membuat gadis itu hanya mendengus.

"Kamu bawa mobil?" Tanya Jieun tanpa menatap lelaki itu. Gadis itu kini berjalan cepat menuju pintu perpustakaan.

Jungkook menggeleng kecil, "Tidak."

Jieun menghela napas ia menghentikan langkahnya lantas berbalik menatap Jungkook, "Kalau begitu pulang bersamaku saja." Jieun kembali melanjutkan langkahnya kearah parkiran tempat dimana mobilnya terparkir.

"Maaf menyusahkanmu seharian ini." Jungkook berujar menyesal membuat Jieun mencebik, "Bukankah setiap hari kau menyusahkanku?" Balas Jieun cepat.

Jungkook tertawa tanpa suara namun wajah lelaki itu nampak sangat cerah. Ia tatap wajah gadis disampingnya yang juga tersenyum kecil kearahnya.

"Aku selalu bersyukur karena tuhan menempatkan orang baik sepertimu disampingku." Jungkook berujar tulus, ia sibak ujung rambut gadis itu yang menutupi wajah cantiknya, "Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan hanya kau satu-satunya yang bertahan menjadi teman dekatku, aku sangat berterima kasih untuk itu."

Setelahnya tak ada suara tercipta, Jungkook kembali memejamkan mata dan Jieun fokus menyetir. Namun sesekali gadis itu melirik lelaki tampan disampingnya. Senyum miris terpatri diwajah cantik yang meredup itu.

"Apakah bagimu aku hanya sahabatmu?" Lirihnya.

***

Jieun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe lantas menatap keluar cafe dimana banyak orang berlalu lalang. Otaknya terus bekerja, memikirnya apakah kolega lelaki itu sangat penting? Hingga tidak ada seorangpun didalam cafe ini?

Untuk seukuran cafe ditengah kota, ini nampak sangat aneh jika tidak ada satupun pengunjung yang datang namun gadis itu mencoba mengabaikan. Ia duduk di sudut ruangan. Lelaki yang bersamanya hanya terkekeh lantas mengusap puncak kepalanya sayang.

"Kau selalu memilih duduk di pojok. Kenapa?" Jungkook bertanya setelah dirinya duduk disamping gadis itu.

Jieun nampak berpikir, "Nyaman. Tidak jadi pusat perhatian. Dan bisa berada dalam duniaku sendiri." Jelas Jieun santai. Jungkook mengangguk paham, lelaki itu tak bersuara, ia hanya memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman.

Jungkook kembali memusatkan atensinya pada Jieun, "Apa aku ada dalam duniamu?" Tanya lelaki itu sembari menopang dagunya.

Netra gadis itu membulat, ia menatap mata Jungkook yang menatap lurus kearahnya, "Ka-kau, Apa yang kau maksud?"

Jungkook terkekeh kecil, "Bukan apa-apa."

Pelayan datang membawa satu nampan besar makanan dan minuman yang lelaki itu pesan. Arin mengernyit heran, "Kau memesan ini semua?" Jungkook mengangguk sebagai jawaban.

"Apa tidak berlebihan? Dan lagi jika kolegamu datang, mereka juga tidak mungkin mau makan makanan dingin." Gadis itu sedikit khawatir karena porsi yang lumayan banyak.

"Makan saja, kenapa memikirkan kolegaku."

Setelah kalimat itu keduanya menyantap makanan dalam diam. Tidak ada yang membuka suara hingga tiba-tiba muncul se-cup es krim rasa mint choco di depannya. Ia mengerjap, namun senyum cerah terpatri diwajahnya.

"Sudah lama sekali sejak aku memakan es krim ini. Kupikir aku terakhir kali memakannya saat kuliah." Gadis itu berceloteh sambil menyendokkan es krim ke mulutnya. Ia terus bersorak untuk rasa es krim yang bercampur didalam mulutnya.

"Kau hanya memesan satu cup?" Jieun baru tersadar kala ia tak melihat es krim didepan lelaki itu padahal ia ingat dengan jelas bahwa Jungkook juga menyukai es krim rasa mint choco.

"Habiskan saja, aku sudah kenyang." Jungkook menyahut, mendengar balasan itu Jieun dengan semangat menyendoknya hingga gerakannya terinterupsi. Ia menatap wajah Jungkook intens, yang ditatap juga memberikan tatapan yang sama.

Jieun meraih tisu di mejanya. Ia sedikit terkekeh kecil, lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam mulutnya, "Apa ini?" Tanyanya menyodorkan tisu itu pada Jungkook.

Jungkook mengintipnya lantas mengendikkan bahunya tak tahu, "Entahlah. Kenapa kau menanyakannya padaku?"

Jieun diam mungkin ia salah paham. Ia berniat bangkit namun jemarinya digenggam erat oleh Jungkook, "Lepas dulu. Aku hanya ingin mengembalikan cincinnya. Aku khawatir ada pelanggan yang akan menca—"

Ucapannya terhenti kala melihat barang yang ternyata cincin itu sudah bertengger di jari manisnya, "Aku ingat dengan jelas bahwa aku tidak mengenakannya."

"Aku yang mengenakannya." Jungkook berujar santai. Jieun mengerjap, "Hah?"

"Will you marry me?"

***

Upload pagi-pagi buta. Hehe
Selamat membaca guys~ terbuka menerima kritik dan saran.

Minggu, 26 September 2021

Senja

SongFict ≈ WAITING ( Jungkook - Jieun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang