3. Keracunan

30 18 5
                                    

"Terus?" tanya Novella, mengangkat sebelah alisnya.

"Kenka," sahut, tersenyum paksa.

"Kemana mereka?" tanya Novella, dingin.

"Kenka sakit, dia absen gak hadir kesekolah. kalau Weza, aku kurang tahu dia kemana, tapi biasanya dia kegedung belakang sekolah," jawab Jeni.

Novella menghela napas kasar, ini adalah salah hal yang ia tak suka bekerja kelompok. "telpon Weza, suruh dia kekelas. kalau gak mau, coret di makalah nanti," seru Novella. Nerd dan Jeni mengangguk saja, yang penting mereka bisa selamat dari Novella.

Jeni Heleya, gadis bermata biru. siapa yang tak kenal dengan nya, anak dari pengusaha kaya raya kedua didunia. sifat nya yang manis dan anggun, menjadi daya tariknya. ia cantik secara fisik, tapi kurang cantik dalam karakter. Novella, dia yang taku sifat asli dari Jeni. gadis dari anak pengusaha itu, pernah terciduk melecehkan sesama jenis nya. miris, karena Jeni tahu ia memergoki nya saat itu. dari situlah, awal mula Jeni berusaha mendekati Novella.

"Percuma, dia gak bakalan ngangkat telepon kalian. dia gak bawa hp," sahut Nerd.

"Kok bisa?" tanya Novella.

"Hp nya kan ada pada ku," jawab nya, memperlihatkan sebuah benda pipih, ditangan kanan nya.

"Loh?" Aleya bingung.

"Dia kalau keluar kelas, pasti hp nya dititipin ke orang. alesannya sih klasik, biar gak ada yang ganggu," ungkap Nerd.

Novella memijit pangkal hidung nya, rasanya ia semakin benci dengan tugas kelompok. "Biarin dia, coret dimakalah nanti kalau dia belum datang juga," sahut Novella, membereskan buku buku nya.

"Mau kemana?" tanya Jeni, mencekal tangan kiri Novella.

Novella menepis, tak suka tubuh nya disentuh tanpa ijin. "Ke lab kimia, kalian gak akan ikut? atau kalian mau dicoret juga dari makalah?" Novella, berlalu pergi.

Nerd dan Jeni beringsut berdiri, mengejar Novella dari belakang. nilai mereka sangat berharga, demi nilai pengganti Uts, mereka rela patuh pada Novella.

Di lab kimia, Novella membolak balikan botol berisi cairan cairan berbahaya. mata nya menatap jeli, setiap tulisan keterangan dibotol itu. tugas diberi masing masing setaip kelompok berbeda, dan tugas mereka cukup mudah, merancang dan melakukan percobaan menguji semua larutan.

"Pertama, kita buat rumusan masalah. untuk tugas mencatat, itu urusan Jeni. Nerd, kamu rancang semua rangkaian percobaan kita. aku, cari bahan larutan dan alat nya dulu. kita percepat sebelum waktu habis," intruksi Novella, beringsut pergi kelemari larutan.

Nerd dan Jeni, mereka mengangguk setuju. sambil menunggu Aleya, mereka mencatat seadanya makalah itu. beberapa cairan telah didapat, Novella kembali ke meja lab.

"Nerd, baju sama perlengkapan lab kamu mana? kenapa masih disitu? cepat ganti!" seru Novella, kesal.

Nerd menggaruk tengkuknya tak gatal, ia terlalu antusias dengan praktek kali ini, sampai lupa harus memakai persiapan lab. seperti jas lab, sarung tangan, kacamata leb, masker dan lain lain.

"Ak-aku keruang ganti dulu," ujar Nerd, tersenyum canggung.

15 menit berlalu, setengah dari percobaan sudah terlihat hasilnya. tidak ada yang meleset dari prosesur yang Novella tentukan, semua nya bejalan lancar. mereka saling membantu dan memberi opini. Novella paham, jika kelas biasa pasti waktu 15 menit hanya akan memakan waktu sia sia dalam lab, tapi tidak dengan Axel class.

"Jeni, kamu catat semua nya dalam bentuk data atau diagram. Nerd, kamu bantu aku analisis data," intruksi Novella.

Mereka berdua mengangguk paham, membiarkan Novella sebagai komando dalam presentase kali ini. waktu menipis, percobaan mereka tak ada yang gagal. mereka bersorak, karena rangkaian sudah selesai di catat.

"Akhirnya selesai," ucap Jeni, mengusap keluh.

"Are you ok? kamu keringetan banyak banget," tanya Nerd, khawatir.

Novella melirik kearah Jeni, pelipis gadis itu mengucur banyak sekali keringat. sangat aneh, karena pekerjaan mereka tidak menghabiskan banyak tenaga. "Hiperhidrosis," celetuk Novella.

Jeni mengangguk, ia memang memiliki penyakit atau sindrom bawaan sejak lahir. dimana penderita Hidrosis, akan mengalami tingkat pengeluaran cairan keringat berlebihan secara tidak normal. seperti pada bagian wajah, ketiak atau lekuk tubuh tertentu.

"Wow, benarkah? itu artinya, Jeni punya sindrom dong?" tanya Nerd, menutup mulut nya, seakan tak percaya.

"Iya, penyakit aku gak terlalu berbahaya kok. cuman kayak ngerasa gampang lengket aja badan aku," jawab Jeni, tersenyum.

"kamu bawa obat nya?" tanya Novella.

Jeni tersenyum manis, ia mengangguk antusias. "Bawa! ditas ada Ibuprofen basis antiinflamasi, jadi aku gak terlalu ribet sih," jawab Jeni, malu malu.

"Wait, itu artinya kamu mandi berapa kali, sehari?" tanya Nerd.

"3, pagi sore malem," jawab Jeni, melihat kerah Nerd.

Nerd ber oh ria, atensi mereka kembali pada alat dan larutan yang masih tergeletak berantakan, dimeja lab. Novella, ia menyuruh Nerd menyimpan alat bekas praktek mereka kelemari, Jeni membersihkan meja. sedangkan Novella sendiri, ia menyimpan kembali sisa larutan kimia.

"Eh, ini apa? kok ada bunga di lemari?" monolog Novella, memandang pot kecil berisikan bunga berkelopak merah.

Novella tersenyum, bunga itu memang belum terlihat mekar. tapi, warna kelopak nya sudah mulai terlihat segar. Novella mengambil bunga itu, hati nya yang mengagumi secara tidak langsung, mencium aroma bunga itu.

"Uhuk uhuk!" Novella terbatuk, mata nya melotot saat merasakan tenggorokannya tercekat.

'Brukhh'

Bunga itu jatuh, pot nya pecah berserakan dengan tanah diatas lantai. Novella memukul mukul dada nya sakit, tenggorokannya benar benar kering sekarang. ia memegang kepala nya yang terasa berat dan pusing, mata nya mengabur, bersamaan dengan rasa panas dan sesak didadanya.

'Brugh!'

Novella ambruk, ia terduduk kejang dipinggir lemari. rasa panas dan sesak didadanya semakin berat, mata nya sudah mengabur sempurna. tangannya meggapai gapai penyangga rak larutan, susah. Novella tak bisa berteriak apalagi berucap, tenggorokan nya terlalu perih untuk diajak kerja sama.

"Novella!!" teriak Jeni, dari arah pintu ruang larutan.

Novella tak bisa lagi menopang tubuh nya, ia terkapar diatas lantai dengan mulut yang berbusa. mata, hidung dan telinga nya mengeluarkan banyak darah. Jeni panik, ia berteriak sekencang kencang nya mencari bantuan.

"Toloong! toloong!! Vella keracunan!!" teriak Jeni, berlari keluar.

Novella tergeletak tak berdaya diruangan itu, busa yang ia keluarkan dari mulut nya semakin banyak, bersamaan dengan darah yang tergenang di lantai lab. Novella tak sadarkan diri, ia sekarat karena mengendus harum racunnya bunga Oleander.

****

Seorang gadis muda, terkapar diruang minum teh nya. tubuh nya kejang kejang, menahan rasa sakit yang ia dera. mulut nya berbusa, dengan mata melotot menahan sesak didada. air mata nya mengucur deras, ia baru saja meminum teh yang mengandung racun. ia sekarat, tapi tidak ada satupun dayang atau orang yang berniat membantu nya. tak ada yang mau mengangkat tubuh nya, atau memanggil tabib untuk menyelamatkan nyawanya. seakan siasat ini telah disetujui semua orang, ia akan tewas dengan keadaan tak terhormat.

"Jj-jika tuhan memang ada, ak-aku ingin engkau mengirimkan jiwa lain, untuk membalas semua perbuatan merek-kah..aku ingin mati, mm-mati dengan keadaan terhormat. hanya itu," gumam nya, dengan mata mengabur sempurna. ia tewas, bersamaan dengan tubuhnya yang berhenti mengejang.

Dinasti GoguryeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang