Jam 6 pagi tepat aku masih di rumah ibu, menunggu klakson klasik berbunyi dari mobil ayah yang akan menjemputku, hampir setengah jam aku di depan ruang tamu ayah sendiri tipe orang yang suka ngebut saat berkendara dulu saja pernah menabrak trotoar saat terburu buru pergi ke kantor, wajar jika aku khawatir.
Bahkan luka yang masih membekas di kaki ayah pasca kecelakaan."Ran gimana ayah mau jemput sekarang?"
Tanya ibu yang sedari tadi sibuk dengan sayur dan bumpu dapur, iya ibu sudah menyiapkan sarapan untuk ayah dan aku barangkali hati ayah terbuka dan makan bersama kami seperti dlu lagi.
"Belom bu kayknya ayah sibuk, pesan dari ayah aja belom ada yang masuk"
"Coba kamu hubungi lagi ayah mu suka mengabaikan pesan dari orang"
"Sudahlah bu, emm ibu masak apa kiran bantuin"
"Ibu masak ayam saus pedas kesukaan ayahmu, siapa tau mau sarapan bareng kita"
"Kiran gak yakin ayah mau paling cuman nyapa bentar itu aja kalo ayah lagi mood"
_______
Panjang umur, satu pesan masuk dari ayahku.Ayah♡
Ran ayah sibuk, kamu di rumah ibu sehari lagi bisa? Ayah jemput besok 07:00Iya yah kiran disini dulu ayah jaga diri baik 07:05
Ternyata ayah sibuk, yes..aku bisa sehari lagi bersama ibu jujur saja aku memang tidak ingin pulang ke bandung sekarang.
Ibu sendiri selalu bilang "Perpisahan itu pasti ada nak siap atau tidak kamu harus menerima" kalimat yang selalu terngiang di ingatanku aku yakin saat ibu berpisah dulu dengan ayah rasanya sakit sekali. Perceraian ini hanya sepihak dan ibu terpaksa harus menerimanya. Suatu hal yang di paksakan itu tidak enak aku tau.
"Ayah sibuk jadi kiran disini sehari lagi bu, barusan ayah kirim pesan sama kiran, maaf bu ayah ngecewain ibu lagi ni masakan gimana"
"Enggak papa ran, ibu seneng kalo kamu bisa lebih lama lagi sama ibu loh kerjaan kamu gimana?"
"Udah beres, aku udah suruh Nia buat urus semuanya katanya di bandung juga hujan jadi resto buka agak siangan"
"Iya sudahlah, ibu mau mencuci daripada kamu nganggur mending beresen tanaman ibu di teras"
Sudah lama sekali aku tidak bercocok tanam di rumah ibu, pagi ini harus bergelut dengan sekop dan pot tanaman hias tidak buruk buat aku yang pemalas, bercocok tanama itu ide yang baguss.
"Loh bibit bunga lily banyak banget ibu pesen lagi? Bu ini bunga lily punya ibu?"
Teriaku dari teras namun sayang, ibu tidak menjawab
"Kalo iya punya ibu, banyak banget gak biasanya ibu pesen sebanyak ini"
Ada 15 bibit, bunga hias terjejer rapi di teras dan bunga lily mendominasi,cantik sekali..
"Maaf sebelumnya mba , ini bibit bunga milik kakak saya"
Suara pria asing menyapa telingaku,lantas aku pun mendongak dan menatap pria asing di depanku ini, tubuhnya yang kekar kaos hitam yang menampakan bisepnya dan topi hitam yang membuatnya semakin cool dan manly, sesaat aku kira penculik karna yang pria ini pakai serba hitam.
"Mas ngagetin aja, maaf saya kira tadi punya ibu saya lagian di taroh disini jadi salah paham"
"Loh kok jadi marah2 saya kan cuman mau ngambil bunga kakak saya!
"Yaa ngegas!! Punya teras sendiri ngapain taroh di teras rumah saya"
"Yee orang baruu aja nyolott mba mbaa"
"Anda yang orang baru ya mass sopan dikit sama cewek"
"Yaa mba saya sudah sopan mba nya aja keburu marah marah"
Buang buang waktu saja jika berdebat dengan orang asing ini, Tanpa rasa bersalah pria ini pergi begitu saja ingin sekali rasanya ku lempar dengan pot biar tau rasa.
"Woy..dasar lu yee sini maju loo! sabar kiran sabarr..hufff emosi gw"
"Bu ibu, tetangga baru ibu gak ada sopan nya sama sekali masa tadi marah2 sama kiran"
"Loh marah2 kenapa?"
"Kiran salah ngambil bunga, taunya bunga lily itu punya ibu ternyata bukan"
"Kamu ini, lagian ibu tidak terlalu suka bunga lily minta maaf sana kamu juga salah harusnya tanya dulu"
"Males bngt kiran harus minta maaf biarin aja palingan kena mental dah gak berani keluar dia tuh"
"Kirann nurut sama ibu minta maaf sana sama tetangga baru harus akur"
Daripada aku harus berdepat dengan ibu, aku pun menuruti apa kata ibu kembali ke teras menunggu pria itulah dan meminta maaf batinku gengsi sekali yang salah siapa yang harus minta maaf siapa.
"Males bngt gw harus minta maaf"
aku sama sekali tidak pernah menyesali diamku , tetapi aku berkali-kali menyesali bicaraku, apa yang ibu suruh ada benarnya siapa tau pria itu sakit hati karna bicaraku tadi.
_______
"Mas mas, tunggu""Iya mbaa gimana"
"(Hah sial salah orang) mmaaf saya salah orang kirain saya tadi anu"
Malu sampe tua, percaya yang aku panggil barusan orang yang ingin aku temui sampai aku bela belain untuk bangun pagi.
"Mba tunggu kamu yang tadi marah marah sama adik saya?"
"Hehe iya tadi owh kamu kakaknya emm tolong bilangin aku mau minta maaf soal tadi"
"Saya juga minta maaf atas perlakuan adik saya dia emang suka negagas oh iya perkenalkan nama saya bagas dan adik saya itu abim namanya"
"Owh iya nama aku kirann salam kenal sekali lagi saya minta maaf sama kesalahpahaman tadi"
"Iya tidak apa apa, kamu anaknya tante yuni? Wah kita tetangga ya tapi saya baru liat kamu, yang saya sering liat itu karin"
"Ehh iya aku anaknya yang pertama aku emang jarang main kesini karna yaa.. ada masalah kecil, owh karin itu adik aku (heh kiran sok akrab banget parah lu)"
"Owh begitu iya saya pergi dulu marii mbaa"
"Iyah silahkan"
Seperti ini rupanya bagas itu, kenapa aku gugup tidak jantungku berdegug sangat kencang, baru pertama aku berjabat tangan dengan pria sehangat ini telapak tanganya menyapaku, senyumnya manis sekali just like a dream to me.
Ibu apa aku boleh berteriak,...
Abimana Satya
DOOR!! Thank you for reading guys hihi
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Week [ Bagas ]
Teen Fiction[Cerita ini sederhana aku tulis, tentang bagaimana aku menghabiskan hari minggu ku bersama pria penyuka tanaman hias, mendengar namanya saja aku bahagia dia merubah hidupku menjadi penuh warna] "Orang yang gampang nangis itu tulus Ran" Bagas_ ©Ayeni...