8. KEMBALI

41 11 14
                                    

HAPPY READING

Matahari yang tadinya begitu terik kini tertutup awan, tetesan air hujan mulai berjatuhan mengguyur kota Jakarta dengan cukup deras.

Laki-laki dengan setelan kaos hitam polos dan celana jeans melangkahkan kakinya menuju jendela kamar, semilir angin seketika menyapa kulit da rambut hitam tebal miliknya dibuat sedikit berantakan, ia memejamkan mata menikmati suasana hujan yang selalu memberi kesan menenangkan.

Sekelebat kejadian masalalu kembali memenuhi pikirannya. Ia mendesah pelan,selalu saja pikiran itu muncul disaat dirinya membutuhkan ketenangan.

Hembusan angin yang semakin kencang tidak membuatnya beranjak, otaknya masih setia berlarut dengan pikiran yang entah sudah sejauh mana yang membuatnya melupakan tujuan awalnya.

Drttt..drtt...

Meraih handphone dalam saku celana, raut wajahnya berubah malas ketika membaca nama yang tertera di layar handphone.

Ha..

Heh kang ghosting, dimana lo?

........

Woi Vin? Denger kagak?

..............

Bener-bener lu ye! Liat aja sampe sini gue cipok tu mulut!!!

Bawel lo kek cewek!!

Tutttt...

Menghembuskan nafas kasar liat saja rasa tenang sepertinya tidak memiliki ruang dalam hidupnya.

Sialan!!. Umpatnya merasa jengah dengan semua yang dialaminya hari ini.

Melirik sekilas ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan jam 4 sore.

Matanya membulat "Gila! tadi gue ngelamun 1 jam".Gumamnya.

Tanpa pikir panjang ia segera mengambil jaket hitam yang tergeletak mengenaskan di atas lantai.

"Ck.. kunci mobil gue".Berdecak pelan sembari melangkah ke laci nakas namun hasilnya nihil.

Pandangannya beralih menatap ke segala penjuru kamar tetap saja tidak menemukan barang yang ia cari.

"Giliran di butuhin malah ngilang, gak di butuhin malah nongol dimana-mana".Ucapnya merasa frustasi.

Tidak ingin berlama-lama ia memilih beranjak keluar kamar seraya melangkah terburu-buru menuruni anak tangga yang jumlahnya ahh lumayan lah.

Eh den Gavin mau kemana? diluar masih hujan loh den. Ujar bi Rumi kaget.

"Ada urusan Bi. berangkatnya pake mobil kok". Balasnya sopan. bi Rumi sudah ia anggap sebagai keluarga senditi, bi Rumi bekerja di rumahnya sejak ia masih bayi membuatnya selalu berlaku sopan kepada wanita tua itu.

Bi Rumi mengangguk "yaudah atuh den hati-hati, saya pamit ke belakang dulu"

Ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum menanggapi.

Ia buru-buru menuju ruang tamu, mencari sesuatu.

Menghembuskan nafas lega setelah menemukan kunci mobil yang entah mengapa bisa berpindah di atas sofa.

NAURA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang