9. RUANG SENI

29 10 10
                                    

Aing comebackkkk

Sesuai janji sampulnya udah aku ganti

Part ini banyak kata-kata toxic, jangan ditiru yaww

Maaf kalo ada typo

HAPPY READING

"Bu balikin sendal saya dong". Rengek Bian matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis.

Bu Rahayu yang sudah muak menatap tajam Bian seraya memasukkan sendal itu ke dalam plastik hitam.

"Tidak bisa! ngapain kamu pake sendal ke sekolah? kamu pikir sekolah ini empang ha?".

"Anu bu,itu ya itu anu salah saya make, iya saya salah make". Alibi Bian, bagaimana pun juga itu adalah sendal kesayangannya tentu saja ia tidak rela barang kesayangannya di sita begitu saja.

"Anu anu banyak alasan kamu, pokoknya sendal butut ini tetap saya sita!". Tegas Bu Rahayu.

Bian melotot "Butut apaan?mahal gitu di bilang butut,mata ibu kali yang butut". Ucapnya tidak terima.

Tanpa pikir panjang bu Rahayu menjewer telinga murid tidak beradabnya itu "Sopan kah ngomong gitu ke guru hm?". Tanyanya membuat Bian bergidik ngeri.

"Aww... maaf bu, ngeselin sih jadi saya kelepasan kan jadinya".

"Kelepasan kelepasann telinga kamu saya lepas tau rasa kamu!"

"Iya iya maaf deh bu ah udah dong,sakit nih!". Ucap Bian kesal setengah mati.

Mau tak mau Bu Rahayu akhirnya melepaskan jewerannya di telinga Bian.

"Dari tadi kek". Gumam Bian mengusap telinganya yang sudah memerah tomat.

"Sendal kamu saya sita sampe hari kelulusan".Tegas Bu Rahayu

Bian menghela nafas pasrah "Serah dah,ambil aja sekalian". Gumamnya.

Duk!

"IKUT SAYA KAMU!".

***

Terhitung sudah ke tigabelas kalinya Naura menguap hingga butiran cairan bening menggenang di pelupuk matanya yang sudah memerah.

Jam pelajaran pertama kelasnya kini di isi dengan pelajaran Fisika. Bu Nia sedari tadi sibuk menuliskan beberapa rumus yang sialnya terlihat seperti tulisan abstrak bagi Naura, otaknya terlalu malas mencerna pelajaran yang berkaitan dengan hitung-hitungan.

Toh menurutnya itu juga tidak berguna di kehidupan sehari-harinya. Jadi untuk apa memaksakan otaknya berpikir?.

Naura menatap kosong ke arah papan tulis "Kayaknya gue salah ambil jurusan deh, Win". Gumamnya sambil menopang dagunya dengan tangan.

Windi menoleh sekilas "Muka lo udah kek orang mabok tau gak?sana gih cuci muka".

Naura mendengus sambil menulusupkan wajahnya kelipatan tangan,rasa kantuknya semakin menjadi hingga suara Bu Nia yang tengah menjelaskan terdengar seperti dongeng pengantar tidur di pendengarannya.

Jika kalian berpikir Naura termasuk golongan murid yang bodoh tentu saja salah. Naura termasuk dalam jejeran murid berprestasi. Meski dalam pelajaran hitungan dia tidak terlalu unggul tapi bukan berarti dia tidak bisa, ia hanya sering merasa malas berhadapan dengan angka-angka.

NAURA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang