Semenjana

21 2 3
                                    

Saat matahari setengah berhasrat turun ke peraduan, di remang langit, ia tinggalkan begitu banyak pesan, diantara rasa enggan dan sebuah keharusan.

Sang Pencipta pasti punya alasan telah memisahkan siang dan malam di tapal batas senja, mungkin agar kita tidak tiba-tiba jatuh dalam kecewa karena telah kalah berseteru dengan waktu dan letih berselisih dengan hari dan agar sebagian kita tak lantas lekas berpuas diri.

Ketika mata cahaya mulai meruyup, bunga-bunga dan dedaunan ikut menguncup dan naluri seolah memaksa semua makhluk takluk merunduk: bersimpuh pada duli Sang Penentu Waktu.

Temaram, seolah menyampaikan pesan kepada seisi alam: segala telatah dan tindak yang bergerak terasa laun berarak, seolah memelan, melamban.

- H

Semenjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang