5. Identitas baru

30 17 1
                                    

Angin sepoi sepoi terasa sejuk menerpa wajah, derasnya air sungai mengisi kesunyian alam hijau. matahari terasa teduh menerangi, pepohonan rindang membawa udara. Novella berjalan santai, melangkahkan kaki nya riang tak beralas. sejuk nya rumput hijau ia pijak dengan gembira, mata nya tak henti menikmati indah nya alam, dengan senyum merekah mengembang.

"Aku menemukanmu," sahut suara wanita, tak jauh disampingnya.

Novella berhenti, ia melirik seorang gadis berpakaian serba jubah hijau laut. ia tertegun, merasa kenal dengan wajah gadis didekatnya. gadis itu melangkah pelan, menghampiri Novella dengan senyum manisnya.

"Loh loh, itu kan muka ku!!" pekik Novella, tak percaya.

Gadis itu herhenti dihadapan Novella, senyum manis nya begitu lembut dipandang. Novella heran, kenapa dia malah bertemu dirinya sendiri disini. "Kk-kamu siapa?" tanya Novella, gelagapan.

"Selamat datang Novella, aku sudah menunggu waktu ini. aku telah berburuk sangka bahwa tuhan tidak ada, tapi nyatanya aku salah. tuhan telah berbaik hati mengabulkan do'a ku," ungkap gadis itu tersenyum senang, melihat Novella.

"Aku tanya, kamu siapa? malah curhat," Novella berdecak sebal.

"Haen, aku lupa mengenalkan diri maap. aku putri Metafosa, jiwa dari tubuh yang kamu tempati sekarang ini," ungkap nya tersenyum manis, mengenalkan diri.

"Metafosa? putri? bentar bentar, otak nya masih ngeleg, maksudnya gimana aku gak paham," Novella menggaruk dagu nya bingung.

"Kamu akan tahu Vella, yang pasti kamu akan hidup diragaku mulai sekarang," ucap nya.

Novella semakin bingung, ia merasa bodoh karena tak mengerti maksud ucapan orang didepannya ini. ia memang dijuluki Genius, tapi kalau alur nya begini Novella pasrah. "Jawab aja si ish, aku gak paham tahu!" seru Novella, mendelik kesal.

"Kamu akan paham seiring berjalannya waktu, dan setelah sadar nanti, kamu akan mendapatkan semua memori ku. semua yang aku ketahui, akan masuk dalam ingatan mu. jaga Nauri pribadi ku, anggap dia seperti saudara mu. itu pesan ku, selamat menikmati nama baru mu Novella," Jelasnya, menghilang bersama kegelapan.

"Eungh..kenapa gelap sekali, dimana lampu?" gumam Novella, menggeliat ditidurnya.

"Ouh tuhan, Nonna sudah sadar kah?" suara samar samar Novella mendengar, ia menegang ditempat. mata nya terbuka sempurna, ia beringsut terduduk tegak dengan mata bulat nya.

Novella menerawang ruangan yang asing, sudah malam. atensi nya terpokus pada seorang gadis berbaju kain setengah dada, didepannya. Novella mengingat sesuatu, bukankah dirinya sudah mati keracunan serbuk bunga? lalu kenapa dia masih hidup? dan tempat apa ini? tunggu, sejak kapan Novella mengerti bahasa hangeul? Novella mengetuk kepala nya pelan. "apa aku beneran reinkarnasi ya? tapi kenapa malah jauh jauh ke korea? kenapa gak di indonesia aja? tanah jawa misalnya, atau pasundan gitu, kan pelajaran ips ku gak akan kepake disini," rutuk Novella dalam hati.

"Kamu siapa?" tanya Novella, menatap tajam gadis didepannya.

gadis itu tersentak, mendengar nada bicara dari Nonna nya itu. ia menunduk takut, Nonna nya seorang yang lemah lembut, kini baru saja berucap tajam pada nauri kesayangannya. "Hamba Mayo, Nauri pribadi mu Nonna hiks," jawab Mayo, menahan isakan pilu.

Novella mengernyit, kenapa dia menangis? Novella bahkan tidak menyentuh atau menyakitinya sama sekali. ouh, Novella merasakan sakit kembali menerjang kepala nya. ia ingat sekarang, mimpi itu telah memberikan sedikit demi sedikit memori pemilik tubuh asli ini.

"Mayo..apa sekarang mati lampu?" tanya Novella, melembut.

Mayo mendongak takut, ia tak tahu arti mati lampu. lampu apa maksud Nonna nya itu, apa sebuah makanan atau benda hidup? "Mm-maksud Nonna apa? hiks," isak Mayo, menunduk kembali.

"Nyalakan lampu nya! aku tidak bisa tidur kalau ruangan ku gelap seperti ini," seru Novella.

"Mo-mohon maap Nonna, Nauri mu ini tidak mengerti dari maksud nyalakan hiks lampu. tentang ruangan ini gelap, karena memang hiks paviliun kita sudah kehabisan pelita Nonna," jawab Mayo, tergagap menahan isakannya.

"Kehabisan?" beo Novella. "Apa paviliun seorang anak Jenderal, bisa kehabisan pelita?" sambung Novella dalam hati, ia sadar dimasa ini belum mengenal lampu.

"Iya Nonna hiks,"

"Kenapa kamu menangis? apa aku menyakitimu?" tanya Novella, menghela napas nya kasar.

Mayo mendongak, memberanikan diri menatap netra gelap milik Nonnanya. ia sangat khawatir dengan majikannya itu, Mayo bahkan sampai tidak tidur demi menanti Nonna nya siuman. "Nonna hiks, saya khawatir pada Nonna. saya hiks, ingin memeluk Nonna, apa boleh?" tanya Mayo, takut takut.

Novella memutar bola nya malas, kalau bukan karena pesan tuan putri itu, ia sungguh tak mau disentuh siapapun, tak terkecuali pelayan didepannya. Novella mengingat separuh ingatan pemilik tubuh yang ia pakai sekarang, Namanya adalah Metafosa, anak dari jenderal perang ternama. ibu nya sudah meninggal saat ia dilahirkan, tapi ayah nya tidak pernah benci sedikit pun pada putri kandung nya, Metafosa. Ia dijuluki si idiot jelek, karena putri Metafosa tak pernah menunjukan diri, apalagi bakat yang ia miliki. semua orang membenci dirinya, kecuali ayah dan pelayan pribadinya. Ia juga memiliki seorang saudari angkat, yang kerjaannya hanya iri, benci dan dengki pada Metafosa.

"Haen," gumam Novella mengangguk.

Mayo tersenyum senang dan haru, ia menejang tubuh Novella dengan pelukan erat dan hangat. rasa kekhawatiran dan sedihnya hilang saat berada dalam pelukan Nonnanya. Mayo bahagia, tidak pernah menyesal mengabdikan diri pada Putri Metafosa sampai saat ini.

****

Pajar sudah terbit, keluar dari sifat nya yang malu malu saat malam. pagi hari yang begitu cerah, bersenandung dengan kicawan burung yang sibuk bernyanyi. Novella sudah siap dengan pakaian bangsawan nya, mulai saat ini ia harus membiasakan diri berpakaian tebal berlapis lapis. termasuk, menerima suka rela identitas barunya.

"Apa tidak ada baju lain Mayo? baju ini terasa sangat berat saat aku berjalan, lagi pula baju apa bisa seberat ini?" tanya Fosa terduduk lemas ditepi ranjang, yang tak lain adalah jiwa Novella.

"Baju ini Hanbok yang biasa Nonna Fosa pakai, tapi semua baju Nonna memang berat saat berjalan. karena, semua itu terbuat dari perak dan kain sutra yang tebal," jawab Mayo, membantu merias wajah majikannya.

Fosa memberenggut sebal, ia mengoceh ngoceh tak jelas dengan kesal. pertama, ia tak tahu sedang terjebak di negeri mana, tahun berapa dan abad keberapa. Fosa benar benar tak betah, ia ingin pulang. tapi ia tahu, belum tentu ia akan hidup bila kembali ke tubuh aslinya.

"Tapi baju ini tidak cocok untukku, aku seperti boneka kayu kalau berjalan nanti," kesal Fosa, mengerucut kan bibirnya.

Mayo hanya menghela napas nya pelan, sudah hampir semua gaun Nonna nya pakai, tapi tidak ada yang cocok. Mayo sibuk memoles wajah Nonnanya, mengabaikan rengekan majikannya itu.

"Sudah selesai," sahut Mayo, tersenyum seri memandang hasil polesannya.

"Benarkah? lama sekali, tapi kenapa wajah ku terasa lebih kaku dari sebelumnya?" tanya Fosa melirik Mayo.

"Nonna sangat aneh, berdandan memang perlu waktu lama. sebaiknya Nonna bercermin, pasti Nonna akan shok melihat wajah Nonna yang cantik sekarang," sahut Mayo, mengambil cermin disebelahnya lalu menyodorkan cermin itu pada Fosa.

Fosa mengangguk, ia mengambil cermin ditangan Nauri nya. Fosa hampir lupa, kalau ia belum sama sekali bercermin semenjak kemarin. "Setan!!" Fosa melempar cermin kesembarang arah.

'Praang!'

Dinasti GoguryeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang