03. Even Though

683 74 7
                                    

Okkotsu Yuta mengerjapkan matanya beberapa kali, sesekali diantaranya ia mengucek kedua matanya, memastikan bahwa dia tidak sedang berada di alam mimpi.

Pemuda berseragam putih mengamati sekelilingnya, tidak tahu harus memasang raut wajah seperti apa, otaknya seolah berhenti untuk berpikir.

Dirinya sekarang di kelilingi bangku-bangku berisikan para pelanggan dari berbagai kalangan, para gadis muda berpakaian Maid, dekorasi interior yang menggemaskan, dan aroma makanan dari restoran.

Ini pertama kali dalam hidupnya Yuta memasuki apa yang sekarang sedang di bicarakan sebagai Cafe Maid, terlebih lagi salah satu yang terkenal di daerah Akihabara. Memalukan memang berada di sana, namun setidaknya tempat tersebut jauh lebih mendingan dan aman ketimbang pasar gelap manapun.

Lokasinya memang bisa di bilang aman namun bukan berarti situasi tempatnya berada sekarang aman sepenuhnya. Itulah mengapa sedari tadi Yuta tidak berani mengeluarkan suaranya, memilih untuk tetap duduk manis sebagai obat nyamuk dari pasangan dua pria legendaris, terkuat, dan yang tak pernah terkalahkan.

Gojo Satoru dan Fushiguro Toji. Dua orang pria dewasa yang entah mengapa memilih untuk janjian ketemuan di tempat seperti ini. Tampang maupun penampilan mereka berdua bagaikan alien di dalam restoran yang segalanya di penuhi oleh barang imut.

Dosa apa dia sampai harus berada di tengah-tengah kedua tokoh mengerikan seperti mereka berdua? Apalagi bukannya Satoru dan Toji adalah musuh bebuyutan? Lihatlah bagaimana cara mereka berinteraksi....


"Eh~~ Megumi tidak datang? Trus buat apa aku hanya menemuimu seorang? Aku tidak membutuhkanmu," ujar Satoru malas seraya memainkan sendoknya, mengacak tatanan gelas tinggi berisikan penuh Strawberry Parfait.

Toji mengerus giginya, menahan geraman buasnya. Dia tidak langsung membalas, ekpresi wajahnya sudah cukup menjelaskan kekesalannya sekarang.

Pria kekar itu pun mengerutkan dahi dan berdecak lidah di depan secangkir kopi hitamnya yang belum tersentuh, lalu barulah ia berkata, "Salahmu karena memilih tempat janjian di tempat konyol seperti ini."

Diam-diam Yuta mengangguk kecil, sepenuhnya menyetujui pendapat Toji.

"Kau ayahnya bukan sih? Seharusnya kau bisa mengaturnya," balas Satoru pun mulai berargumen. Sebuah alamat buruk yang mungkin mengarah pada perkelahian adu silat lidah.

"......kau kira barang apa Megumi? Maaf saja aku tidak punya hobi seperti......mu," balas Toji sambil memperdalam tekukan bibirnya. Sekilas dia merasa ada yang janggal. Pria itu lalu mengintip ke bawah mejanya sebentar sebelum meja tersebut bergetar karena terbentur sesuatu.

"Oi singkirkan kakimu!!" seru Toji menegur dengan kesal sambil menendang balik kaki Satoru yang sengaja atau memang tidak sengaja telah menyentuh kakinya.

"Ups maaf~~ Kakiku terlalu panjang~"

Yuta pun harus menahan diri untuk tidak bertepuk jidat atas tindakan kekanakan gurunya itu. Kalau bisa sekalian dia pura-pura tidak pernah mengenal pria aneh berpenutup mata itu.

Aura di sekitar mereka berdua bagaikan air keruh, penuh akan tipu muslihat yang mungkin sekilas terkesan kekanakan namun Yuta memahami bahwa kedua orang dewasa itu sedang menahan diri. Di dalam otak mereka berdua pasti selalu terbesat rencana-rencana pembunuhan satu sama lainnya. Terlihat jelas dari bagaimana Toji menatap Satoru.

"Nanti malam aku harus berangkat melakukan perjalanan bisnis. Jadi cuman hari ini saja aku bisa bertemu Megumi tahu...." oceh Satoru seraya melahap sesondok Es Krim dari Parfaitnya.

"Berisik. Iya ya....aku akan segera menelponnya," balas Toji dengan malas menyalakan layar ponselnya. "Oh. Hei Megumi..." Tidak butuh waktu lama sampai panggilannya terhubung dan dia menanyakan dimana keberadaan putranya sekarang.

Rain And PetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang