Daddy's Cool | Isn't Cool

13.3K 601 70
                                    

Seorang pengusaha terkenal, cerdas dan berkarisma. It's my Dad, Minato Namikaze. Pria dengan rambut kuning jabrik serta mata biru yang siapapun wanita melihatnya akan langsung jatuh hati pada pria yang sudah tidak single itu.

Aku benci mengakuinya, karena menurutku akulah yang tertampan, dia tidak ada apa-apanya dibanding denganku Uzumaki Naruto putra tunggal Uzumaki Kushina.

Oke Aku Namikaze, tapi demi apapun juga aku tidak suka memakai marga dari sikuning itu. Oke aku menghina diriku sendiri, Damn it.

AKU ADALAH DIA DAN DIA ADALAH AKU.

Yang kubenci adalah saat semua orang pasti akan membandingkanku dengannya. Aku benci itu, dia terlalu sempurna bagiku yang biasa saja. Maksudku kapasitas otak yang kami miliki jelas berbeda.

Dia si jenius yang bahkan diusianya yang ke 20 tahun sudah mampu mempimpin perusahaan. Sedang aku ? Crap ! Aku benci mengakui kelemahanku yang satu ini.

Tapi seperti yang kukatakan, sebenci apapun aku. DIA ADALAH AKU, dan jauh dilubuk hatiku aku selalu membanggakannya.

Takkan ada yang percaya bahwa aku sangat mengaguminya. Karena orang-orang selalu melihatku memusuhinya, dan ayah -oke dia ayahku yang selalu kupanggil ayah saat satu manusia pun tidak ada yang mendengarnya- selalu menjadi yang terbaik bagiku.

Dia cool bro, dan aku jelas tidak cool.. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi cool saat tersenyum dengan lima jari ? atau bagaimana aku bisa bersikap cool saat Sakura selalu saja memukul kepalaku ? Bagaimana aku bisa dikatakan cool saat Sasuke memanggilku dengan Teme, Urusatonkachi ? Sial ! Uncool brooooo...

"Naru-chan...." tuh gimana mau cool kalau Bunda aja manggil aku pakai chan ?

"Hei kau kenapa ?" Bunda mengusap lembut punggungku. Aku berbalik dan memeluknya yang duduk disisiku tertidur tadi.

Menghirup aromanya yang khas menghangatkan hatiku. Aku tidak masalah dipanggil chan olehnya, karena jujur aku sangat menyukai nada suaranya ketika memanggil namaku. Bisa kurasakan berjuta kasih saat dia memanggilku, menyenangkan.

"Bun jangan panggil pakai chan lagi dong, malu ih.. aku kan udah 17 tahun." gerutu yang sebenarnya itu adalah kebohongan kecilku.

Kudengar beliau tertawa geli.. tuh kan bunda paling gak bisa di bohongin.

"Kenapa ? masalah dengan ayah lagi ?"

"hmmm.." semakin Kutenggelamkan wajahku ke perutnya yang masih saja rata, ckckckck padahal bunda makannya banyak sekali..

Pantas ayah mencintainya, dan enggan berpaling.

Bunda mengusap surai kuningku dengan lembut.

"Aku benci tetua bodoh itu Bun, mereka menuntutku terlalu banyak."

Rajukku yang mendapat cekikikan dari bunda yang membuatku kesal.

Aku duduk dan menatap datar bunda, ekhm.. bunda menghentikan rasa gelinya menatapku lembut.

"Aku bukan saudara kembarnya, bahkan saudara kembar sekalipun memiliki perbedaan meskipun mereka berada dalam rahim yang sama. Nah aku ? Jelas beda sama ayah, meskipun aku adalah dia.. berkat benihnya aku ada. Tapi tetap saja kami beda !" Kataku berapi api, kali ini aku sangat marah.

Tetua itu menuntutku untuk bergabung dengan perusahaan, kalau ayah bisa memimpin ketika umur 20 tahun, nah anaknya tentu bisa ... Sial ! mereka kira aku ini apa ?

So .. That was my daddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang