"Kak." Panggil Blaze.
"Hm?" Sai yang sedang menghisap rokoknya hanya menjawab dengan deheman.
"Udah bosen idup ya?"
"Maksud kamu apaan?" Sai menghembuskan asap rokoknya seraya menatap Blaze kesal.
"Udah tinggal di planet yang tiap detik hujan abu ini malah nambahin pasokan abu di paru-paru. Sekalian aja bakar paru-parunya biar nggak cuma makin item. Biar dilalep api."
"Omongan kamu sama kayak Shielda." Sai memutar bola matanya. "Lagipula ngerokok mati. Nggak ngerokok mati. Jadi ya udah. Ngerokok aja sampe mati." Lalu menghisap rokoknya dan menghembuskannya lagi.
"Segitu sukanya ya sama racun itu?"
"Iya, racun yang satu ini bikin nyandu dan kamu tahu? Racun ini juga bisa ngilangin stres."
"Hmph, nyandu. Aku juga punya racun yang lebih nikmat dan pasti bikin nyandu daripada gulungan jelek itu." Blaze menyilangkan tangannya di dada sambil tersenyum simpul.
"Oh, ya? Kalo gitu buktikan." Sai mengambil rokoknya kemudian mendekatkan wajahnya seakan menantang Blaze.
Cup
"Mmph!" Sai terbelalak begitu Blaze menarik wajahnya dan menciumnya.
Blaze melumat bibirnya sambil sesekali menggigitnya hingga membuatnya merintih pelan. Setelah itu Blaze mengambil kesempatan untuk memasukkan lidahnya.
Awalnya ia mengabsen rongga mulut dan deretan giginya kemudian bermain lidah dengannya. Ciumannya begitu panas hingga membuat Sai melenguh berkali-kali dalam ciumannya.
Setelah menyudahi ciumannya Blaze mengusap bibir Sai lalu memakan permennya. Tak lama kemudian ia merangkul pinggang Sai hingga membuat Sai tertarik ke arahnya.
Sai sedikit kaget kemudian ia mencium Sai lagi dan menyalurkan permen itu ke mulutnya. Setelah itu ia menyudahi ciumannya lagi sambil tersenyum nakal memandangi wajah Sai yang memerah.
"Gimana?"
"Lumayan juga." Sai memalingkan pandangannya.
Bahkan rokoknya sudah terjatuh karena ia terbuai dengan ciuman Blaze.
"Oh, Gempa minta dijemput nih. Aku cabut dulu ya." Blaze pun melenggang pergi namun tak lama kemudian ia kembali menatap Sai. "Btw kalo kakak emang suka racunku aku bisa ngasih kakak kapan aja. Tapi kakak harus berenti ngerokok." Kemudian pergi meninggalkan Sai.
Sepeninggal Blaze Sai memegang bibirnya mengingat ciuman Blaze dengan wajah memerah dan tatapan sayu.
"Sejak kapan dia itu jago ciuman? Rasanya dia kayak ngeperkosa aku pake bibirnya. Dasar penggila ayam barbar."
Tak lama kemudian Sai mengambil kotak rokok yang isinya masih cukup banyak dari saku celananya dan membuangnya ke tempat sampah.
"Nggak ada yang perlu kusesali selama dia punya racun cadangan yang jauh lebih berbahaya daripada penghangus paru-paru ini."
END

KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom (BACA WALL SEBELUM REQUEST)
FanfictionHanya beberapa cerita dengan kapal yang langka (pairing tidak dicantumkan di tag jadi setiap kemunculannya random) P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️