[Prolog] [Poros Bumi!]

13 3 2
                                    

'Tubuh serasa remuk redam jika terus-menerus seperti ini. Ingin berteriak berhenti sejenak, namun dunia terus berjalan. Jika sedetik saja berhenti, bisa-bisa tertinggal di belakang dan butuh puluhan ribu detik agar bisa menyamakan langkah'

Syakira menghapus peluh yang ada di dahi nya. Ia sudah kelelahan sejak pagi tadi. Pulang dari kuliah ia harus lanjut bekerja tanpa kenal lelah.

Ia duduk di belakang dapur, membuka handphone sebentar dan mengetikan sesuatu.

SHAKIRA
MAMA LAGI APA?

send

Menghembuskan nafas dan kembali lagi  kedepan. Ia bekerja di salah satu rumah makan Padang sebagai pelayan, rumah makan ini punya jam shif dan itu memudahkan Syakira untuk bekerja da kuliah. Hari ini, sorenya ia langsung bekerja di rumah makan padang sepulang dari kuliah . Besoknya, ia akan full bekerja di SPBU dekat rumahnya menggantikan rekannya yang ada urusan mendesak.

Lelah? Tentu saja. Ia berjuang meraih impiannya, terkadang ia kelelahan sepulang dari bekerja dan ingin langsung tidur, tetapi ia juga harus menyiapkan tugas kuliahnya yang punya tenggat waktu tidak lama.

Hari ini, untuk kesekian kalinya_Syakira ingin mengeluh lelah. Ingin sekali ia berbicara lantang, "Aku lelah bekerja ma! Aku ingin main bareng teman-teman! Aku ingin mengandalkan seseorang! Aku ingin menikmati waktu luang ku!"

Seperti kenyataan yang lalu lalu, kalimat itu hanya bisa tertelan lagi oleh dirinya. Walau masih sibuk dengan piring-piring yang harus di bawa ke dapur, Syakira menyempatkan melihat handphone nya sebentar.

Mama❤️
Lagi masak kak. Uang kuliahnya Uda mama kirim ya, kak. Jangan lupa jaga kesehatan! Jangan di paksain kerjanya.

Send.

Syakira memasukan kembali handphone nya, setelah membaca pesan dari mamanya. Ingin menangis, namun air matanya kering seketika.

"Huft... Semangat yok! Kuat yok!" Ucap Syakira menyemangati dirinya sendiri.

Itu lah kehidupan Syakira, gadis yatim yang memilih jalan sulit untuk hidup. Bekerja, begadang, berhemat dan bermimpi, ia memilih jalan sulit untuk di jalanin menggapai mimpinya. Salah satu mimpi kecil darinya_ membawa adik dan mamanya ke wisuda'an Syakira nanti. Mimpi kecil yang membuatnya bahagia dan semangat terus memperjuangkan impiannya.

_____________________


Syadam duduk di bangku bagian tengah ruangan, ia mengeluarkan laptopnya dan handphone. Ia sejak tadi hanya diam saja menunggu kelas di mulai. Sebetulnya ia malas mengambil mata kuliah ekstra ini, jumlah SKS nya bahkan sudah memenuhi untuk semester ini. Tapi apa boleh buat, Syadam harus memasuki kelas ini agar nilai salah satu mata kuliahnya bisa di perbaiki. Menunggu sejak tadi, ia merasa jenuh.

Menatap sekeliling ruangan, ia hanya menemukan lirikan malu-malu dari adik kelas, kakak kelas, serta teman-teman seangkatan dirinya. Sering di beri lirikan itu bukan lantas membuat Syadam sombong. Ia kembali membalas dengan senyuman manis sambil mengangguk pelan.

"Adam itu, Uda ganteng, anak orang kaya pulak! Gak tau lagi apa kurangnya. Btw dia sering banget senyum, mana anaknya hambel banget..."

Syadam menyadari itu ... Di kampus ia seperti idol yang tidak punya kekurangan apa pun. Tampan, baik, dari keluarga berada, terkenal di sosmed, dan fisik yang memadai.

Namun setibanya di rumah, apa yang terlihat? Kehampaan. Setiap saat ia kesepian, tidak ada kepulangan yang hangat saat sampai di rumah. Tepatnya_ ia bersikap dan bertindak sesuai ekspektasi orang lain, ia baik, ia murah senyum, ia ramah dan humoris. Tidak ada kehidupan, di dunia seorang Syadam_hanya sunyi dan sepi.

___________________

"Hari ini bajunya kok itu, Rin?" Tanya Imelda saat melihat Karina di depan gedung fakultasnya.

Karina menanggapi dengan senyum biasanya. "Lagi suka pakai baju ini."

"Kamu jadi kurang bercahaya tau Rin! Kalau biasanya ya baju kamu tuh cetar banget. Aku aja sampai pengen loh, gaya kayak kamu," ucap Imelda menunjukan foto Karina dengan style kesukaan dirinya.

"Oh ya... Rin, kamu di cariin kak Fahmi tuh. Katanya mau di ajak ngopi-ngopi."

"Aku lagi banyak tugas, sampaikan ya... Bilang aku lagi sibuk," tutur Karina mengangkat laptop nya, kode kalau ia tengah sibuk.

"Pantesan kamu enggak stylish hari ini, ternyata kamu lagi pusing banyak tugas ya? Tapi Rin, jangan di tolak tuh kak Fahmi, kan bisa kamu manfaatin lumayan loh. Apa lagi banyak banget yang suka sama kamu karena kamu cantik."

Imelda melihat jam nya dan langsung pamit, "Aku duluan ya Rin."

Karina mendengus tidak suka, memangnya gadis cantik enggak boleh jelek? Ia lelah selalu di komentari soal tampilan dirinya. Kalau pakai baju sederhana di bilang enggak stylish, kalau pakai baju bagus di bilang kampus bukan tempat 'fashion show'.

Ia tidak meminta untuk di sukai kaum Adam? Ia tidak pernah pamer kalau ia cantik dan Karina merasa ia biasa saja. Ia banyak kekurangan, ia tidak terlalu pintar, ia orang yang jorok, ia pelupa juga.

Kadang ia kelelahan mengikuti perintah orang lain, harus terlihat cantik di publik. Padahal ia tahu, ia tengah malas terlihat cantik, ia tidak suka menjadi sorotan mata orang lain. Bahkan orang tuanya juga menjadikan dirinya sebagai pameran.

"Kamu harus terlihat cantik, Karina!" Tegas mamanya.

"Ini di rumah mah ngapain sih harus kek gitu! Aku mau tidur!" Suara Karina memelas

"Keluarga bakal datang nanti sore, kamu gak malu apa? Si Andin aja mama lihat lebih cantik dari kamu."

Apa Karina bahagia? Jawabannya_Tidak! Ia ingin di lihat bukan hanya dari paras saja. Ia ingin di ingat bukan sebagai KARINA SI DEWI KECANTIKAN FAKULTAS. KARINA SI CANTIK KELUARGA.

Ia tertekan. Ingin berhentikan waktu dan mengatakan pada semua orang! "Gue capek! Gue gak bisa terus kalian nilai sesuai standard kalian!"

__________________

"LANGIT ANGKASA.... beri tepuk tangan yang meriah!" Panggilan kepada Langit dari seorang dosen dari depan kelas.

'bingo!'

Langit sudah menduga. Nama dirinya lah yang akan di panggil kedepan. Siapa lagi yang akan menjelaskan materi di depan kalau bukan dirinya.

Bagus sih, tapi agak sedikit memuakkan terus-menerus di jadikan tumbal oleh para dosen. Bukan hanya para dosen, bahkan teman-teman Langit lun sering menumbalkan dirinya.

"Sikat Bro!" Ucap Dio.

Langit berdiri di depan kelas, ia tidak membawa catatan sama sekali. Sang Dosen hanya menulis judul dan melemparkan tugas menjelaskan kepada Langit.

"Bapak minta tolong ya, Langit?"

"Baik pak," Langit menjawab dengan wajah yang masam. Walau wajah masam nya tidak terlalu jelas di tunjukkan olehnya.

Asisten dosen? Enggak. Babu? Enggak. Orang baik? Atau orang bego? Langit memilih_ia orang bego.

Ntah percaya atau tidak, ia lelah menjadi orang pintar. Langit terlalu pintar salah. Langit tidak tau ada saja komentar "Mana mungkin seorang langit enggak ngerti apa-apa!"

Harus berapa kali Langit ucapkan, bahwa ia juga manusia biasa yang sering tidak tau dan sering melakukan kesalahan. Menjadi seseorang yang pintar memang terlihat lebih istimewa dan mudah. Namun, tidak berarti dirinya bisa merasakan kemudahan seperti yang orang-orang kata kan.

Seringkali Langit kelelahan, kewalahan, dan merasa dirinya tidak pernah bebas mengekspresikan sisi dirinya yang sesungguhnya, ia lelah menjadi pintar....

TBC......

BLUE HOUR AND WISHLISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang