"Tawuran 2 Mei," Asha termenung dalam lamunannya. Ia seperti mengingat percakapan antara kakak lelakinya dengan salah satu temannya saat di telepon tempo hari yang lalu. Menurut Asha, ia juga seperti mendengar kakaknya itu menyebut kata-kata; Geng Venom, dan Tawuran 2 Mei."Sha!!" Vania menggoyang-goyangkan tubuh Asha sampai membuatnya kembali tersadar dari pikirannya. "Lo kenapa sih, akhir-akhir ini jadi suka ngelamun. Lo mikirin apa? Jujur sama gue."
"Ng..nggak, nggak ada apa-apa kok. Apaan sih?" alibi Asha berusaha membuat temannya tidak lagi curiga. Walaupun sebenarnya, memang terdapat sebuah keganjilan di benak Asha yang berusaha ia pecahkan terkait akan hubungan kakaknya dengan aksi tawuran 2 Mei itu.
"Ya udah kalau lo nggak mau kasih tau. Sekarang gue cuman butuh satu."
"Apa?" Asha melirik Vania.
"Selesain tugas sekolah gue dong, tangan gue udah pegel nih," pinta Vania dengan wajah yang sengaja ia sedih-sedih kan.
"Dih, nggak mau. Kerjain sendiri!"
"Iihhhh... Ashaa, plissss..."
Asha melirik Vania yang sudah memasangkan raut wajah memelas dengan tangan bergaya memohon. "Oke." kata Asha seketika membuat Vania tersenyum selebar-lebarnya.
"YEAY!" girang Vania, "Makasih Ash..."
"Tapi satu syarat."
Vania yang masih tengah menikmati tubuhnya yang ia lemas-lemaskan langsung kembali menatap cewek dengan pakaian warna biru muda di depannya dengan tatapan elang. "Syarat? Syarat apaan? Jangan yang aneh-aneh, lho,"
"Lo harus bisa backflip di depan mata gue sekarang, kalo lo bisa lakuin itu gue bakal kerjain tugas lo. Kalau bisa semua tugas lo minggu depan, gue bakal kerjain."
"Sha...." Vania menghembuskan napasnya kasar, "Sifat lo ternyata lebih kejam daripada iblis tau gak?!"
***
Pagi yang cerah, kilau sinar mentarinya berhasil menembus ke bilik-bilik jendela kamar, namun tidak membuat sedikitpun sesosok lelaki yang masih asik berbaring di atas kasurnya tergugah.
"Kak!! Kak Ezza! Bangun." Panggil Nadin sambil mengetuk-ngetik pintu kamar Ezza.
Tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar. Oh tentu, Ezza jikalau tengah tertidur siapapun tidak akan mudah untuk membangunkannya.
Tok!!! Tok!!! Tok!!! Tok!!!
"Kak Ezza!!!" teriak Nadin sekali lagi masih dengan mengetuk pintu tetapi kini ditambah emosinya.
Ezza yang merasa suara ketukan pintunya perlahan mulai memasuki ke dalam suasana mimpinya, membuat dirinya dengan malas sedikit membuka kedua kelopak matanya.
"Kenapa, Din. Kakak masih mau tidur," tidak lama suara Ezza akhirnya muncul dari dalam kamar.
"Kak Ezza, keluar dulu. Kita mau makan bersama,"
"Nadin makan aja duluan, kakak nanti nyusul,"
"Kak Ezza, kita makannya nggak cuman berdua. Tapi sama papah dan mamah Rita."
Jleb. Seketika mata Ezza terbelalak setelah mendengar kata 'Rita'. Sejak kapan istri barunya papah memiliki niat untuk datang ke rumahnya. Dan buat apa orang itu berani menapakkan kakinya di rumah yang penuh akan kenangan ibunya ini.
Lekas Ezza membuka pintu kamarnya walaupun raut wajahnya masih tampak lesu, "Udah berapa lama dia di sini?"
"Siapanya? Mamah Rita?" bingung Nadin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA
Novela JuvenilMereka mengenalnya Altezza atau biasa dipanggil Ezza. Sesosok pria yang masih duduk di bangku SMA namun sudah bisa menjadi pemimpin dalam suatu geng motor terbesar di kota itu. Geng Venom. Nama yang ditakuti dan disegani oleh seluruh geng-geng motor...