KITA JUGA "JAHAT" ?

6 2 0
                                    

Ada satu situasi dimana kita membantu orang lain yang sedang dalam keadaan susah, bermasalah. Lalu ketika kita susah / bermasalah kita mengharapkan sikap yang sama. Terlihat wajar memang, tapi jika keyakinan seperti ini dipupuk subur kita sulit untuk mendapatkan solusi dari kesulitan kita sendiri karena fokus kita akan berpindah.

Berpindah kepada siapa-siapa saja yang mengabaikan kita. Apakah masalah kita selesai?belum tentu. Justru mungkin kita mendapat masalah lain lagi. Yaitu RWD alias RUWED pikiran 🤣🤣.

Belum selesai masalah kita terus timbul pikiran kita yang memandang mereka adalah orang-orang yang jahat dan tidak tau terima kasih. Hmm.. tunggu sebentar. Mohon maaf, tapiiiii pada akhirnya kita pun "jahat" juga seperti mereka.

"Lho kok gitu?Saya kan udah bantu, jahatnya dimana sih?"

Tunggu, jangan dibayangkan jahat seperti di film-film yang membunuh, menembak atau perbuatan lainnya yang serupa. Bukan. Maksudnya adalah kita juga ada selip salahnya, khilafnya. Sama seperti mereka yang bagi kita salah.

"Kenapa?"

Karena kita mengharap timbal balik. Kita pamrih.

"Ya wajar kan itu sesama manusia saling bantu dan meminta bantuan?"

Wajar memang keliatannya tapi menjadi keyakinan yang merusak jika kita menyikapi itu dengan harapan tinggi lain bahkan tanpa kita sadari itu merupakan pemaksaan, tuntutan. Terus jadi terbawa-bawa dalam keseharian, menjadikan kita pribadi yang penuh harapan tinggi.

"Jahat" kan?jahat kepada diri sendiri karena diri sendiri jadi tambah nyesek. Kepada orang lain karena menilai dan menghakimi. So, lepasin saja.

Selain itu kita juga memang menjadi seperti "penjahat terselubung"  😅😅. Karena kita melakukan sesuatu yang bagi kita baik (membantu saat orang lain bermasalah dan kesulitan) lalu berharap hal yang sama. Coba pikirkan baik-baik. Kita seperti orang yang "membayar" siapapun untuk memberi apapun yang kita mau saat kita butuh tanpa mereka sadari. Mereka perlu siap sedia, kalau tidak ada saat kita butuh maka jedorrr.. hancurr semua.

Mari kita pikirkan, memberi bantuan adalah pilihan kita.

"Aahh. Gak saya dipaksa"

(Fiuhhh..gak selesai- selesai dah ini).
Okeee.. mungkin ada yang sepertiiii dipaksa. Tunggu ya guys, baca yang teliti. Kenapa saya katakan seperti dipaksa?karena memang tidak ada yang memaksa sebenarnya. Itu adalah perasaan kita yang mungkin gak enakan, terlalu sensitif. Maka seolah-seolah kasian sekali melihat orang-orang yang kesulitan. Sakiit sekali hati kita melihat mereka susah. Sehingga jadi "Yaudah deh bantu" walau mungkiiin sebenarnya kita berat dan ragu.

Jadi yang diatasi itu perasaan kita yang gak enakan itu. Ada apa disana. Mengapa bisa terlalu gak enakan yang akhirnya jadi ngarep juga dan minta dimengerti. "Bayar" orang untuk perhatian. Nah ada apa dengan ini semua. Apakah kita diabaikan di masa lalu, atau bagaimana. Mintalah tenaga ahli untuk membantu.

Ketika ketemu permasalahan sebenarnya, diselesaikan dan diikhlaskan, Insyaallah saat kita memutuskan membantu siapapun maka itu tidak lagi diiringi dengan harapan-harapan apapun. Bantu dan selesai. Masalah kita?akan kita selesaikan dengan bantuan kita sendiri, Allah tentunya. Dan siapapun, apapun yang diizikan Allah untuk membantu. Tetapi ingatlah untuk bertanggung jawab pada diri sendiri dulu. Hadir untuk diri kita sendiri, temani.

Feel free untuk tidak setuju..🥰🖤🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUKAN CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang