Part 2

9 2 0
                                    

Rumah yang tadinya sepi kini ramai orang mengaji, setelah kejadian pertikaian lama tadi dan membuat Jayden menutup mata untuk selamanya, ambulance mengangkutnya menuju ke kediamannya sebelum nanti akan digiring ke peristirahatan terkahir. Sedangkan adik Jay, langsung menelepon mama dan papanya untuk segera mengatur penerbangan dari Prancis ke Indonesia.

Flo merenung dengan suasana yang menyelimuti duka di malam hari, 'gimana ya, kak, rasanya rumah kita kalau ramai, pasti Flo nggak akan kesepian, mau kak Jay main sama temen-temen kakak, mama papa di Prancis, Flo nggak akan kesepian kalau rumah ini ramai.' Dari setetes air mata, kini menjadi senggukan yang membuat sesak dada Flo. 'Nanti kamu nggak nyaman lagi karena keramaian, lagian kalau rumah kita ramai kamu pasti merasa terganggu, dek.' Benar, benar apa yang kak Jay bilang waktu itu, waktu kak Jay baru pulang dari tongkrongan teman-temannya. Ia sangat tak tenang, suasana seperti ini sangatlah mengganggu pikirannya. Gue memang pernah minta rumah ini agar nggak sepi, tapi bukan seperti ini yang gue mau, sesal Flo dalam hatinya.

Semua teman Flo turut berduka, mereka menguatkan adik dari almarhum. Begitu juga dengan teman-teman kakaknya. Tak hanya menguatkan Flo, tapi mereka juga ikut serta membaca ayat suci Al-qur'an yang dikhususkan kepada Jayden. Mata Flo menelusuri tiap sudut rumahnya, begitu ramai sekali, sepertinya banyak orang yang menyayangi kakaknya ini. Namun, sempat mata Flo terhenti saat melihat sosok wanita berselendang hitam yang ditaruh di kepalanya, berkaca mata hitam, serta memakai masker hitam, dia berdiri di sudut ruangan, karena memang tak sedikit orang yang ada dalam ruangan tersebut. Wanita itu menunduk sambil terus memegangi perutnya, meski ada orang yang beranjak pergi, ia tak menggantikan posisi itu untuk ikut dalam membaca do'a. Tapi segera Flo menepiskan asumsi-asumsi tak berbobot yang sempat menyerbu pikirannya saat melihat wanita berbaju hitam di sudut ruangan itu.

Esok, mama papa Flo baru bisa mendarat di Indonesia, dan kemungkinan mereka tak bisa lagi melihat wajah terakhir anak sulung angkatnya, karena pagi-pagi sekali jenazah Jayden Ji Paramarta akan disemayamkan dan diantar ketempat peristirahatan terakhir. Takutnya jika terlalu lama, mayat akan membeku.

••O••

Di lain sisi, Arval Varela sedang menghadap ke beberapa polisi untuk dimintai keterangan tentang peristiwa tak mengenakkan ini. Ia tak pernah main-main dengan omongannya, Arval selalu berusaha jujur saat mengatakan segala apapun. Namun, polisi masih tak memercayai karena segala bukti telah mengarah kepada Arval.

Jujur, Arval menyesal dengan kejadian ini, sahabat yang selalu ia bangga-banggakan di mana pun ia berada, kini menghentikan napasnya karena kesalahannya yang  tak disengaja. Arval hanya ingin pertikaiannya segera berakhir, tapi dengan emosi seperti itu malah membuat keadaan redup menyelimuti. Ia juga tak menyangka kejadian ini berakhir tragis, sepertinya Arval akan selalu menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa ini. Bahkan, yang sebelumnya ia benar-benar menyangi Flo adik Jayden, mungkin Flo sudah tak lagi percaya dengan ucapan Arval. Miris, satu kata yang tepat untuk Arval Varela saat ini.

"Saudara Arval, dari segala bukti yang ada, sementara ini kami akan menahan saudara, dan besok, saudara Arval bisa menghadap ke hakim untuk diminta keterangan bersama dengan para saksi," ucap polisi yang berada di hadapan Arval.

FLOGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang