Mereka saling mencintai. Namun, semesta tak merestui. Kata pepatah, takdir dapat diubah ketika ada usaha. Hubungan tiga tahun nyaris kandas dikarenakan hadirnya orang baru di tengah-tengah mesranya. Bangunan istana yang hampir jadi perlahan terkikis...
Kicauan kukila yang singgah dipepohonan rindang memecah keheningan ratusan pasukan senin wajib upacara bendera usai mengirimkan doa sesuai kepercayaan masing-masing untuk arwah para pahlawan terdahulu. Kepada mereka yang berjuang sampai titik darah penghabisan, kepada mereka yang tinggi jiwa nasionalismenya. Sudah saatnya kita sebagai generasi penerus melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan perjuangan.
Sinar surya mulai meninggi diufuk timur memancarkan kehangatan cahaya yang menyilaukan menembus pepohonan, bangunan, menciptakan lingkaran kecil. Bisik-bisik terdengar nyaring, sebagian mengeluh kepanasan.
Suara MC menggema dilapangan besar SMA Sanjaya, memberi perintah kepada ketua pelaksana upacara membubarkan barisan pasukan. Arah jam 10, seorang siswi berdecak kagum akan pesona seorang ketua upacara melangkah tiga kali berlari kecil, memberi hormat kepada pembina upacara.
"Pacar gue gantengnya," gumam gadis cepol kuda itu rasa ingin berlari menghampiri, menabrak dada bidang ketua pelaksana upacara.
Cowok disebelahnya berdecak kecil. "Dih, masih ganteng gue," sahutnya, penuh percaya diri.
Liora Anastasia, nama indahnya tercetak dibagian dada kiri kemeja putih seragam. Menyenggol keras sepatu hitam cowok di sampingnya, sedikit kesal mendengar betapa percaya diri dia bilang, 'masih ganteng gue.' Meskipun begitu, Liora senang dan entah kenapa ia lebih suka mendengar cowok yang tingkat narsisnya tinggi daripada merendah untuk dipuji, misalnya, 'maaf, ya, aku ga seganteng dia'.
"Pede lo," ejek Liora dengan suara pelan.
Cowok itu mendekatkan wajahnya, membisikkan sesuatu ditelinga Liora. "Harus percaya diri biar tetap hidup, Li."
"KEPADA SELURUH SISWA DAN SISWI, BALIK KANAN, BUBAR. JALAN!" Belum sempat Liora merespons balik perkataan temannya, suara ketua pelaksana lebih dulu menyela.
Gadis itu melepaskan topi, berdecak kecil bahunya disenggol-senggol banyak orang. Seluruh manusia sibuk memisahkan diri sementara dirinya kehilangan jejak Sadewa - si cowok paling percaya diri sedunia, juga kehilangan ketua pelaksana upacara bendera.
"Pagi, Aksara."
"Pagi, Kak Aksa."
Bibir tebal pink alami mengukir senyum tatkala ia berpas-pasan banyak siswi, menyapanya dengan tatapan penuh arti. Kaki terbalut sepatu putih kian melangkah menyusuri lorong panjang mencari keberadaan seorang perempuan. Dia, Aksara Bryan Abraham. Sebulan yang lalu melepas jabatannya sebagai seorang ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), seharusnya pagi ini ketua OSIS baru menjadi pelaksana, namun, ada halangan mendesak, ia tidak hadir.