Biasanya jika jadwal makan siang, semuanya akan makan dengan waktu dan ditempat masing-masing. Namun hari ini justru berbeda bagi keluarga Joo karena bisa makan siang bersama di penthouse. Ini benar-benar moment langka bagi mereka.
Termasuk Dantae dan Suryeon yang seharusnya masih dikantor hingga sore hari, tapi karena tahu hari ini si kembar pulang lebih awal mereka sengaja meluangkan waktu. Untung saja pekerjaan tidak terlalu banyak.
Dan juga Song Ah yang katanya hari ini juga ada kelas sore, anak itu rela membatalkannya demi bisa makan siang bersama keluarganya yang sangat jarang ini.
Setelah makan siang nanti, mereka sudah berencana untuk mengistrirahatkan badan serta mengrilex-kan pikiran sejenak dengan pergi kepantai yang sudah sangat lama didambakan oleh Song Ah dan Seok Kyung.
Suryeon sekarang sedang menyiapkan makan siang mereka dibantu oleh beberapa maid.
"Abang, adek, kakak ayo makan. Udah siap nih." Panggil Suryeon pada anak-anaknya yang sedang bermain diruang tengah.
Mereka langsung mendatangi Suryeon dengan berlari kecil, lalu duduk dikursi yang sudah ditarik oleh sang ibu.
"Kakak dimana, bukannya lagi main sama kalian?" tanya Suryeon bingung.
Seok Kyung menggeleng. "Dari tadi adek cuman main sama abang kok bunda. Kakak belum turun."
Aneh. Padahal tadi Song Ah hanya izin sebentar untuk mengganti pakaian saja kemudian kembali lagi. Tapi kenapa ini belum juga turun.
Suryeon mengangguk. "Sebentar ya, biar bunda cek kakak dulu sekalian manggil ayah." Ujar Suryeon mulai meninggalkan si kembar.
Naik kelantai dua, tujuannya adalah mengecek Song Ah lebih dulu, kemudian menyusul Dantae dikamar.
Namun saat membuka pintu kamar Song Ah, dirinya langsung dibuat menegang ditempat. Tidak hanya itu nafasnya juga langsung tercekat seolah tidak ada lagi udara disekitarnya, dan jantungnya berdetak sangat kencang saat melihat Song Ah tergeletak tak berdaya dilantai sambil susah payah meraih benda yang ada dimejanya.
"Kakak!"
Suryeon buru-buru mendekat dan langsung menumpu tubuh Song Ah yang mencengkram dan memukul dadanya kuat. Nafasnya sangat tidak teratur.
"Sa-sakit bu-bunda." Rintih Song Ah, anak itu bahkan sudah menangis sesegukan.
"Ayah!" teriak Suryeon berulang kali dengan panik memanggil suaminya itu yang entah akan mendengar panggilannya atau tidak.
"Kakak, atur nafas perlahan. Tarik nafas pelan-pelan, jangan nangis." Suryeon mengintruksi sembari tangannya mengusap lembut dada Song Ah. Rasanya Suryeon ingin sekali menangis, melihat Song Ah yang lagi-lagi disiksa oleh penyakit yang bisa membunuh anaknya kapan dan dimanapun.
Meskipun dia sudah terbiasa melihat Song Ah yang kambuh, rasanya Suryeon tidak akan pernah bisa untuk tidak khawatir.
Karena jika sudah begini, kata 'terbiasa' jadi sangat mengerikan bagi Suryeon. Tidak hanya baginya, tapi juga bagi Dantae dan si kembar.
Menurut, Song Ah mencoba mengikuti apa yang Suryeon katakan. Susah payah dia mengambil nafas, oksigen serasa menghilang entah kemana. Apalagi ketika merasakan sakit luar biasa di daerah bahu sebelah kirinya, seolah dirinya sudah tidak bertulang.
"Sa-sakit." Rintihnya lagi.
Suryeon cepat-cepat meraih tabung obat yang tergeletak diatas meja, dan langsung memberikan isinya kepada Song Ah dua butir obat berwarna putih.
Obat pertama tanpa bantuan air akhirnya berhasil ditelan, namun tidak dengan obat kedua yang dimuntahkan oleh Song Ah beberapa kali.
"Arghhh...." Song Ah benar-benar sudah tidak kuat lagi. Entah kenapa rasa sakitnya semakin brutal.
Dan orang yang sedari tadi dipanggil akhirnya menampakan diri dengan nafas terengah-engah diikuti Seok Kyung dan Seok Hoon dibelakang.
"Kakak!" Dantae berlari menghampiri keduanya, dan langsung mengambil alih tubuh Song Ah untuk dibawa ketempat tidur.
"Adek, bisa tolong ambil air minum buat kakak?" pinta Suryeon. Dengan cepat si bungsu langsung berlari kembali turun kebawah mengambil air minum untuk sang kakak.
"Bu-bunda, abang harus ngapain?" tanya Seok Hoon takut dan panik, bahkan tubuhnya sudah sangat gemetar melihat kedua orang tuanya yang kewalahan mengurus sang kakak.
"Abang tolong ambilin oxygen mask di laci meja belajar kakak, ada dibawah." Seok Hoon langsung mendekat meja yang dimaksudkan untuk mencari benda yang mungkin akan menolong atau sekedar mengurangi rasa sakit Song Ah.
Begitu menemukannya, buru-buru Seok Hoon memberikan oxygen mask ke tangan Suryeon untuk dipasangkan kepada sang kakak.
"Bu-bunda, a-ayah." Dari balik oxygen mask Song Ah berucap lemah.
Suryeon dengan cepat meraih tangan Song Ah dan menggenggamnya erat. "Iya sayang. Bunda sama ayah disini, nggak kemana-mana."
Namun tak lama, mata sayu itu tertutup dan genggaman tangan Song Ah melemah. Rasa kantuk telah merengut kesadaran gadis berwajah pucat itu.
Suryeon segera menarik selimut untuk menutup tubuh Song Ah hingga kedada. Dengan cekatan dan penuh kelembutan mengusap peluh yang membanjiri wajah anaknya.
"Biar ayah panggilin Yoon Chul buat meriksain kakak." Ujar Dantae yang segera berlari keluar untuk pergi kerumah temannya atau kerumah sakit menjemput Ha Yoon Chul yang sudah dianggap menjadi dokter pribadi bagi keluarganya. Apalagi pria itu juga merupakan dokter penanggung jawab Song Ah dari anak itu masih kecil.
"Bunda, adek takut." Suara gemetar Seok Kyung yang memeluk Suryeon dari belakang dengan tangan anak itu yang dikalungkan di lehernya yang sedang berjongkok. Dan itu semakin menambah luka di hati Suryeon tanpa dirasa.
Tangannya beralih mengusap punggung tangan Seok Kyung, berusaha menenangkan anaknya itu yang sudah menangis sesegukan sampai membasahi pakaiannya didaerah bahu sebelah kanan.
"Adek nggak usah takut. Kakak udah nggak papa." Ujarnya berusaha tenang. Disaat seperti ini, dia tidak boleh ikut sedih, meskipun hatinya menolak.
Ibu mana yang tahan jika anaknya jatuh seperti ini. Bahkan jika Suryeon bisa meminta, dia ingin penyakit Song Ah dilimpahkan kepadanya. Tidak apa-apa dirinya sakit asalkan anggota keluarganya yang lain selalu sehat.
| WELCOME TO OUR LIFE |
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome To Our Life ✔️
Fanfic| Penthouse X Do You Like Brahms? (Joo Family's feat Song Ah) | Rekaman kisah keluarga Joo yang selalu melengkapi satu sama lain dalam keadaan apapun, susah maupun senang. Kami akan mengirim banyak cinta dari cerita kami. Happy Reading ^^ Staring : ...