⁺˚*・༓☾ Chapter 17 ☽༓・*˚⁺‧͙
The prologue of a tragedy
—Lapak absen—
Malam itu, Zoey tengah mencuci piring serta gelas bekas makan malam bersama anaknya. Di antara keheningan dapur, tiba-tiba saja ia mendengar suara orang yang memanggil harsa yang disusul oleh pagar yang berdecit. Zoey pun mengintip dari jendela, dan mendapati Rendy bersama Jassen. Spontan, dia langsung bergegas ke kamar anaknya.
"HARSA, KENAPA KAMU NGGAK BILANG TEMEN-TEMEN KAMU DATENG?!"
Harsa yang tengah bermain ponsel pun lantas terlonjak. "HAH? SIAPA?"
"Rendy sama Jassen!"
Harsa pun beranjak. "Mama di sini dulu aja! Jangan keluar-keluar!" Dia pun keluar dari kamar untuk menemui teman-temannya.
Zoey menghela napas dengan menggelengkan kepalanya. "Hampir ketauan kan Sea lagi jadi mode tante-tante."
Menyingkirkan rasa kesalnya, matanya mengarah sekeliling. Zoey mengamati kamar minimalis anaknya yang sedikit berantakan. Ia pun berinisiatif untuk merapikannya.
Di kala Zoey merapikannya, dia menemukan bingkai foto di bawah kasur berserta beberapa lembar foto yang telah usang. Bingkai itu telah pecah namun foto keluarga kecil bahagia masih bertengger di sana. Zoey tertegun karena ia ingat dengan betul bahwa bingkai foto itu telah ia buang sebulan setelah perceraiannya dengan Johnny.
Tangannya beralih pada beberapa lembar foto lain. Di antara lembaran itu terdapat foto seorang pria yang pernah mengisi harinya, yang telah robek namun kembali tertata dengan perekat. Zoey tersenyum getir. Pasti Harsa lah yang menyatukan secerca foto yang telah robek itu.
Zoey beralih untuk memeriksa kolong kasur anaknya dan ia menemukan album foto yang ia yakini, telah ia simpan di gudang sejak dulu. Namun naasnya, ia menemukan album foto itu tersimpan oleh Harsa.
Lembar demi lembar Zoey mengamati kumpulan memori di mana ia sempat mencicipi kebahagiaan. Rasa rindu menelisik iris mata dan hatinya secara bersamaan.
Sudah cukup lama Zoey terpaku pada lembaran-lembaran memori itu hingga akhirnya ia tersentak untuk menyudahi mengorek memori silam. Semua benda itu kembali ia simpan di bawah kolong kasur.
Dengan pikiran yang terprovokasi, Zoey tercenung. Ia tidak menyangka anaknya masih begitu mendambakan kehadiran keluarga kecilnya yang kini telah kandas. Harsa menyimpan kerinduan itu sendiri, enggan berbagi. Zoey tahu, itu pasti terasa berat bagi Harsa.
Wanita itu bersandar pada pintu kamar yang masih tertutup rapat, menumpahkan kegelisahan dan rasa bersalahnya. Detik demi detik merajut menjadi keheningan yang tak bermakna. Di antara keheningan itu, ia mendengar suara-suara yang bercengkrama di balik kamar. Walau tedengar samar, namun Zoey masih bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weight of Our Days
General Fiction❞Karena patah hati terbesar orang tua adalah kehilangan anaknya.❞ Di antara malam, kehilangan, dan di sudut jatuhnya sembilu, isakannya menggema menjadi nestapa yang mencumbui sukma hingga terasa sesak. Gema-gema nestapa yang tak pernah terbungkam...