______________________________________________
Akan ada banyak kemungkinan di setiap langkah yang kau jalani. Itulah yang seharusnya membuatmu tidak melihat dari satu sisi saja.
Karena petunjuknya belum muncul sepenuhnya.
______________________________________________❄️°°°ZO: WTWSFAW°°°❄️
Siang itu, mobil Soobin tiba di depan kediaman Taehyun. Bangunan dua lantai yang nampak cukup megah dari luar itu benar-benar membuat siapa saja yang baru pertama kali atau bahkan sudah berkali-kali melihatnya, tak bisa berhenti berdecak kagum.Demi apapun! Rumah itu lebih terlihat seperti istana!
"Aku tidak mengira kalau jaraknya akan sedekat ini." Heran Soobin. Masih menatap kawasan rumah yang mereka tuju itu dari dalam mobil.
"Maksudmu, hyung? Bukankah kau tadi memang bilang begitu?"
"Iya. Maksudku, aku tidak tahu kalau ternyata alamat ini berdekatan dengan kompleks rumah kita. Hanya terpisah dua gang saja di depan sana."
Terkejut, Kai sontak melotot tidak percaya, "Yang benar, hyung? Itu artinya, selama ini kita tinggal cukup dekat dengan rumah 'si jenius dari Seoul'? Wah, ini benar-benar kejutan yang luar biasa!"
Soobin langsung menoleh. Ikut terkejut pula. "Oh? Jadi maksudmu, Lee Taehyun teman Aeri itu, Lee Taehyun yang terkenal itu, Kai? Kau yang benar!"
"Hei, hei! Kalian yang di depan! Aku sudah akan turun. Kenapa malah mengobrol?" Aeri menyambar tiba-tiba. Jadi kesal sendiri karena harus menyaksikan adegan dramatis di hadapannya itu. "Taehyun pasti sudah menunggu di dalam. Jadi, apa aku boleh pergi sekarang?"
"Eh, iya. Hehe. Aku hampir lupa, Ri." Soobin menggaruk tengkuknya. Tercengir lebar. "Silahkan turun, dan ... ohㅡkau mau dijemput jam berapa?"
"Apa tidak merepotkan jika aku harus dijemput segala? Oppa bilang, rumah kita cukup dekat dari sini, kan? Jadi aku masih bisa pulang sendiri kalau begitu."
"Ya, benar juga. Tapi, ini tidak sedekat yang kau kira. Dekat tapi jauh. Kau akan tetap lelah jika harus berjalan kaki. Jadi, akan lebih baik kalau ku jemput."
"Umm, begitu." Sejenak, Aeri berpikir. Lantas melanjutkan. "Ah, baiklah. Aku akan menelepon kalau belajarnya sudah selesai, oke? Soobinie oppa bisa percaya padaku."
Soobin mengangguk. "Ya, ya. Itu baru benar."
"Ya, sudah, aku turun sekarang. Kalian hati-hati!" Aeri sudah membuka pintu mobil, sebelum akhirnya berhenti sebentar dan menyempatkan memberi pesan keramat pada Soobin. "Oppa, jangan sampai ngebut! Kasihan Kai."
"Iya, iya. Aku tahu."
Gadis itu kemudian beranjak menuju gerbang besar di sana. Menyisakan Kai dan Soobin yang sibuk menatap bangunan rumah Taehyun beberapa saat. Bahkan dengan Soobin yang mendadak menyuarakan kekagumannya.
"Wah, gila! Rumahnya besar sekali! Apa benar ada yang tinggal di rumah seperti ini?"
Mendengar itu membuat Kai sontak menoleh heran. "Eish, apa-apaan pertanyaanmu barusan, hyung? Di sana ada Lee Taehyun si jenius beserta keluarganya yang menempati. Kenapa malah mempertanyakan hal yang sudah jelas kau ketahui sejak tadi? Ada-ada saja."
"Ck! Aku 'kan hanya berasumsi. Maksudku, kebanyakan yang menghuni rumah sebesar ini, pasti hanya beberapa orang saja. Benar, tidak?"
Kai mengangguk. Nampak setuju. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya hal semacam itu juga terjadi padanya. Tinggal di rumah besar dengan hanya ditemani kedua saudara dan satu sepupu, rasanya tentu masih kurang. "Ah, aku jadi merindukan rumah kita di Busan. Saat ibu masih ada, dan kita saling melengkapi. Sayangnya, sekarang tidak begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ZERO O'CLOCK: When The World Stops For A While
Fantasía[𝙊𝙉 𝙂𝙊𝙄𝙉𝙂] Park Aeri tidak pernah berpikir bahwa kehidupan seseorang di luar sana rupanya tergantung pada pilihannya. Ada satu pemuda Seoul yang seharusnya bisa ia selamatkan saat itu. Jika saja waktu dapat diulang, gadis itu ingin memulai s...