Pertemuan Pertama

2.5K 55 0
                                    

Aku mengadah ke atas, lalu menghela napas. Sepertinya hujan belum ingin berhenti. Tak ada tanda-tanda bahwa ia ingin berhenti, yang ada malah tanda ia datang semakin deras dilihat dari awan yang bertambah gelap, bukannya terang.

Sedikit menyesal, tidak membawa payung. Ramalan cuaca semalam meleset rupanya. Mungkin lain kali aku akan membawanya setiap hari, tidak peduli apa yang dikatakan ramalan cuaca.

Jam menunjukkan pukul lima sore, tapi aku masih terjebak di lobby gedung ini. Sendirian. Kulihat satu per satu lampu di gedung fakultas ini dan yang lainnya sudah mulai dimatikan. Ugh, menakutkanku saja.

Lelah berdiri, kuputuskan untuk duduk di salah satu kursi yang setia menanti di lobby ini. Menanti siapa? Tidak penting, haha.

"Ohiya, kenapa tidak kugunakan ponselku ini, bodoh," runtukku dalam hati.

Setelah kutekan beberapa kali, aku menghela napas. Naas sekali, aku tidak punya pulsa. Padahal aku ingin meminta siapa sajalah itu, menjemputku di sini.

Aku menggosokan kedua telapak tanganku, mencoba sedikit menghangatkan diri sedikit.

Sayup-sayup aku mendengar langkah kaki dari dalam gedung fakultas. Darahku berdesir lebih cepat seiring dengan tempo detakan jantungku yang makin tak karuan. Siapa gerangan? Seingatku, tadi aku tidak melihat orang lain selain aku di gedung ini.

Mataku memicing ke arah pintu lobby, saat suara langkah kaki itu makin terdengar jelas. Oh, manusia rupanya. Kakinya napak ke bumi pula. Syukurlah.

"Nggak bawa payung?" tanya orang itu saat keluar dan melihatku yang sedang duduk sendirian di lobi ini.

"Nggak hehehe,"

"Mau bareng?" tawarnya sambil menyodorkan tangan.

Entah kenapa, instingku mengatakan dia orang baik-baik. Aku begitu saja mengiyakan dan membalas uluran tangannya, lalu berjalan di sebelahnya.

Seakan tak ada habisnya topik obrolan sepanjang jalan kami menuju halte bis depan kampus. Lelaki ini baik dan ramah, begitu pikirku.

Sore ini, di bawah derasnya serangan hujan. Aku sepayung berdua dengan lelaki yang tak ku kenal. Yah, kuharap aku bisa berteman akrab dengannya. 

Aku, Kamu, dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang