END

114 60 97
                                    

Karin membersihkan badan, setelah itu dia menyuruh Putra untuk mandi. Karin memberi tau adiknya, bahwa iya akan pergi keluar bersama Bima.

Karin mengambil tas kecil miliknya dan sandal yang berada diatas rak kecil berwarna biru, saat Karin keluar dari kost-an. Seorang laki-laki sudah diatas motor dengan pakaian rapih nya.

"Jadi?" tanya Bima sambil tersenyum.
"Jadi Bim, sebentar aku masuk dulu." Karin kembali masuk ke kost-an.

Karin mengasih tau bahwa dia akan pulang sedikit malam dan Putra, bisa ke rumah Lili dahulu. Putra paham dan iya ke rumah Lili.

"Udah?" tanya Bima.
"Udah, yok jalan." jawab Karin.

Matahari mulai tenggelam, menandakan malam mulai tiba. Karin yang tengah membonceng asik melihat-lihat kanan kirinya.
"Rin." panggil Bima.
"Hm." jawab Karin.
"Hari ini kita jalan-jalan kan?" tanya Bima.
"Iya byy kita jalan-jalan, tapi sebelumnya ke Minimarket dulu ya." jawab Karin.

"Makasih Rin." ucap Bima tiba-tiba.
"Buat?" jawab Karin bingung.
"Gapapa, makasih aja byy hehe." kekeh Bima sambil mengendarai motornya.

Setelah sampai di Minimarket, Karin turun dari atas motor dan berjalan berdua berdampingan bersama Bima.

Karin mengambil beberapa snack dan minuman, setelah dia rasa cukup. Karin menuju kasir dan membayarnya.

"Aku aja byy, yang bayar." ujar Bima.
Karin menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak.

Setelah itu mereka menuju motor dan melanjutkan untuk jalan-jalan.
"Byy." panggil Karin kepada Bima.
"Hm." jawab Bima.
"Pelan-pelan byy." pinta Karin.

Ya, Bima mengendarai motornya lumayan cepat. Tanpa Bima sadari ada sebuah truk dengan muatan besar datang dari lawan arahnya dengan laju yang cepat seketikaa tubuh mereka berdua....


Brakk....


Jarak yang lumayan dekat dengan, kondisi motor yang melanju dengan kecepatan tinggi membuat mereka terpental. Kepala Karin membentur trotoar, badannya terseret oleh truk tersebut hingga menimbulkan darah merah pekat menodai jalan. Bau amis darah mulai muncul.

Celana milik Bima robek, siku kanan nya menunjukan daging ditangan nya. Wajahnya sudah tak karuan akibat tergores kasarnya aspal hitam ini.

"Bim..." lirih Karin lalu tubuhnya tak sadarkan diri.

Ramai orang yang menolong mereka, dengan cepat orang-orang tersebut memanggil ambulans dan mereka dibawa ke rumah sakit.


Rumah Sakit.

Seorang perempuan dan laki-laki tengah duduk didepan ruang ICU. Raut muka mereka menunjukan rasa cemas. Tak lama kemudian datang seorang laki-laki dan perempuan yang tak lain adalah orang tua Karin.

"Bagaimana keadaan anak saya Bu?" tanya Ayah Karin kepada keluarga Bima.
"Karin kritis." jawabnya
"APA? anak saya? Kritis." ucap Ibu Karin tak percaya.


Brakk...


Seketika tubuh Ibu Karin terjatuh, akibat mendengar jawaban tersebut, dengan sigap ayah Karin memopongnya dan memanggil suster.

Putra, dirinya tengah duduk dengan arah pandangan kosong. Pikiranya kacau tak karuan. Tanpa ia sadari, matanya mulai menurunkan tetesan air mata.

"Hiks....kakak." lirih Putra.

Lili yang melihat Putra menangis pun berusaha menenangkannya. Tangan Lili bergerak mengelus punggung Putra, ia rasa dengan cara ini cukup membuat nya sedikit tenang.

Setelah cukup lama, Dokter keluar dari ruangan ICU.

"Bagaimana Dok anak saya? Bagaimana? Hiks....." tanya Ibu Karin yang sudah sadar.
"Maaf pak bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi tubuhnya sudah sangat kekurangan darah.  Dan luka nya sangat parah, Tuhan berkata lain. Ananda Karin sudah tidak ada, pada pukul 20.10 WIB." ucap Dokter tersebut.

KARIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang