'Rindu itu'. Air mata tak mampu kubendung saat Menuliskan dua kata itu. Dua kata yang menjadi inspirasiku pagi ini.
Ada sosok yang masih jelas dalam memori di kepalaku. Hanya dalam memori, tak bisa lagi kutemui secara fisik.Rindu itu. Kini hanya dapat kurasakan jauh di lubuk hati. Rindu yang indah, tapi juga membuat hati perih.
Betul kata suamiku beberapa waktu lalu
"Saat masih ada, kamu jarang berkunjung. Sekarang sudah tidak ada, ga bisa ketemu lagi." Betul, betul sekali. Aku mengakui apa yang diucapkan suamiku memang benar. Aku jarang sengaja berkunjung menemuinya. Dengan berbagai alasan.Rindu itu, untuk satu sosok yang begitu baik. Bibiku. Rumahnya hanya berjarak 20 meter dengan pintu depan rumahku. Tapi itu dia, banyak alasanku untuk tidak berkunjung ke rumahnya. Bibiku punya toko kecil padahal. Aku harusnya bisa saja setiap hari berkunjung, berbelanja ini itu. Tapi yang sering melakukan itu adalah sosok rajin luar biasa di rumahku, suamiku. Hampir tiap hari suamiku punya keperluan ke toko bibiku, beli ini, beli itu. Otomatis suamiku jugalah yang sering ketemu bibiku. Maka pantas bila kalimat suamiku cukup tajam menusuk hati. Rindu itu hanya sebatas rindu karena bibiku tak ada lagi di sini.
Rindu itu, tak adil bila hanya diiringi tangis. Air mata ku tak berarti apa-apa. Karena kenyataannya, tak banyak yang telah kulakukan saat bibiku masih ada. Apalah artinya tangis, tak bisa mengembalikan apapun. Bibiku tetaplah hanya tersimpan di lubuk hati. What can I do? Mendo'akannya sesering mungkin, sepertinya lebih baik dibanding cucuran air mata sia sia.
Rindu itu. Memang kini jadi rasa spesial yang tak berujung. Tetap muncul rasa sakit saat mengenangnya. Apalagi saat ingat foto jadulku bersamanya. Hanya kami berdua dalam foto itu. Bibiku pakai kaca mata agak hitam. Kaca mata gaya waktu itu. Aku di sebelahnya, tangannya erat menggenggam tanganku. Usia foto itu sudah 48 tahun, fisik fotonya entah sudah dimana. Tapi aku ingat betul bahwa senyum bibiku di foto itu takan pernah bisa aku lupakan.
Rindu itu. Semoga tak hanya untuk bibiku. Masih ada 'Abah'. Suami bibiku yg kini sudah renta. Rindu itu tak boleh terputus, tak boleh hanya kusimpan di lubuk hati. Rindu itu harus tersambung, Untuk abah, untuk 5 orang sepupuku, para wanita sholehah anak² bibiku.
Untuk para pembaca, SERING-SERINGLAH BERSILATURAHMI. KARENA BILA ORANG YANG KITA SAYANGI SUDAH TIDAK ADA, RASA RINDU ITU... SAKIT.