Happy Reading
..
.
.
.
.
.
.
.
"Hei.. hei.. kalian tahu siapa cinta pertama semua anak perempuan?"
Sebuah kalimat yang terucap dari sekumpulan para gadis disebelah meja membuatku menghentikan gerakan. Sendok berisi es krim vanilla yang tadinya siap mendarat dimulutku kini mengambang begitu saja di udara, sedangkan bibirku terkantup rapat.
"Katanya sosok ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya." Ucap gadis tadi melanjutkan kalimat.
Aku tediam. Meletakkan kembali sendok es krim di atas mangkuknya. Pembicaraan mereka kedengaran seru sekali, aku penasaran. Tapi aku juga bingung, memang harus seperti itu, ya?
"Ah.. benar! Itu karena ayah adalah laki-laki pertama dalam hidup kita." Sahut yang lainnya dengan nada antusias. Bahkan senyuman terkembang dijawahnya yang cukup manis.
Tunggu, memang apa hubungannya ayah sebagai laki-laki pertama dengan cinta pertama? Lagi pula itu konyol, mana bisa kita mencintai ayah kita yang notabenenya adalah keluarga?
"Menurut kalian apa yang memebuat ayah bisa menjadi cinta pertama anak perempuannya?" Tanya salah satu dari mereka pada yang lainnya. Ini juga yang sedang ku pikirkan, aku menyimak pembicaraan itu baik-baik.
"Hm.. menurutku sih, perhatian dan kasih sayang seorang ayah yang sangat membekas, wajar kalau banyak anak perempuan jatuh cinta pada laki-laki yang mirip dengan ayahnya." Salah seorang gadis yang duduk memunggungiku itu menjelaskan opininya. Membuatku sedikit menundukan kepala.
Sedangkan kedua orang temannya berseru setuju, membenarkan perkataan si gadis.
Jadi itu yang mereka sebut cinta pertama? Apa papaku bisa disebut sebagai cinta pertamaku juga? Mengingat dia tidak pernah ada saat aku masih kecil.
Dulu aku selalu sendirian, meskipun ada mama yang menemaniku. Tapi tetap saja sepi. Setiap akhir pekan saat aku sedang pergi berbelanja dengan mama, banyak sekali keluarga lain yang juga datang membeli kebutuhan rumah. Dan tidak jarang aku melihat anak-anak seusiaku dulu berjalan bergandengan tangan dengan ayah mereka, sedangkan aku tidak bisa.
Jangankan merasakan sentuhannya, akupun mengenal rupanya hanya dari foto. Seingatku aku tidak pernah bertemu dengannya dulu.
Bahkan disaat rinduku padanya sudah memuncak, dan aku meneriakinya berkali-kali meski itu hanya terjadi dalam mimpi, dia tidak pernah datang.
"Ngomong-ngomong soal ayah, kemarin ayahku baru saja pulang dari dinas luar kota. Dan coba kalian tebak apa yang dibawanya!" Salah satu dari mereka yang mengenakan pita merah di rambut coklatnya melontarkan pertanyaan yang membuat teman-temannya berseru penasaran.
Aku mempersiapkan telingaku baik-baik, ikut menunggu jawaban dari gadis di meja sebelah.
Walau terasa sedikit menyakitkan, tapi aku masih penasaran.
"Dia memberiku boneka beruang yang beeesaarr sekali!" Jawabnya sembari tersenyum, merentangkan kedua tangannya seolah bonekanya memang sebesar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I get you?
FanfictionBoruto dan Sarada, Enam belas tahun sudah mereka bersama. Berhasil melewati pasang surutnya kehidupan remaja dalam lingkar pertemanan. Lantas adakah perasaan menggelitik yang hinggap di hati mereka, setelah sekian lama bersama? . . . . Ini adalah bu...