Perang Pertama Saida

488 83 15
                                    


Dahyun memberikan tanda bahwa dirinya baik-baik saja. Chaeyoung yang mengerti segera duduk ditempatnya meninggalkan Dahyun berdua dengan Sana.


Sana sendiri masih bungkam, ia tidak tau harus ngapain. Dahyun yang menyadari sikap Sana yang terlihat khawatir hanya tertawa kecil.


"Gwenchana, gausah panik kayak gitu" Ujar Dahyun.

"Beneran gapapa? Wajahmu tadi seperti orang yang mau menangis. Aku jadi panik soalnya aku tidak pernah membuat anak orang menangis" Ujar Sana.


Dahyun hanya terkekeh kecil dan segera mengambil gambar Sana yang sedang panik itu. Kertas polaroid keluar dari kamera itu, Dahyunpun langsung mengibas-ngibaskan monokrom itu.


"Hahaha lihatlah, aku dapat aibmu lagi" Seru Dahyun.


Sana yang melihat itu segera merebut lembar monokrom itu tapi Dahyun lebih cepat menjauhkan kertas itu dari Sana.


"Yak! Kembalikan!" Kesal Sana.


Dahyun hanya memeletkan lidahnya, Dahyun segera memasukkan lembar polaroid itu ke album fotonya. Dahyun memasukkan album itu ke tasnya seakan menandakan bahwa Sana tidak bisa mengambil album foto itu.


Sana yang tak mengenal kata menyerah segera membuka tas Dahyun. Dahyun yang melihat itu segera berteriak.


"Tolong! Sana mau mencuri buku tugasku" Teriak Dahyun.


Irene selaku ketua kelas segera menghampiri mereka dan menghentikan kerusuhan itu. Irene memarahi Sana sedangkan Dahyun asik melindungi tas sekolahnya itu.


"Kamu kenapa mau mencuri buku tugas? Belum ngerjain tugas huh?" Marah Irene.

"Ckk... bukan urusanmu! Ini urusanku dengan Dahyun!" Kesal Sana.

"Tapi aku ketua kelas disini, dan sudah seharusnya aku menghentikan kekacauan dikelas ini" Tegas Irene.


Sanapun bungkam dan segera mendudukan dirinya dengan kasar. Dahyun yang melihat itu tertawa kecil sedangkan Irene hanya menghela nafas kasar dan kembali ketempatnya.


'Nasib ya jadi ketua kelas di kelas absurd ini' Batin Irene.


Ya Irene tau kalau biang masalahnya iu Dahyun, tapi namanya juga ada ikatan saudara mana mungkin Irene memarahi Dahyun dan menyerahkan anak itu ke guru untuk dihukum. Irene tidak setega itu pada sepupunya, lebih baik orang lain yang dihukum daripada sepupu absurdnya itu.


"Kau awas saja!" Bisik Sana pada Dahyun.

"Awas kenapa? Memangnya ada apa?" Polos Dahyun.


Sana hanya menghela nafas kasar untuk meredam kekesalannya. Dahyun yang sudah puas dengan tawanya itu segera meminta maaf pada Sana.

Monochrome [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang