sembilan belas (arkha)

423 83 5
                                    

selamat pagi pembaca~
yuk yuk komen cerita ini, ada saran atau kritik untuk cerita ini?

~°~

arkha baru saja keluar dari ruang kelasnya ketika ponsel yg ada disakunya bergetar.

"arkha!"

arkha mengalihkan pandangannya, melihat siapa orang yg memanggilnya.

"mau kemana?" tanya azka berhenti didepan arkha.

"kenapa?"

"lo mau kemana? ga keburu kan? makan yuk!"

arkha berpikirkan sebentar. dia memang lapar, toh ini sudah masuk jam makan siang.

"boleee,"

"yeyy!! yuk!!"

azka menarik tangan arkha. bersama mereka berjalan menuju parkiran.

"mau kemana? katanya makan?" tanya arkha bingung.

"kita makan di resto langganan gw,"

"diluar kampus?"

"food court kampus. lu udah kelar kan hari ini. jadi ayo! gw jamin lu bakalan suka dehhh, percaya sama gw!"

arkha menurut. dia berjalan mengikuti azka yg kini masih terus menggandeng tangan kirinya.

"hmmmm, lo cuma bawa helm satu ya?" tanya azka, menyadari jika arkha pasti menggunakan motor untuk ke kampus.

"engga, gw bawa dua,"

azka membulatkan matanya. "tumben,"

"tadi gw anter suika dulu,"

mendengar perkataan arkha, tangan azka yg awalnya memggandeng tangan kiri arkha, kini langsung terlepas.

tak butuh waktu lama untuk azka sadar dari pikirannya sendiri, azka kembali menggandeng tangan arkha.

"okeee! gw bonceng kalo gitu!"

arkha menaikan kedua bahunya, mengambil kunci dari saku celana kirinya.

"susahh," renggek azka ketika hendak naik ke belakang motor arkha.

motor besar yg digunakan arkha memang cukup menyulitkan orang yg akan membonceng dibelakang jika tidak terbiasa. terlebih lagi motor arkha ini adalah motor yg bukan lagi standar.

"lu pegang pundak gw, kaku kiri lo naik ke foodstep, terus melangkah ke jok," jelas arkha.

azka menurut. kedua tangannya dia letakkan dipundak arkha. mengginjakkan kaki kirinya pada foodstep belakang, kemudian sedikit meloncat, dirinya kini telah duduk dijok belakang motor arkha.

jok yg menjadi idamannya untuk diduduki selama beberapa bulan ini.

"pegangan kalo gamau jatuh,"

azka melingkarkan tangannya dipinggan arkha. memeluk perut rata dan keras milik arkha.

meskipun terhalang kaos dan kemeja, azka masih dapat merasakan perut arkha yg rata dan kotak-kotak.

arkha menghidupkan mesinnya. raungan motor bertenaga besar kini menggema di halaman parkir.

azka yg baru pertama kali menaiki motor besar seperti ini cukup dibuat bising di kedua telingannya. beberapa kali arkha hanya memutar gas tapi dengan kecepatan yg pelan. ntah maksudnya apa. yg jelas, jika arkha melihat arkha melakukan ini, dia seperti mentega yg dipanasi diatas wajan.

dua lelaki, satu perempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang