Chapter 17

8.9K 858 24
                                    

17. Kak Galak

_______________

Gadis itu bergerak ke kanan dan ke kiri dengan mata terpejam. Kakinya menendang-nendang selimut hingga terjatuh ke lantai. Tak lama kemudian matanya mengerjap pelan.

Alula menatap jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari.

"Laper," lirih Alula sambil mengelus perutnya yang mulai keroncongan. Kemudian Alula beranjak dari tempat tidurnya.

Kebiasaan buruknya sedari dulu tidak berubah. Selalu terbangun tengah malam jika merasa lapar. Dan tidak akan bisa tidur jika perutnya belum diisi sesuatu.

Gadis dengan piyama doraemon itu melangkah keluar kamar. Sesekali menguap sambil mengucek mata. Menuruni anak tangga dengan cahaya remang-remang tidak membuat Alula takut. Ia sudah terbiasa bahkan di tempat gelap sekalipun.

Alula membuka lemari pendingin begitu sempai di dapur. Ada berbagai macam sayuran, daging, roti, telur dan masih banyak lagi. Alula mengambil dua telur sekaligus setelah memastikan nasi masih ada.

Memasang wajan dan menyalakan kompor lantas menuang sedikit minyak. Setelah dirasa minyaknya sudah cukup panas Alula memecahkan kedua telur sekaligus ke dalam wajan. Lantas dioseng sambil diberi garam dan kecap manis.

Tercium bau oseng telur kecap membuat perut Alula tambah meronta minta diisi. Hingga sebuah suara mengagetkan Alula.

"Kamu ngapain malam-malam di dapur?"

Buru-buru Alula mematikan kompor saat dirasa telurnya sudah matang. Kemudian gadis itu berbalik, menatap sosok jangkung berdiri di belakangnya.

Sosok itu melangkah mendekat masih dengan setelan jas hitamnya. Bahkan suara langkah kakinya terdengar jelas.

"Sedang apa?"

Alula gelagapan saat netra tajam sosok itu menatapnya. "Anu ... itu ... hm ... apa ya ...."

Harum dari tubuh sosok di depannya membuat Alula menahan napas. Alula dapat melihat jelas wajah sosok di depannya saat sosok itu mencondongkan tubuhnya menatap sesuatu di belakang Alula.

"Lapar, hm?" Alula terdiam.

"Bernapaslah, sayang ...."

Suara itu ... suara itu terdengar berat tapi menenangkan. Alula mengembuskan napasnya lega lantas mendongak. Sosok di depannya mirip sekali dengan ayahnya. Hanya terlihat sedikit muda saja.

"Kak Galak?"

Pertanyaan itu spontan saja terucap dari bibir Alula.

Sosok di depannya menaikkan sebelah alis. "Galak?"

Nah, kan. Alula jadi gelagapan sendiri. "Eh, anu ... itu ... nama kakak, kak Galak kan?"

Sosok itu mendengus. Memasukan kedua tangannya di saku. "Nama kakak Galaksi bukan Galak,"

Alula jadi bingung sendiri. Kan benar nama sosok di depannya Galaksi dan singkatannya Galak. Kalau Galaksi kepanjangan.

"Oh, hehe ... maaf, Kak." Alula menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Tuh, kan! Alula jadi kikuk sendiri. Salahkan saja Attar yang memberi singkatan Galak membuat Alula jadi terbiasa menyebut kakak pertamanya sama seperti Attar.

"Lapar?" Alula mengangguk.

"Iya. Kakak mau makan juga? Biar nanti Lula ambilkan sekalian. Tadi Lula masak telur sekaligus dua, kok. Jadi bisalah dibagi." Tidak, tentu saja tidak cukup. Itu tadi hanya sekedar basa-basi saja.

Galaksi mengangguk.

"Boleh," ucapnya kemudian duduk di kursi meja makan. Matanya terus memerhatikan adik perempuannya.

Terpaksa Alula harus membagi jatah makan malamnya. Menatap miris telur oseng kecap buatannya yang harus dibagi dua.

Tak ingin berlama-lama, Alula bergegas mengambil dua piring, mengisinya dengan nasi lalu ditaburi oseng telur di atasnya. Tak lupa membawa botol kecap ke meja makan dan dua gelas air putih.

"Makan, Kak."

Galaksi hanya mengangguk. Beberapa saat ia hanya memerhatikan Alula yang tengah makan dengan lahap hanya sekedar dengan telur.

"Kamu suka telur?"

"Suka. Lula suka semua makanan, Kak."

Galaksi mengangguk. Kemudian dia turut memakan telur oseng buatan Alula.

"Enak," gumamnya pelan bahkan Alula yang ada di hadapannya saja tidak mendengar.

Setelah memastikan nasi dan telur di piringnya habis. Alula langsung menenggak habis segelas air putih. Membawa piring dan gelas itu ke wastafel hendak mencucinya sebelum sebuah tangan menahan pergerakannya.

"Jangan dicuci." Sebelah tangan Galaksi menyimpan piring dan gelas di wastafel lalu mencuci kedua tangannya.

"Tidur, sudah malam." Alula hanya menurut ketika Galaksi menuntunnya menuju kamarnya.

"Sleep tight, baby."

Galaksi mencium kening Alula yang sudah berbaring sambil menutup tubuh mungil adiknya dengan selimut.

Setelah memastikan Alula terpejam ia mematikan lampu kamar menyisakan lampu tidur. Kemudian menutup pintu kamar dan menuju kamar di depan kamar Alula. Dimana kamarnya berada.

*****

Maaf part-nya pendek gaes🙏

Published,
Rabu, 11 Agustus 2021

Spectacular BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang