❀ Bab 7 ❀

46 14 1
                                    

Mendengar kisah singkat dari Manjari, aku kembali merenungkan tujuanku diciptakan dan kenapa aku bakal selamanya ditempatkan di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar kisah singkat dari Manjari, aku kembali merenungkan tujuanku diciptakan dan kenapa aku bakal selamanya ditempatkan di sini.

Aku diciptakan atas dasar rasa kesepian mereka, tidak kurang atau lebih. Bukan pula untuk menjadi pewaris yang kelak akan menjaga hutan ini. Hanya sekadar teman bermain mereka atau mungkin untuk ditonton setiap saat.

"Lalu, kenapa tetap dijaga Vanam ini?" tanyaku lagi. "Dama tidak mungkin sampai rela berjaga siang hingga malam karena disuruh saja, bukan?"

Manjari tersenyum. Dia kemudian menunjuk sebuah jamur berwarna ungu kehijauan yang bersinar di bawah terik mentari.

Ini adalah salah satu karyanya di Vanam. Fungsi jamur itu tidak lain untuk mengobati cacingan hanya dengan sekali gigit. Yang mana tidak begitu membantu untuk keadaan saat ini.

"Ila tahunya ini jamur untuk cacingan," ujarku padanya.

"Ya, tapi di luar sana, jamur ini sangat dibutuhkan," kata Manjari. "Kami menjaga Vanam dari cengkeraman kaum di luar sana agar tidak mencurinya hingga punah."

Aku waktu itu kebingungan. "Kenapa? Bukannya bagus bisa membantu yang lain?"

"Tidak semudah itu, Ila." Manjari menggeleng pelan. "Tanaman di Vanam memang manjur sebagai obat, tapi tidak sepenuhnya aman untuk semua makhluk, terutama selain para dewa dan ruh."

"Maksudnya?" Aku mengerutkan kening. Seharusnya semua tanaman, terutama jenis obat, harus bisa digunakan semua makhluk.

Manjari tersenyum, matanya yang unik itu menatapku lembut. "Sudahlah, Ila. Kamu tidak perlu memusingkannya. Biarlah Dama mengurus semua ini."

Hanya dengan begitu, dia perlahan menjelma menjadi dedaunan yang tertiup angin. Meninggalkanku di bawah terik mentari.

❀❀❀

Aku memetik beberapa tangkai bunga lalu mengumpulkannya dalam satu lingkaran kecil hingga membentuk sebuah buket bunga yang menancap ke tanah.

Meski sudah dipetik dari tangkainya, bunga-bunga di Vanam tidak akan layu.

"Selama tumbuhan masih di bawah wilayah Vanam, mereka tidak akan layu meski sudah dipetik atau terpotong dari akarnya."

Begitulah yang dikatakan Manjari waktu kali pertama aku belajar bermain di Vanam.

Dibandingkan penciptaku yang lain, Manjari tampak yang lebih sering memberitahuku soal tumbuhan di sini. Meski dia juga sering bepergian seperti teman-temannya.

Terbayang di benakku, jika memang benar tumbuhan di Vanam tidak bisa dikonsumsi oleh makhluk selain dewa atau penghuni di sini, lantas apa efek sampingnya jika makhluk dari luar memakannya?

Aku akan mencari tahu.

Aku akan mencari tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Forest's Daughter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang