BS|| Sisi Lain Aluna

8 3 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aldebaran duduk termenung di atas kasur, dengan pandangan mengarah ke arah cermin. Ia teringat obrolan tadi siang bersama Raja Edward. Laki-laki paruh baya itu bilang bahwa ia harus menjaga seorang gadis. Gadis yang sama seperti gadis yang sedang ia jaga saat ini. Namun, ia masih bingung tentang siapa gadis ini sebenarnya. 

Terlalu larut dalam lamunannya, Aldebaran sampai tidak menyadari ada seseorang masuk ke kamarnya tanpa mengetuk dulu. Ia paling tidak suka ada yang bersikap tidap sopan seperti ini. Setelah melihat siapa yang datang, amarahnya luruh seketika. Sebuah senyuman yang jarang sekali ia perlihatkan terbit di bibirnya. 

"Hai, Pangeran." 

Aldebaran mendengkus. Mungkin jika orang lain memanggilnya seperti itu tidak papa. Namun, jika gadis cantik di hadapannya ini dirinya sungguh tidak suka. 

"Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak suka panggilan itu," protes Aldebaran. 

Gadis itu terkekeh dan menghampiri Aldebaran. "Lantas, panggilan seperti apa yang kau mau?"

Aldebaran menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Ia melingkarkan kedua tangannya pada perut gadis itu. 

"Kau selalu saja membuatku senang," ujar Aldebaran menarik senyumnya. 

"Apa yang habis kau bicarakan dengan Ayahku?" 

Aldebaran terdiam. "Tentang kamu," ujarnya tersenyum.

Pipi gadis bertubuh mungil itu bersemu merah mendengar ucapan kekasihnya. Aldebaran selalu punya cara tersendiri menyenangkan hati kekasihnya. 

"Ayah bicara apa saja?" tanya gadis itu malu-malu. 

Aldebaran menyelipkan rambut gadis-nya ke belakang telinga. Kemudian laki-laki itu mendekatkan wajah mereka hingga berjarak hanya sedikit. 

"Ayahmu bilang, kamu mencintai aku. Ayahmu juga bilang, kamu selalu merindukan aku. Terakhir, Ayahmu bilang ... kamu ingin cepat dinikahi olehku," bisik Aldebaran. 

Darla, kekasih Aldebaran, terkekeh. Padahal yang dikatakan oleh kekasihnya tidak sepenuhnya benar. Ia memang merindukan Aldebaran, tapi tidak ingin cepat dinikahi juga. Karena sebagai garis takdir keduanya tidak semudah itu untuk membuat ikatan. 

"Darla, aku harus kembali bertugas," ujar Aldebaran dengan wajah serius. 

"Kau ditugaskan ke mana? Kenapa aku tidak boleh tahu?" tanya Darla bingung. 

Aldebaran menunduk. "Entahlah. Ayah menyuruhku untuk merahasiakan ini darimu. Katanya, demi kebaikanmu."

"Apa Ayahku tau?"

Aldebaran mengangguk. Darla kembali menghela napas. Gadis itu sama sekali tidak tahu ada urusan apa mereka. Jika itu menyangkut dirinya, mengapa ia tidak diizinkan untuk mengetahui. 

Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang