21 🍒 gosip

4K 642 14
                                    

Sudah seminggu berlalu semenjak pertengkaran Karina dengan Irene terjadi. Seminggu pula lah hari-hari dilalui ibu dan anak itu dalam kecanggungan. Mereka masih bertatap muka di meja makan, Irene juga setiap hari mengantar-jemput Karina ke kampus, tetapi tetap saja kejadian kemarin menciptakan jarak di antara mereka. 

Jujur saja, Karina ingin berbaikan dengan mamanya, tetapi rasa kesalnya karena sang mama membela pria itu lebih mendominasi. Percuma saja Irene meminta Karina untuk tidak membenci Suho dengan alasan darah pria itu mengalir di dalam tubuhnya, karena Karina akan tetap pada pendiriannya. 

"Eh itu bukannya cewek yang ada di base kampus, ya?"

"Iya gak, sih?"

"Liat aja tuh bajunya kayak kurang bahan gitu mentang-mentang body-nya bagus, pantesan om-om doyan."

Kening Karina mengernyit heran kala telinganya menangkap bisik-bisik yang terlampau nyaring itu di sepanjang lorong kampus tempat dia berjalan. Bisikan itu seperti ditujukan untuk dirinya. Perasaannya semakin tidak nyaman ketika orang-orang menunjuknya diam-diam disertai tatapan aneh seperti menghakimi. Karina benar-benar bingung apa yang terjadi.

"Rin, sini beb." Karina buru-buru duduk di antara Hema dan Lia begitu dia tiba di dalam kelas. Banyaknya pasang mata dari teman-teman sekelasnya yang mengikuti setiap langkah yang dia ambil membuat Karina semakin yakin bahwa ada sesuatu yang salah.

"Kenapa mereka semua ngeliat aku kayak gitu?" tanya Karina.

"Lo masuk base kampus, Rin," jawab Lia dengan wajah tegang.

"Base?"

Lia memukul keningnya pelan. "Oh iya, gue lupa kalau lo gak main twitter."

"Karin, jujur sama gue," ujaran Hema yang terdengar serius membuat Karina mengalihkan tatapannya dari Lia. "Pas gue mau nganterin lo pulang minggu lalu yang lo tolak, lo pulang bareng siapa?"

"Gak sama om-om, kan, Rin?" tambah Lia. "Soalnya lo masuk base kampus, nah si sender ini ngefotoin lo masuk mobil mewah yang katanya ada om-omnya. Terus ada anak kampus juga yang mergokin lo makan di restoran mewah pas dia sama kakaknya lunch di sana."

"Kok mereka punya foto aku?" Karina memandang foto yang ditunjukkan oleh Lia dengan bingung.

"Ih, Karinaaa." Lia meremas lengan Karina, gemas. "Lo tuh cantiknya gak manusia kayak karakter anime! Sejak lo masuk kampus sini lo tuh udah jadi inceran kating!"

"Dia gak tau kalau dia famous, Li," timpal Hema. "Tapi serius deh, Rin, om-om itu siapa? Jujur sama masa depan lo ini, gue gak bakal marah, kok."

"Dih, mulut lo Hema, lemes bener."

"Itu ... pamannya kakakku," Karina bersuara, meski sejujurnya otaknya masih memproses perkataan dua temannya. Om-om yang dimaksud ini adalah Kai, kan? 

"Omnya Kak Yeri?" sahut Hema. Wajahnya tidak seserius tadi. 

"Iya. Yang anaknya beli helm kamu, Hema."

"Oooh si om ganteng kaya raya itu, ya?! Yang beli helm dua ratus ribu gue jadi lima juta itu!"

Lia mencondongkan tubuhnya penasaran. "Siapa sih? Bukan om-om genit yang ngincer cewek yang open BO berarti, kan? Lo gak open BO juga, kan, Rin?"

"Open BO apa?"

"Lia, jangan ngajarin Karina macem-macem ya lo!"

"Kayak lo gak ngajarin Karina ngomong kasar aja," cibir Lia, memandang sinis Hema. "Open BO itu ... duh, gimana ya gue ngejelasinnya, kayak prostitusi gitu deh, tapi online. Prostitution, you know."

[✔] JuicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang