04. Salting

9 0 0
                                    

Happy Reading!

•••••••


Hujan adalah sesuatu yang sangat Mark hindari, sungguh. Jika bisa Mark ingin pergi ke suatu tempat dimana ia tidak akan pernah bertemu dengan hujan, tapi tentu saja itu adalah kemustahilan yang tidak akan pernah jadi nyata, untuk hal ini Mark dengan sungguh meminta maaf kepada Tuhan, karena ia telah membenci hujan.

Namun seperti nya Tuhan berkata lain, seperti nya Tuhan ingin membuat Mark bersahabat dengan hujan, malam ini hujan datang gemericik air hujan terdengar dari jendela kamar nya, pantas saja malam ini tidak ada bintang yang bertaburan, tidak ada juga sinar bulan yang menyinari malam, rupa nya kendali malam ini diambil alih oleh hujan.

Pukul sebelas malam dengan secangkir kopi yang dibuat diam-diam tanpa sepengetahuan Mama dan hujan saat ini adalah sebagai teman nya. Walaupun hujan adalah suatu hal yang tidak Mark sukai, tapi malam ini Mark sangat berterimakasih kepada hujan karena telah menemani nya dalam sepi.

Merasa cukup lama terdiam memandangi air yang turun dari langit, Mark mengambil ponsel nya diatas nakas dan langsung mendial kontak seseorang yang ia pikirkan sedari tadi.

"Kenapa belum tidur?!"

Sontak mark langsung menjauhkan jangkauan ponsel dari telinga nya, sungguh suara Nara sangat nyaring dan benar dugaan Mark ia pasti akan kena marah oleh Nara.

"Kamu juga kenapa belum tidur?"

"Gak bisa tidur hmm," seru Nara, terdengar suara nya menggantung.

"Soalnya aku kangen sama kamu."

Rasanya Mark ingin langsung pergi menuju kediaman Nara saat ini juga, memeluk dalam dekapan hangat nya, bukan perihal berlebihan, sudah dikatakan Nara adalah tipe yang tidak suka mengumbar hal-hal romantis.

"Tuhan aku ingin bersama nya." batin nya.

"Mark kamu masih disana gak sih, daritadi aku dikacangin sama kamu." kesal Nara. Jika ia melihat Mark sekarang sedang senyum-senyum sendiri karena ulah nya, seorang Markvin Arkan pasti akan merasa sangat malu.

"Iya aku masih disini, kangen sama suara kamu makanya aku diem daritadi dengerin omelan kamu, dengerin deru nafas kamu, dengerin suara gemelatuk gigi kamu pas marahin aku tadi." seru Mark yang berhasil membuat Nara bergidik geli dari sana.

"Hangat. Hanya suara tapi bisa sehangat itu." batin Nara.

"Gombal banget, aku tutup ya telpon nya. Kamu jangan minum kopi kebanyakan jangan lupa tidur. Dah selamat malam, Avin!"

Sambungan langsung terputus dari sana hanya menyisakan Mark yang masih salah tingkah hanya dengan Nara memanggil nya 'Avin'

"Dainara." ucap Mark dengan nada dingin. Namun percuma yang disebut nama nya tidak akan mendengar karena sambungannya telah terputus.

Kebiasaan Nara, setelah membuat Mark salah tingkah tapi dengan begitu saja pergi tanpa rasa bersalah, tapi Mark anggap itu sebuah hal yang menggemaskan.

Tanpa disadari hujan telah berhenti, secangkir kopi yang ia pegang sedari tadi telah habis namun pikiran nya tetap carut marut memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang seharusnya ia tidak pikirkan.

"Kenapa serumit ini jadi manusia." ucap Mark frutasi, sembari menutup jendela kamar nya Mark berlalu pergi menuju kasur kesayangan nya.

Menuju alam mimpi, dan menyusun skenario sebelum tidur dan berharap terjadi dalam mimpi, setidaknya Mark bisa merasakan seperti apa hidup nya jika berjalan atas skenario nya. Bukan perihal Mark tidak bersyukur atas kehidupan nya, tapi Mark hanya membayangkan bagaimana jika ia hidup dibawah skenario nya, sudah itu saja. Dan Mark selalu berdoa semoga skenario sebelum tidur nya menjadi nyata. Tuhan tolong dengar doa hamba mu yang selalu menuntut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 07, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Miracle (?) | Mark LeeWhere stories live. Discover now