"Tapi Jay alergi sama kucing, Jake."
Jake terperanjat, baru ingat akan hal yang seharusnya sudah diketahui oleh semua orang terdekat Jay, karena memang seanti itu dirinya dengan kucing. Yang Jake tahu, Jay tak pernah mau dekat-dekat dengan kucing karena takut alerginya kambuh. Ia selalu menjauh tiap kucing mendekat, menciptakan jarak aman.
"Kok gue bisa lupa itu sih?" Jake mengusap wajahnya kasar, lalu kembali fokus ke depan agar tak terjadi kecelakaan. "Terus kenapa Jay bisa dicakar kucing?"
"Mungkin bukan dicakar kucing," terka Sunghoon, terdengar sedikit ragu.
"Terus apa dong?"
"Mana gue tau."
Jake mendengus, lalu kembali fokus mengemudi dengan isi pikiran yang mulai terbagi.
"Sunoo sempet ditusuk, kan?" Sunghoon memecah keheningan.
"Iya." Jake menatap Sunghoon bingung. "Emang kenapa?"
"Sunoo ditusuk, ada kemungkinan nggak kalo dia sempet ngasih perlawanan kayak ngecakar tangan pelaku?"
Jake mencoba mencerna pertanyaan Sunghoon, namun ia justru menangkap maksud lain dari kalimat itu.
"Lo curiga kalo luka di tangan Jay itu karena dicakar sama Sunoo?"
"Gue cuma nebak aja." Sunghoon meluruskan maksud dari perkataannya. "Gue nggak yakin juga sih, tapi nggak tau kenapa, gue kepikiran kayak gitu."
Jake mengangguk mengerti, lalu memilih diam seolah malas melanjutkan topik yang sedang dibahas.
"Thanks, ya. Lo hati-hati pulangnya," kata Sunghoon kala mobil Jake telah berhenti di depan pagar rumahnya.
"Iya. Btw, omongan lo tadi masuk akal," ujar Jake, berniat melanjutkan topik yang sempat mereka bahas. "Tapi kita nggak bisa nuduh Jay cuma karena luka cakar di tangannya."
Sunghoon mengernyit. "Kenapa?"
Jake tersenyum, membuat Sunghoon kebingungan karena senyum itu terlihat misterius dan tak dapat dimengerti. Manik Jake yang sejak tadi menatap Sunghoon mulai beralih pada salah satu tangan sang sahabat yang hendak membuka pintu mobil.
"Karena lo juga punya luka cakar di punggung tangan lo, Park Sunghoon."
••••
Jake berniat untuk langsung pulang seusai mengantar Sunghoon karena sudah sedikit mengantuk, namun karena teringat dengan Riki, ia memilih mampir sebentar ke rumah lelaki itu untuk memastikan keadaannya, sekaligus minta maaf. Bagaimanapun, Jake salah karena asal menuduh.
Kedatangan Jake tentu membuat Riki terkejut dan bingung, namun ia tetap mempersilakan Jake untuk masuk ke dalam dengan syarat tidak berisik, seluruh anggota keluarganya sudah tidur.
"Gue mau minta maaf soal yang di rumah Jay tadi," jawab Jake kala Riki bertanya alasan kedatangannya di hari semalam ini.
Riki tak terkejut atau memberi reaksi berlebih, hanya mengangguk saja, membuat Jake merasa tak dimaafkan karena reaksi yang Riki beri terlalu biasa.
"Lupain aja, nggak penting," balas Riki, nampak tak peduli.
"Tapi—"
"Nggak usah minta maaf berlebihan, kayak sama siapa aja, Kak."
Entah kenapa, perkataan Riki membuat Jake tersenyum tipis. Kalimat itu membuatnya merasa jika mereka telah bersahabat dekat, sehingga jika Jake melakukan kesalahan, Riki akan mudah untuk memaafkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite | Enhypen
Fiksi Penggemar"Lo pernah denger istilah hipokrit, nggak?" •••• Katanya, tak semua hubungan persahabatan akan bersih dari pengkhianatan. Sekelompok pemuda dengan jumlah tujuh tak terlalu menghiraukan itu, karna persahabatan mereka berjalan dengan baik selama ini...