[First point of view]
Dimensi lain? Apa kalian percaya akan hal itu? Kalau kau tanya aku percaya atau tidak jawabannya adalah, tidak. Terkadang aku berfikir, kenapa ada saja orang yang percaya dan membesar-besarkan teori tak masuk akal mengenai Dimensi lain, atau akan kusebut, dunia lain.
Maksudku, hei? Kalau benar ada kehidupan lain di luar bumi ini, apakah mereka juga tau bahwa ada kehidupan selain didunia mereka? Entahlah, aku tak ingin membahasnya. Aku lelah, kapan selesainya sih?!
[Third point of view]
Terlihat seorang wanita muda yang sejak tadi bergelud dengan pikirannya, isi pikirannya? Baca ulang. Saat ini dia berada disebuah ruangan redup pencahayaan dengan suara teriakkan kesakitan yang menggema sebagai backgroundnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan, [Name]? Jika itu tidak berguna sebaiknya kau bantu aku saja sini,” seorang pria pendek melirik wanita itu dari ekor matanya. Wanita itu, [Name] Ackerman, menoleh pada sang empu yang memanggilnya dengan tatapan lelah dan malas, “kapan selesainya sih? Aku lelah, tck!”
Pria itu mengernyit heran pada tingkah wanita itu yang sangat tak bisa dia tebak, walaupun dia sudah bersama dengannya sejak masih didalam kandungan ibunya.
Bapaknya siapa om? Anak haram yh? Eh-
Ia menghela nafas, lelah dengan kelakuan abnormal adiknya itu. “Jika kau lelah kembali saja sana, beristirahatlah di kamarmu,” ucap pria itu. [Name] menoleh lalu menatap sang kakak, “yakin nih? Nanti kalau kau kesepian gimana, kak Levi~? Lagian Hange kemana sih? Menyusahkan sekali maniak titan satu itu.”
“Tadi Erwin memanggil si mata empat itu untuk segera keruangannya. Palingan juga mereka membicarakan tentang para prajurit yang menghilang secara misterius itu,” pria itu, Levi Ackerman, menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari aktivitas yang sedang ia lalukan.
[Name] terdiam mencoba mengingat kejadian yang dimaksud oleh kakaknya. ‘Menghilang secara misterius? Tidak .. Aku sangat yakin melihatnya dengan jelas saat itu, dengan kedua mata kepalaku sendiri.’
[Flashback, beberapa waktu sebelumnya]
Saat itu, [Name] beserta squad 'nya diberi tugas untuk berpatroli sekaligus mengawasi para kadet yang baru bergabung dengan Pasukan Pengintai beberapa waktu yang lalu. Tapi mereka berpencar kearah yang berbeda dengan tujuan, “biar cepat selesai, cepat juga aku rebahan,” ucap [Name] selaku Kapten dari squad itu.
Para anggotanya hanya meng'iyakan saja perintah Kapten mereka yang kadang tidak bisa mereka tebak jalan pemikirannya.
Squad yang dipimpin oleh [Name] beranggotakan 6 orang termasuk sang Kapten. Kenapa? Sama seperti sang kakak, squad [Name] adalah salah satu dari 5 squad khusus. Otomatis, anggotanya adalah orang-orang dengan kekuatan yang sudah tidak dapat diragukan lagi.
Mereka dibagi menjadi dua orang, dan sang Kapten sendiri satu kelompok dengan salah satu anggota terpercayanya. Atau bisa dibilang, tangan kanannya. Sedikit kurang adil memang, dua orang terkuat di squad mereka dijadikan satu kelompok. Tapi itu kemauan anggota itu sendiri.
Tatapan [Name] menajam, mencoba menebak apa yang akan terjadi berikutnya. Karena firasat dan dugaannya tidak pernah salah ataupun meleset. Dirinya merasakan sesuatu yang kurang beres disekitar sana. [Name] memanggil tangan kanannya dan bertanya, “Ren, kau merasakan sesuatu yang aneh tidak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
❝Dimensions Timeline❞ :: Crossover
Fanfiction❝Ya tuhan, aku lelah. Biarkan aku beristirahat sebentar saja.❞ ❝AAAAA AKU MAU PULANG!❞ ヾ︿︿。ヾ︿︿。ヾ︿︿。ヾ︿︿。ヾ︿︿。 warning ! . typo bertebaran . ooc mungkin . bahasa tidak baku . mengandung kata kasar . cringe . cara penulisan masih berantakan ▌█║││▌│▌│║▌...