Dering telepon di pagi buta membuat gadis yang sedang tertidur lelap terbangun. Matanya mengerjap mencoba fokus untuk melihat sekitar.
Tangan kirinya mencari letak ponsel yang semalam ia simpan di sampingnya. Tanpa melihat siapa yang menghubungi, Nara langsung menyentuh tombol berwarna hijau.
"Halo?"
"Assalamualaikum, Nara."
Tanpa Nara lihat siapa yang meneleponnya, ia sudah tahu bahwa itu suara Arya. "Waalaikumsalam, ada apa telepon jam segini?" Nara melihat jam di ponselnya, tertera di sana masih pukul 4 pagi.
"Kamu ada acara nggak hari ini?" tanya Arya to the point.
Sebentar Nara merentangkan tangannya, ia menguap pelan lalu bersin tiga kali membuat Arya yang mendengarnya terkekeh. "Kenapa ketawa?"
Arya menghentikan tawanya, "Suara bersin kamu lucu." Nara tersenyum tipis dengan mata terpejam. "Jadi, kamu ada acara nggak hari ini?" Arya mengulang pertanyaannya tadi yang belum sempat di jawab oleh Nara.
"Nggak ada, kenapa emangnya?"
"Emm, nanti sore bisa keluar nggak? Kita ketemu di kafe yang deket rumah sakit itu."
"Ngapain?"
"Ngopi bareng aja gitu, Nar. Kan kita belum ngopi lagi nih semenjak waktu itu." Dalihnya.
'Kata dia ke kafe nya sore, terus kenapa sekarang kasih tahunya sih? Mana masih pagi.' Gerutu Nara dalam hati. Namun yang keluar dari mulutnya lain lagi dengan apa yang ada di hatinya. "Oke, Arya, sorenya jam berapa?"
Arya berseru ria, tanpa Nara sadari ia tersenyum mendengarnya.
"Jam 3 deh. See you, Nara."
"See you, Arya."
"Ya ampun mana masih pagi." Gerutu Nara sembari menenggelamkan wajahnya pada bantal.
........
Mata Nara tak henti melihat jam dinding kafe. Tangannya bertaut dan kakinya terus mengetuk-ngetuk lantai. 10 menit lagi menuju jam 3, dan dia sudah siap dengan semuanya.
Tas sudah ia sampirkan ke pundak kiri, sepatu sudah ia kenakan, dan make up tipis sudah ia poles di wajahnya yang terdapat beberapa jerawat nakal. Ia sekali lagi berkaca pada layar ponsel, memastikan bahwa dandanannya sore ini tidak kurang.
Dan sesekali melihat pintu kafe berharap Arya cepat datang. Nara adalah tipe orang yang tidak menyukai keterlambatan apalagi sampai tidak jadi padahal sudah direncanakan.
Makanya ketika Arya mengatakan pukul 3, Nara sudah bersiap dari pukul 2 siang. Dia pun datang ke kafe 15 menit lebih awal.
"5 menit lagi menuju jam 3." bisiknya. Lantas jarinya mengetik untuk mengirim pesan ke Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]
Ficção AdolescenteBifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah r...