"Jadi lo serius nih nerima perjodohan dari papa lo?" tanya Saga yang diangguki Zafran. Mereka berempat tambah Gibran dan Zergan sedang berada ruang privat di restoran yang biasa digunakan Zafran dan Gibran untuk meeting atau mungkin sekedar ngobrol.
"Nggak lo pikir dulu Pak?" sahut Gibran.
"Udah gue pikirin, dan ya itu mungkin lebih baik daripada orang-orang disekitar gue negerecokin hidup gue agar segera nyari istri. Kayak lo bertiga!" Jawab Zafran sambil memeriksa keuangan resto.
"Ya kenapa sih lo nggak nyari cewek sendiri aja, Fran. Daripada sama pilihan papa lo, yang lo nggak tahu wujud rupanya." ujar Saga yang disetujui oleh Gibran.
Zafran memberhentikan pekerjaannya.
"Gue yakin aja kalau pilihan mereka itu baik," ujar Zafran mantap dengan keputusan yang diambilnya. Karena ia yakin kalau orang tuanya pasti memilihkan jodoh yang terbaik untuk anaknya.
"Udahlah terserah Zafran. Lagian yang mau dijodohin sama dia anaknya Om Brata. Sudah pasti baik dan cantik," sahut Zergan yang tahu soal perjodohan secara detail.
"Kenapa nggak sama temannya Kanya?"
Zafran mengernyitkan dahinya. "Fania maksud lo?" Gibran mengiyakan. "Gue nggak suka, si Kanya aja tuh yang gencar banget jodohin gue sama dia."
"Dia nggak suka karena Fania itu dokter yang nangani Agista, Gib." tambah Saga.
"Lagian yang mau dijodohin sama Zafran itu kakaknya Fani," sahut Zergan.
"What!?" Kaget Gibran dan Saga bersamaan.
"Kok bisa?" tanya Saga.
"Bisa lah! Fani anak bungsu Om Bratasena, ya nggak Fran?" Zafran mengangguk. Dia tidak perlu menjelaskan, Zergan tahu semua.
"Nggak ada mirip-miripnya tuh sama Tere." ucap Gibran.
"Beda nyokap. Kalau Tere sama yang mau dijodohin dengan Zafran kan anaknya tante Ashley, Kalau Fani anaknya bule Rusia."
"Rumit banget elah," keluh Saga mengetahui Fania yang ternyata anak dari Bratasena.
"Terus kenapa Zafran nggak sama Fania aja?" tanya Gibran.
"Itu juga mau Zafran sebenarnya. Ya nggak Fran?" goda Zergan mengingat percakapan mereka bebetapa minggu yang lalu. Zafran menatap tajam kearah Zergan. "Apaan sih."
Zafran melihat jam tangannya, hari sudah mulai sore. Bentar lagi akan tiba waktu maghrib, dan papanya menyuruhnya untuk sampai rumah sebelum isya'. Zafran kemudian membereskan berkas kerjanya.
"Gue mau pulang, lo bertiga kalau masih mau disini nggak pa-pa," ujar Zafran seraya mengambil kunci mobilnya yang ia gantungkan ditembok.
"Hati-hati lo Fran, kecantol janda dijalan," ujar Saga ngasal dan tak dihiraukan oleh
Zafran yang sudah menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRANIA (Revisi)
Roman d'amour𝑺𝒚𝒓𝒊𝒏𝒈𝒆𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒓𝒊𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒎𝒎𝒆𝒓𝒔 Zafran Ragaska Rajash, pengacara muda yang memiliki sejuta pesona. Tidak hanya menjadi seorang pengacara, sebagai CEO Rajash Law Firm membuat ia lebih diidolakan daripada ketiga saudara laki-lakinya...