Promise?

6 1 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Song played : Kokoronashi - Gumi

.
.
.
.

.

.

"Hei, kau berjanji akan sembuh kan? lalu berjalan jalan bersamaku. Kita menyanyi, bermain bersama. Kita berjanji seperti itu, tapi kenapa?" ucap sang lelaki menangis, di depan makam. "Ah.. kau sudah sembuh, ya? kau sudah tidak merasakan sakit. Yah, kau menepati satu janjimu. Tapi.. kau mengikari janjimu yang satunya." lagi, laki laki itu menangis di depan makam sambil memeluk makam itu, seakan itu adalah tubuh orang yang sangat disayanginya. Tak lama menangis, sang lelaki merasakan usapan di kepalanya. Ketika sang lelaki melihat ke atas, dia melihatnya. Dia merasakannya, dia yang dirindukan selama ini akhirnya menampakkan dirinya. Hening, sang wanita yang dirindukannya tetap mengelus surai sang lelaki, hingga tak lama kemudian sang wanita mensejajarkan tingginya dengan sang lelaki, Ia ikut duduk di depannya. "Hei? maaf, aku tidak bisa menepati janjiku yang satu itu." ucap sang wanita sedari tersenyum. Semuanya sama, masih sama. Bagi sang lelaki, penampilan sang wanita tidak berubah sama sekali sejak pertama kali bertemu. Matanya yang indah, rambut hitam legam nya yang berkilau itu, dan.. pakaian yang Ia pakai. Itu adalah pakaian saat mereka kencan pertama kali. "Kau.. tidak berubah." entah apa yang mendorong sang pria mengucapkan itu, dengan lirih Ia mengatakannya. Sang wanita tertawa sebentar, lalu tersenyum. "Iya, aku tidak berubah sama sekali." ucap sang wanita, menjeda sebentar lalu berucap lagi "Kamu.. setelah ini harus makan." ucap sang wanita, "... !?" sang lelaki terkejut, tau sang wanita mengetahui kalau ia belum makan, bahkan ia blm makan dari hari sang wanita pergi meninggalkannya. Sendirian, di alam yang kejam itu. "Aku selalu melihatmu, loh. Bahkan ketika kau tidak melihatku dan kau menangisi kepergianku. Aku melihatnya, segalanya dengan mata kepalaku sendiri." ucap sang wanita mulai menghilangkan senyumnya. Hening sekali lagi melanda kedua insan itu, hingga salah satu dari mereka berkata, "Maaf." ucap sang lelaki. "Tidak apa apa, bersedih itu wajar. Tapi, kau tidak boleh terlarut dalam kesedihan terus menerus. Jadi, kau harus bahagia ya? bahkan jika itu bukan denganku, aku tidak apa-apa." ucap sang wanita kembali tersenyum, kali ini terlihat matanya berkaca-kaca. "Tidak.. tidak bisa.. aku.. terlalu mencintaimu. Aku tidak bisa mengkhianati cintamu." ucap sang lelaki tertunduk, tapi kali ini bahunya bergetar, pertanda ia menahan tangis. "Aku mencintaimu, kau tau itu? maka, aku akan melakukan segalanya untukmu, selama kau bahagia. Bahkan jika itu tidak bersamaku, itu tidak apa-apa." Ucap sang wanita, mendekati sang lelaki, lalu mengusap rambutnya kembali. "Kau tau bukan? tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan aku, cinta kita, harus terkubur se dalam dalamnya. Oleh karena itu, kau harus bahagia sebelum kau menemuiku." sang lelaki terdiam, benar. Sang wanita melakukan apapun asal ia bahagia. "Tapi.. bahagiaku bersamamu. Jika kau tidak bersamaku.. bagaimana caraku bahagia? kau cahayaku! kau matahariku! kau yang menyinari hariku dengan suara, senyuman, tertawa, dan juga ocehanmu! bahagia bisa aku bahagia tanpa matahariku?! MAKA KEMBALILAH!" ucap sang lelaki p x l sembari menahan tangis, sang wanita terdiam, terkejut di raut wajahnya, lalu tersenyum. Tersenyum tulus, sang lelaki yang melihatnya terkejut, lalu ikut tersenyum. "Nee, dengar. Aku tidak bisa kembali. Semuanya sudah terjadi, aku sudah bahagia disini, tidak merasakan sakit. Bukankah itu juga hal yang kau inginkan? maka, berbahagialah. Untukku, untukmu, dan untuknya. Sadarlah, masih ada orang lain yang mencintaimu, mungkin tidak setulus diriku, tidak sehebat cinta kita. Tapi dia bisa menemanimu sampai akhir." ucap sang wanita berusaha menjelaskan. "Maka dari itu, pergilah bersamanya. Bahagialah, aku akan ikut bahagia jika kau ikut bahagia. Per-" ucap sang wanita terpotong karena tiba-tiba sang lelaki memeluknya, erat, hangat. Lalu sang lelaki mengucapkan, "Maka! maka bawa aku! bawa aku bersamamu! aku tidak ingin bersama siapapun! selain dirimu! aku hanya ingin bersamamu! aku tidak ingin mengkhianati cinta kita!" ucap sang lelaki dengan nafas menderu, mendekap erat sang wanita seolah tidak ingin sang wanita hilang lagi dari hidupnya. "Dengar, aku tetap tidak bisa. Carilah orang lain, maka dengan itu aku bisa tenang. Ikhlaskan aku." ucap sang wanita menepuk kepala sang lelaki, menenangkannya. "Kau akan bahagia? bahkan jika aku berpaling darimu?.." tanya sang lelaki lirih, tetapi sang wanita tetap mendengarnya, bahkan detak jantung yang berdegup bisa ia dengar dengan jelas. "Ya, aku bahagia. Kau layak untuk menikmati hidupmu yang lebih lama. Jangan terpuruk karena aku pergi, walau kita bersama selama 18 tahun, akhirnya aku tetap pergi, bukan? begitu juga kau, dia, dan mungkin anak kalian. Aku berjanji akan melindungi keluarga kecil kalian, aku akan tepati janji ini, maka, berjanjilah padaku bahwa kau akan berbahagia bersamanya!" ucap sang wanita, perlahan membalas pelukan sang lelaki. "Kau berjanji?.. kau akan menepati janji itu, kan?.." tanya sang lelaki, merasakan sang wanita membalas pelukannya perlahan, hangat. Itu yang dirasakan mereka.
"Iya, aku berjanji sayang." jawab sang wanita tersenyum walau sang lelaki tidak dapat melihat wajahnya. "Maka, aku berjanji akan selalu bahagia dengan dirinya. Dan ketika waktunya tiba, kau harus menjemputku! kau harus menemuiku!" ucap sang lelaki, menyodorkan jari kelingkingnya, berniat membuat pinky promise. (Saya lupa namanya, seingat saya saja). Sang wanita menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking sang lelaki, kemudian tersenyum berkata "Ya, aku janji, dan akan menepati janji ini. Aku akan dengan sabar menunggumu untuk datang bersamaku, aku akan menjemput dirimu." ucap sang wanita tersenyum, tetapi matanya mengeluarkan air mata. "Kalau begitu, sampai jumpa di lain waktu, sayangku." ucap sang wanita perlahan tubuhnya menghilang, menjadi kupu-kupu yang indah. "Ya, sampai jumpa di lain waktu, My lady." ucap sang lelaki, tetap memeluk sang wanita walau tubuh sang wanita menjadi kupu-kupu perlahan, mulai dari kaki hingga ujung rambut. "Selamat tinggal, my lady, sayangku, cinta pertama dan terakhirku." dan akhirnya sang wanita hilang sepenuhnya menjadi kupu-kupu, sang lelaki terjatuh karena tidak ada lagi yang bisa dia peluk. Satu kupu kupu datang, hinggap di tangannya lalu menghilang. "Aku akan menunggu waktu itu, cintaku."

.
.
.
.
.

End.

.
.
.
.
.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aku menunggu | Bahagialah.Where stories live. Discover now