Chapter 4: Kelas 6 SD

18 2 8
                                    

Koshimizu-san, semua orang tidak suka menunggu, begitu juga aku. Kuharap kamu mau memecahkan sandi ini secepatnya, karena aku tidak akan segan membocorkan masa lalumu ketika SD jika kesabaranku habis.

'Hah!? Apa-apaan ini?'
'Orang ini mengancamku.'
'Apa yang harus aku lakukan?'
'Apa aku harus menelepon polisi?'

Aku tidak bisa berpikir dengan baik. Ketakutanku akan masa lalu lebih kuat dari kemampuanku untuk bisa tetap tenang dan berpikir untuk mencegah orang itu melakukan ancamannya.

TTT

Sehari setelah masuk rumah sakit, Asami kembali bersekolah seperti biasanya. Sebenarnya, dia sendiri bingung kenapa bisa masuk rumah sakit kemarin. Yang diingatnya, dia hanya berada di rumah seharian, lalu ketika membuka mata, tahu-tahu dia sudah ada di rumah sakit. Setelah bertanya pada ba-san, dia malah tidak mengerti dengan apa yang ba-san katakan, lalu ba-san tiba-tiba terkejut dan berjalan keluar dari kamar rawatnya dengan wajah panik.

Akhirnya, setelah selesai diperiksa oleh dokter, Asami bisa langsung pulang saat itu juga. Dan hari ini, dia diantar oleh oji-san ke sekolah dengan mobil. Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, Asami sudah mendekati kelasnya. Hal tak terduga terjadi ketika dia berada di depan pintu kelas. Teman-teman yang ada di kelas terlihat menyeramkan baginya dengan tatapan mata yang menusuk. Asami sempat terdiam ketakutan sebelum akhirnya menginjakkan kaki masuk ke kelas. Sambil berjalan, dia berpikir tentang apa yang sudah dilakukannya.

Beberapa langkah sebelum sampai di mejanya, ada Natsumi yang tiba-tiba berdiri dan menghadangnya. "Na... Natsumi-san, boleh biarkan aku lewat?" kata Asami terbata-bata. Natsumi yang nampaknya ingin mengatakan sesuatu kembali menutup mulutnya dan diam di tempat, mungkin dia sedang berpikir sebaiknya mengatakan apa lebih dulu.

"Gomennasai[1], Natsumi-san, tapi sebentar lagi sensei akan datang. Tolong biarkan aku lewat. Onegai[2]," kata Asami lagi dengan suara pelan. Nyali Asami yang hanya sebesar kacang tidak berani menyentak balik Natsumi, ditambah semua orang di kelas memandangnya.

"Haah, lewatlah," akhirnya Natsumi membiarkannya lewat dan kembali ke tempat duduknya saat bayangan Akagi sensei terlihat di ujung pintu. Semua murid yang memandangi Asami pun kembali mengurus urusan mereka masing-masing.

"Arigatou," gumam Asami ketika sudah meletakkan tasnya di kursinya. Untungnya, Akagi sensei hanya menganggap Asami datang kesiangan dan baru saja sampai di kelas.

Akagi sensei mengajar seperti biasanya dan kelas berlalu dengan waktu yang terasa cukup singkat. Saat istirahat makan siang, Asami mengeluarkan bentou-nya seperti biasa. Saat itu, dia merasa semua murid yang ada di sana menjauhinya. Dan mereka terlihat berbisik-bisik dengan orang di sekitarnya.

Tanda tanya terus menempel di kepalanya. Kenapa mereka seperti itu? Apa yang sudah kulakukan? Asami berusaha keras untuk mengacuhkan perasaan tidak enak itu dan terus makan. Tapi tetap saja, dia merasa tertekan.

Akhirnya, setelah berpikir masak-masak, Asami bertanya pada Natsumi yang duduk di depannya dan juga sedang memakan bentou-nya.

"Nee, Natsumi-san, apa salahku?" tanya Asami dengan posisi masih duduk di tempatnya, Natsumi yang mendengarnya langsung meletakkan sumpitnya.

"Apa salahmu? Jangan membuatku tertawa. Harusnya aku yang bertanya kenapa kamu melakukan itu," jawab Natsumi tanpa berbalik dan menatap lurus ke mejanya. Jawaban itu tetap saja tidak membuat Asami puas, apalagi dia tambah bingung.

"Apa... yang... sudah kulakukan?" tanya Asami lagi sepatah demi sepatah. Dia benar-benar tidak tahu apa yang sudah dilakukannya. 'Apa aku melupakan sesuatu?' pikirnya.

Your Touch in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang