Extra Part II

2.3K 208 13
                                    

Suara tawa ayah mengiringi petikan gitar yang Yoongi mainkan. Suara Jimin dan Seokjin yang menyanyikan lagu milik sheila on 7 yang berjudul sebuah kisah klasik membuat suasana semakin haru juga menggelikan, karena di sudut sofa sana Taehyung tengah cemberut memeluk boneka beruang milik Tae Ra. Sedangkan siempunya boneka sudah terlelap di kamarnya.

Ayah masih saja tertawa, membawa Jungkook dalam rangkulan hingga semakin jauh dari Taehyung yang malah semakin menatap tajam ke arah ayah. Sontak hal itu malah membuat Jimin dan Seokjin semakin gencar mengganggu Taehyung dengan menyanyikan lagu lagu bertema perpisahan. Yoongi sih manut saja, lagipula melihat Taehyung merajuk lucu juga.

Namjoon dan Hoseok datang belakangan karena ada urusan kampus yang tidak bisa ditinggal. Begitu pula Noella dan Mingyu yang sedang di jalan.

Hari ini, Jungkook mengundang teman-temannya karena ingin mengadakan pesta perpisahan kecil-kecilan sampai malam nanti.

Besok dia sudah harus sampai di Jogja mengingat ospek yang lusa akan dilaksanakan. Sebagai calon mahasiswa baru di universitas besar di kota kesukaan ayah itu, Jungkook tentu harus berusaha disiplin dan mandiri. Jungkook sudah berpikir berulangkali hingga Jogjalah yang menjadi tujuan belajarnya untuk empat tahun ke depan, dia membatalkan niatnya mengejar salah satu universitas di seoul.

"Aduh sulungnya ayah bentar lagi jadi donal bebek, bibirnya udah maju lima senti."

Taehyung melirik tajam pada ayah, sebal juga digoda terus sejak pulang tadi.

"Ditinggal ke jogja aja udah ngambek om, apalagi korea ya."

Ayah tertawa menanggapi ucapan Jimin, "Udah jadi bebek beneran dia, cemberut mulu."

"Terus aja terus!"

Jungkook terkekeh, kembali mendekatkan tubuhnya pada si kakak. Ini memang salahnya yang mendadak memberitahukan keberangkatannya. Salahkan dia yang kerepotan mengurusi banyak hal untuk kepindahannya ke Jogja, jadi lupa untuk sekedar memberitahu.

Jemari Jungkook memilin ujung baju Taehyung, ia menariknya pelan. "Kan bisa main seminggu sekali atau dua minggu sekali. Kak Tae udah kaya loh, duitnya banyak."

"Enak banget ngomong."

Terkekeh lagi, Jungkook menyadari perlahan ayah dan yang lain meninggalkan ruang tengah. Membiarkan Jungkook membujuk bayi besar yang ngambekannya melebihi Tae Ra kalau sudah menyangkut Jungkook.

Ayah dan mama saja terkadang heran, kenapa bisa Taehyung sesayang itu pada Jungkook. Bahkan melebihi ke pacarnya sendiri.

Ada satu kisah menggelikan yang membuat ayah tertawa beberapa waktu lalu, Taehyung putus dengan pacarnya karena si pacar marah perihal Taehyung yang lebih memilih ngegym dengan Jungkook dari pada jalan-jalan dengannya.

Kalau kata Jimin, Taehyung kakak terbucin sepanjang masa. Jimin saja malas pada Jinan, rasanya ingin menendang adiknya itu setiap bertingkah.

Ngomong-ngomong, Jungkook akan satu universitas dan satu kos dengan Jinan. Bisa Jimin bayangkan bagaimana senangnya Jinan bisa bersama dengan idolanya empat tahun kedepan. Bahkan adiknya rela ngekos dan tidak lagi tinggal dengan si kakek. Memang cucu durhaka kalau kata Jimin, lebih memilih idola dibanding keluarga.

Biar Jimin beritahu, ada tiga orang fans Jungkook terbucin di dunia ini. Yang pertama tentu saja Kim Bucin Taehyung, yang kedua Park Jinan, dan ketiga Noella. Jimin bukan dukun, tapi menurut terawangannya dia yakin seratus persen Noella masih menyukai Jungkook.

Bagaimana tidak yakin, kalau anak itu yang rela bolos les dan menantang nyawa mengebut di jalanan hanya karena mendengar Jungkook pingsan di apartemen baru Mingyu.

Kembali ke ruang tengah keluarga Kim, Taehyung menyubit nyubit kecil bulu boneka yang tidak bersalah itu. Matanya tidak mau melihat pada Jungkook yang sudah setengah merengek karena Taehyung belum juga luluh.

"Ih! yaudah aku ngga mau nemuin Kak Tae kalo disana! Ngga aku kasih masuk kosan."

"Loh kan bukan kamu yang punya kos, ibu kosnya aja pasti bolehin."

Jungkook jadi semakin sebal, alisnya menukik ke bawah dengan pout di bibirnya. "Kaya kenal aja tck!"

Mereka saling menatap tajam, seakan tidak ingin mengalah satu sama lain. Tidak seperti Taehyung biasanya yang luluh setiap jungkook sudah mode ngambek.

Lagi pula kan dia yang sedang merajuk, kenapa jadi Jungkook ikutan.

"Udah dong anak mama berantem terus. Ayo makan siang dulu, yang lain sudah di meja makan. Bentar lagi Noella sama Mingyu sampai kayanya."

Jungkook berdiri lebih dahulu, mengikuti jalan mamanya. Taehyung mengekor dari belakang, tapi karena tidak hati-hati dia menyampar ujung karpet dan terjatuh ke arah punggung Jungkook.

"Ih apa sih!"

"Salahin karpet noh noh," tunjuk Taehyung ke arah bawah.

"Ish! dasar jelek ngambekan!"

"Lo juga ngambekan, bulet!"

"LOH LOH SIAPA YANG BULET?"

"Lo lah siapa lagi."

"AP- hhmmmp."

"Sssttt udah makan dulu, ntar berantemnya pending."

Mama kembali berjalan dengan masih membekap Jungkook dan membawanya ke ruang makan, membuat Taehyung tertawa menang di belakang mereka.

"Haduh perang dunia abis ini." Celetuk ayah mengusap dahi. Semakin dekat Jungkook dan Taehyung, semakin ada saja tingkah mereka.

Sabar ya om, anaknya memang suka lupa umur.

●●●

Dek Jungkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang