Keesokan harinya, semua kegiatan berjalan dengan lancar dan damai.
Tidak ada lagi drama dan kerusuhan seperti kemarin.
Meskipun begitu, tugas untuk mengganti lukisan Christa masih menunggu untuk dikerjakan. Semalam, gue sudah membuat list barang apa saja yang akan dibeli untuk menggambar lukisan Bapak Leonardo Da Vinci.
Jam pulang sekolah pun tiba. Gue dengan segera membereskan barang-barang dan berjalan keluar kelas.
"Eh, sepuluh ribu siapa tuh di lantai," ucap seseorang. Refleks, gue menengok ke bawah dan tidak menemukan apa-apa.
Orang itu tertawa. "Yah, mata duitan."
Mengarahkan pandangan gue ke orang itu dan orang itu adalah Davin.
"Kurang ajar ya lo." Gue berlari menghampiri Davin yang berdiri di ambang pintu dan dengan cepat dia berlari menjauh.
Wah, nantangin. Gak tau aja dia alasan gue namain sepeda gue Bolt karena apa, ya karena yang punya ini mirip Usain Bolt. Gue berlari mengejar Davin sampai ke tempat parkir.
Davin berhenti dan terlihat seperti kehabisan nafas, "Oke, gue kalah."
See? Gue tersenyum puas. Dengan satu tarikan nafas gue berceloteh, "Makanya jangan iseng jadi orang. Gue akan klarifikasi sedikit sebenernya gue itu gak mata duitan tapi itu refleks gue menengok ke bawah akibat lo yang iseng. Kalo lo diposisi gue, lo juga akan melakukan hal yang sama bukti dari refleks seseorang. Kesimpulan ngagetin gue sekali lagi, lo akan berubah menjadi putri duyung."
Davin yang masih ngos-ngosan berkata, "Gue ga bisa memproses lo ngomong apa tapi gue hitungin lo ngomong 52 kata dalam 14 detik jadi satu kata 3,71 detik."
"Eh, serius?" Gue sedikit tidak percaya. Kalau benar gue bisa ngomong secepat itu, apa gue debut aja nih jadi rapper?
"Dua rius."
Wow, gue kira selama ini gue gak punya kelebihan apa-apa ternyata gue diberikan kapasitas paru-paru yang besar seperti lumba-lumba.
"Lo mau ke toko buku, kan?"
Mari kita kembali fokus ke dunia nyata. "Huh?" balas gue mengisyaratkan agar Davin mengulang pertanyaannya.
"Lo mau ke toko buku, kan?"
"Kok lo bisa tau?"
"Itu ada tulisan di jidat lo 'saya mau ke toko buku'."
"Heleh, ngibul aja lo."
"Yaudah, yuk bareng ke toko buku."
Mana mungkin gue bisa meninggalkan Bolt sendirian di tempat parkir. "Gak bisa, hari ini gue bawa Bolt."
"Bolt?"
"Iya, nama sepeda gue."
Dia bahkan gak sadar dengan kejadian Bolt menghilang kemarin.
"Kalo lo namanya siapa?"
"Gue Shena." Eh, baru sadar jadi selama ini dia gak tau nama gue siapa.
"Oh, Shena. Ayo buruan ke toko buku, gue juga ada barang yang mau dibeli."
"Bolt gimana?"
"Tinggalin aja. Besok, gue yang anter ke sekolah."
***
Sesampainya di toko buku, gue langsung mengambil barang-barang yang ada di list yang gue buat.
"Canvas udah, cat minyak udah, kuas udah, menurut lo apa yang kurang?" tanya gue kepada Davin yang sedari tadi ngintilin gue dari belakang.
"Pelarut minyak?"
"Oh iya." Akhirnya, gue selesai mengumpulkan barang barang yang gue butuhkan. "Lo mau nyari apa?"
"Barang yang gue cari gak ada disini," jawab Davin sambil melihat barang-barang yang berada di etalase.
"Emang lo mau nyari apa?"
"Sepatu basket."
Ketawa gue langsung pecah. Masa ada orang mau nyari sepatu basket di toko buku. "Lo yang bener aja nyari sepatu basket di toko buku. Ngakak banget deh gue."
Davin yang tidak tertawa sama sekali dengan polos berkata, "Toko buku mah cuma formalitas. Buktinya jual cat minyak padahal namanya toko buku."
Bener juga.
Gue berhenti tertawa dan membalas, "Jangan buat gue mikir." Setelah itu, gue berjalan menuju meja kasir berniat untuk membayar.
Tiba-tiba, gue melihat dua sosok remaja. Sontak, gue langsung mundur dari posisi gue dan bersembunyi.
"Kenapa lo? Jalan kok mundur," tanya Davin bingung.
"Liat tuh ada Sean sama Christa. Gila, idaman banget, bookstore date dong mereka."
"Bukannya kita juga?"
***
Asik! Bookstore date!
Semoga kalian suka yaa sama bab ini. Kalo suka jangan lupa untuk vote dan comment ya!
Terima kasih banyak
Have a good day!✨🌞
-Deps
KAMU SEDANG MEMBACA
She: The Beginning [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA] Kata orang, kita tidak akan bisa melupakan cinta pertama kita. Well, that's true tapi.. ...apakah cinta pertama kita harus muncul kembali setelah pergi tanpa jejak? BAM! Kenyataan pahit itu harus diterima oleh Shen...